Cinta adalah anugerah dari yang Maha Pencipta, kehadiran sebuah cinta semestinya membuat manusia semakin merasa bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Tetapi tak sedikit yang menyalahartikan sebuah cinta berikut adalah kisah cintaku bukan cinta biasa. Semoga pembaca dapat mengambil hikmah dari kejadian yang saya alami. Demi menjaga nama baik saya dan keluarga, saya menggunakan nama samaran.
Nama saya Ida (bukan nama sebenarnya) menjadi seorang sarjana di salah satu perguruan tinggi negeri di kota A merupakan suatu kebanggaan bagi saya dan keluarga. Setelah menyelesaikan kuliah saya langsung mendapatkan sebuah pekerjaan di kampung halaman di kota B. Meskipun hanya sebagai guru honorer di sebuah Sekolah Menengah Atas di kota B, saya merasa sangat bersyukur karena saat itu saya berpikir inilah awal karier saya setelah mengantongi gelar sarjana.
Di sekolah tersebut saya mengajarkan bidang studi bahasa Inggris untuk kelas XI. Haripun berlalu, tanpa terasa sudah satu semester saya bekerja di sekolah itu. Diam-diam seorang pria jatuh hati pada saya. Sebut saja nama pria itu Toni. Dia adalah seorang guru di sekolah yang sama, sayangnya dia sudah beristri. Tetapi dia tidak tinggal bersama dengan istrinya, mereka sudah berpisah selama dua tahun tetapi mereka belum resmi bercerai.
Karena kami sering bekerja bareng, lama kelamaan kami menjadi semakin akrab. Saya mulai merasa nyaman bercerita dan bercanda bersama Toni. Akhirnya tanpa saya sadari saya pun jatuh hati pada Toni. Sebenarnya saya pun merasa bersalah karena mencintai pria yang sudah beristri tetapi Toni terus memberikan saya harapan dan berjanji akan segera menyelesaikan urusan perceraiannya dengan sang istri.
Karena keakraban kami, akhirnya semua guru dan kepala sekolah menasihati kami. Mengingat Toni masih berstatus suami orang. Tetapi cinta kami yang begitu kuat membuat kami tidak memperdulikan kata orang termasuk nasehat keluarga saya.
Pernah suatu hari keluarga saya marah atas tindakan saya yang berselingkuh dengan suami orang. Ayah saya yang sudah emosi menampar wajah saya hingga memar tapi tetap saja tidak menyurutkan cinta saya pada Toni.
Atas nama cinta, kami menentang semua orang yang telah memberi kami nasihat bahkan kami berani memutuskan untuk menikah siri agar tak ada lagi yang dapat memisahkan kami meskipun kami harus dikucilkan dari keluarga besar kami.
Sampai pada suatu ketika, istri Toni mengetahui perselingkuhan kami. Dia pun menyurati Kepala Sekolah. Akhirnya, Kami harus berurusan dengan Dinas Pendidikan di kota B. Demi nama baik instansi tempat kami bekerja, hukuman pun dijatuhkan pada kami. Masih dengan atas nama cinta, kami rela menerima sanksi diberhentikan dari pekerjaan kami.
Advertisement
Selanjutnya demi memenuhi kebutuhan hidup, Toni kerja serabutan sedangkan saya bekerja sebagai guru di salah satu tempat bimbingan belajar di kota B. Berbulan–bulan lamanya saya hidup sebagai istri sirih Toni. Perasaan tak nyaman mulai menghantui pikiran saya, karena setelah tiga bulan menikah siri akhirnya sayapun mengandung anak pertama saya dan Toni.
Sebelumnya Toni sudah mempunyai seorang putra dengan istri pertamanya. Karena saya terus mendesak surat cerai dari Toni demi kejelasan anak kami, akhirnya Toni menyewa seorang pengacara untuk mengurusnya. Sebulan kemudian terbitlah surat cerai dari Pengadilan Agama. Berdasarkan surat cerai tersebut kami mengurus surat nikah di kantor KUA. Akhirnya dengan perasaan bahagia kami resmi menjadi sepasang suami istri dan keluarga besar kami sudah mau menerima kami kembali.
Hari demi hari kami lewati dengan penuh kebahagiaan sampai akhirnya, tiga tahun kemudian rezeki anak kami pun datang. Suami saya dinyatakan lulus tes CPNS di kota C. Saat itu anak kami berusia 3 tahun. Kemudian kami pun pindah ke kota C dengan harapan hidup kami akan lebih baik lagi.
Di kota C, suami saya menjadi seorang guru PNS di sebuah SMP, sedangkan saya bekerja sebagai guru honorer di sekolah yang sama dengan suami. Enam bulan mengabdi di kota C, saya pun hamil anak kedua kami. Karena kesehatan saya yang semakin menurun pengaruh dari kehamilan, akhirnya atas kesepakatan bersama saya dan anak pertama kami pulang ke kampung halaman di kota B. Selanjutnya saya tinggal bersama orangtua sambil menunggu waktu kelahiran anak kami.
Suami yang hidup sendiri di kota C membuatnya merasa hidup bebas tanpa pengawasan. Dengan alasan istrinya jauh, dia memutuskan berselingkuh dengan anak walinya sendiri yang masih duduk di bangku SMP kelas 1. Selayaknya orang yang sedang dimabuk cinta mereka sering berkirim SMS mesra, bergandengan tangan dan pacaran.
