Saya adalah seorang ibu rumah tangga baru, sebab baru sekitar 6 bulan yang lalu saya memutuskan untuk resign alias mengundurkan diri dari perusahaan di tempat saya mengabdikan diri selama hampir 5 tahun. Dulu saya memang termasuk orang yang ambisius terhadap apa yang saya cita-citakan. Tidak pernah terbersit sekalipun untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Bahkan, saya masih saja bertahan untuk bekerja di sebuah perusahaan yang sesungguhnya kurang memberikan aturan yang layak bagi karyawannya.
Sampai pada akhirnya, saya memutuskan untuk mengundurkan diri setelah perusahaan tersebut semakin tidak memberikan hak libur kepada karyawannya. Hari pertama saya berstatus sebagai pengangguran, langsung muncul pertanyaan, “Kapan mau kerja lagi?” dari ibu mertua saya. Mungkin beliau berpikir, saya dan suami akan mengalami kesulitan ekonomi jika sumber penghasilan hanya dari satu orang. Saat itu, saya memang kaget dan akhirnya saya berusaha untuk mencari pekerjaan yang lain.
Selama hampir dua bulan kemudian, panggilan kerja tak juga saya dapatkan. Lalu, ibu mertua saya kembali bertanya apakah saya tidak tertarik untuk bekerja di bidang yang sama dengan kantor yang dulu. Sayangnya, saya memang sudah tidak tertarik dengan bidang tersebut, sebab saya merasa sudah cukup banyak merasakan makan asam garam di dunia kerja yang seperti itu.
Well, tiga bulan berlalu dan kebetulan pengasuh anak saya mengundurkan diri dikarenakan suaminya meninggal dunia dan dia harus mengurus anaknya yang sakit. Saya sempat galau, bahkan super galau. Saya takut akan kesulitan menemukan pengganti pengasuh anak saya tersebut, sebab dia sudah telanjur dekat dengan anak saya. Akhirnya saya banyak mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Saya masih saja dihantui dengan pertanyaan, “Kapan mau kerja lagi,” di tengah-tengah kegalauan kehilangan pengasuh.
Suami saya sangat support apapun keputusan yang saya ambil. Namun, pernyataan dari ibu mertua dan saudara-saudara yang menyiratkan seolah-olah saya ini akan rugi jika tidak bekerja. "Untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika pada akhirnya hanya mengurus anak?" Itulah pernyataan yang sering saya dapatkan.
Namun seiring berjalannya waktu, saya melihat tumbuh kembang anak saya semakin baik. Nafsu makannya yang semakin bagus, berat badan yang semakin meningkat, serta dia semakin ceria dan tak malu lagi jika bertemu dengan orang yang baru dikenalnya. Padahal, dulu anak saya susah sekali naik berat badannya, dan cenderung pemalu. Mungkin karena selama 6 bulan ini saya asuh sendiri.
Di balik kegalauan saya menghadapi pertanyaan, “Kapan mau kerja lagi?” saya juga mendapatkan tanggapan positif dari orangtua, suami, dan tetangga sekitar yang melihat perkembangan anak saya yang jauh lebih baik dari saat masih dijaga oleh pengasuh. Hal inilah yang membuat saya tidak lagi mempedulikan pertanyaan, “Kapan mau kerja lagi?”
Dalam kisah ini saya ingin menyampaikan pesan bagi Anda yang memiliki pandangan negatif terhadap ibu rumah tangga. Bahwa ibu rumah tangga adalah juga ibu pekerja. Pekerjaannya melampaui jam kantor, lelah yang dirasa juga melebihi dari sekadar menghadapi setumpuk laporan di kantor, bahkan ibu rumah tangga harus lebih bisa menguasai emosi kepada anak dibandingkan dengan menguasai emosi terhadap klien yang banyak maunya.
Seorang working mom juga merupakan pekerjaan yang mulia. Sebab dia tidak hanya bertanggung jawab terhadap pekerjaannya tetapi juga terhadap anak dan suaminya. Saya pernah mengalami berperan sebagai keduanya. Jadi, please stop tanyakan, “Kapan mau kerja lagi?” kepada ibu rumah tangga yang sebelumnya pernah bekerja. Sebab, Anda tidak pernah tahu perasaan yang dia rasakan ketika harus meninggalkan segala kedudukan, fasilitas, serta gaji yang ia dapatkan dari kantornya, lalu kemudian ia harus menghadapi setumpuk cucian, rumah yang berantakan karena tingkah si kecil, dan menghadapi tingkah tantrum sang anak.
Namun, apapun keputusan seorang ibu baik menjadi seorang full time mommy ataupun working mom, please hargai itu. Semua itu pasti sudah melalui pertimbangan yang sangat matang. Semua dilakukan demi kebaikan keluarga kecilnya. Tetap berusaha menjadi ibu yang baik dan istri yang selalu setia melayani suami.
Advertisement
- Semangatnya Juara, Saka Bocah Pelintas Batas dapat Sepeda dari Jokowi
- Tidak Semua Wanita Dapat Terbuka Menceritakan Segalanya pada Orang Lain
- Hanya karena Fisikku Berbeda, Tak Berarti Aku Bisa Dijadikan Bahan Candaan
- Melewati Batas Antar Negara untuk Sekolah, Kisah Anak Ini Inspiratif
- Kerja Keras Membuat Perempuan Ini Sukses Bangun Bisnis Kecantikan
(vem/nda)