Aroma perselingkuhan itu tercium oleh saya yang tinggal di kota B. Berawal dari sikap Toni yang mulai berubah pada saya, tak ada lagi SMS dan kata –kata mesra yang diberikan. Bahkan Toni terkesan tak peduli dengan kehamilan saya. Saya mulai curiga dengan perubahan sikapnya, lalu saya memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan suami saya.
Pada suatu hari Toni mengunjungi saya di kota B. Selayaknya seorang istri, saya memberikan pelayanan terbaik buat Toni tetapi semuanya direspon biasa saja olehnya. Hal ini membuat saya semakin curiga.
Sampai pada suatu malam jam 2 dini hari HP suami saya berdering tetapi dia masih tertidur pulas. Saya beranikan diri untuk melihat HP=nya dan ternyata satu panggilan tak terjawab dari Princess. Kecurigaan saya semakin kuat.
Keesokan malammya sebuah SMS masuk di HP Toni. Waktu itu dia sedang ke kamar kecil. Saya coba membaca SMS itu dan betapa terkejutnya saya membaca SMS yang berbunyi, “Kamu di sana tidur sama istrimukah?” jantung saya berdetak kencang. Akhirnya, saya putuskan untuk menanyakan pada Toni tapi bukan jawaban yang saya terima dia justru marah–marah karena saya memeriksa hpnya.
Sejak saat itu pertengkaran mewarnai rumah tangga kami dan Toni selalu menyembunyikan hpnya dan menguncinya agar saya tidak bisa memeriksa isi hpnya lagi. Akhirnya Toni kembali bekerja di kota C sedangkan saya harus menunggu proses persalinan anak kedua kami di kota B.
Tepat tanggal 17 April putra kedua kami pun lahir. Toni datang mengunjungi saya di rumah sakit masih dengan sikapnya yang berubah. Hanya seminggu dia menemaniku, lalu dia kembali bekerja di kota C. Dalam hati saya menangis dan merasakan sakit mengapa suami saya berubah secepat ini setelah dia menjadi seorang PNS. Akhirnya, saya memutuskan untuk melakukan salat tahajud agar saya mendapatkan petunjuk dan mendoakan suami saya.
Saat anak kami berusia dua bulan. Allah mengabulkan doa saya. Pada bulan Ramadan kami memutuskan menghabiskan liburan di sebuah kota besar tempat kelahiran Toni. Kami pergi berlibur dibeberapa tempat wisata yang ada di sana. Tetapi anehnya, saya masih tak merasakan kebahagiaan karena sikap Toni yang tidak seromantis dulu.
Pada suatu malam Toni tertidur pulas dan dia lupa menyimpan HP-nya. Kuberanikan diriku membuka kartu dalam HP-nya dan memindahkannya ke HP yang lain. Astagfirullah, betapa terkejutnya saya. Inilah yang membuat suami saya berubah. SMS-SMS mesra yang tak terhitung jumlahnya mereka saling memanggil dengan sebutan sayang satu sama lain.
Ya Allah, setega ini suamiku padaku. Semudah ini dia mengkhianati perjuangan cinta kami dulu. Air mataku pun jatuh tak tertahankan lagi. Ampuni aku ya Allah karena aku pernah menyakiti hati istrinya dulu, kini kutahu artinya dikhianati.
Ampuni aku ya Allah karena pernah durhaka pada kedua orangtuaku yang tidak merestui hubungan kami. Kini seorang muridku durhaka padaku dan berselingkuh dengan suamiku. Ya Allah, maafkan aku karena aku telah mencintai suamiku lebih dari aku mencintai-Mu ternyata dia mengecewakan dan mengkhianati pernikahan kami.
Ketika suamiku terbangun dari tidurnya, kutanyakan semua SMS itu dan kuceritakan padanya bahwa beberapa muridnya sebenarnya telah melapor padaku lewat dunia maya tentang perselingkuhan itu. Tetapi aku hanya butuh bukti nyata dan sekarang bukti itu ada di tanganku.
Akhirnya, suamiku dengan wajah bersalah meminta maaf dan mencium kakiku. Kuberikan suamiku dua pilihan; menikah dengannya dan ceraikan aku atau tetap bersamaku dan tinggalkan siswi itu serta bertaubatlah memohon ampunan pada Allah SWT.
Suamiku pun memutuskan untuk memilih pilihan kedua. Dia berjanji akan berubah dan bertaubat. Kami saling berpelukan sambil meneteskan air mata. Semoga suamiku benar-benar bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Kehidupan kami pun kembali normal. Saya kembali mendampingi suami di kota C sedangkan siswi tersebut memilih pindah ke sekolah lainnya karena malu. Saya dan Toni sekarang terus mendekatkan diri kepada Allah memohon ampunan atas segala dosa yang telah diperbuat. Semoga Allah menjadikan keluarga kecil saya sakinah, mawadah, warohman selamanya. Amin.
- Hati-hati, 3 Zodiak Ini Dikenal Tidak Pernah Ragu untuk Berselingkuh
- Kukorbankan Segalanya untuk Suamiku, Tapi Khianat adalah Balasnya
- Kenapa Seseorang Mudah Selingkuh? Kenali Penyebabnya Ini Ladies
- 3 Kebiasaan yang Bisa Memprediksi Terjadinya Perceraian
- Ingin Berhasil Menangkap Basah Pasangan Selingkuh? Lakukan pada Waktu Ini
- Fenomena Micro-Cheating: Selingkuh Virtual yang Sedang Marak Terjadi
  Â
(vem/nda)