Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.
***
Setelah dua tahun lebih kami menjalani kisah kasih sayang seperti pasangan yang lainnya, dia memutuskan untuk melamarku dan menikahiku. Bagaimana aku tidak sangat senang mendengar itu sampai aku tak sanggup berkata-kata lagi. Karena jujur, aku akan mengakhiri hubungan ini jika dia tidak ingin hubungan kami ke tahap yang lebih serius.
Bagaimanapun menjalani kisah kasih di luar pernikahan itu salah, amat sangat salah di mata agama. Dan aku adalah seseorang yang berprinsip seperti itu. Tanpa aku berkata seperti itu, dia sudah mendahului dan menjawab semua yang selama ini ada di dalam pikiranku. 6 bulan persiapan pernikahan, dan aku turut mengurus segala sesuatu hal dengan sendirinya. Karena aku ingin untuk acaraku sendiri aku sendiri yang menyiapkan. Semua calon pengantin pasti tahu terutama para wanita persiapan pernikahan tidak sedikit dan tentunya memilih yang terbaik.
Advertisement
Namun yang membuat hati dan pikiran ini selalu mengganjal karena keterbatasan dana untuk persiapan acara pernikahan kami, aku hanya memiliki kerja sampingan dengan membuka usaha pet groomer di rumah dan suamiku bekerja jauh di luar kota. Pada awalnya kami ingin menikah dengan acara yang sangat amat sederhana namun kedua belah pihak keluarga ingin acara lengkap seperti layaknya orang ketika memiliki acara pernikahan.
Aku dan suamiku ingin segala sesuatu kebutuhan untuk acara kami, semua dana dari kami. Pemikiran kami sama, karena ini acara kami maka kami ingin semuanya dari kami tidak mau merepotkan orangtua kami. Mungkin banyak dari orang lain membiasakan hal ini, tapi tidak dengan kami. Tapi ternyata dana kami tidak cukup dan sangat kurang, mau tidak mau orangtuaku yang membantu dana untuk acara kami.
Aku dan suamiku sempat bimbang akan melanjutkan ini atau tidak. Memikirkan semua ini selama sebulan lamanya hingga kami memantapkan keputusan kami, yang akhirnya kami membantu dana seadanya yang kami miliki dan juga dibantu oleh orangtua kami. Walaupun dibantu oleh orangtuaku, aku tak luput dari membantu persiapan acara semuanya, mulai dari tukang rias, kamar hotel untuk tamu dan keluarga kami yang jauh datang dari luar kota sampai dekorasi acara.
Aku tidak ingin membuat orangtuaku lelah, biarkan aku yang lelah karena semua ini adalah acara kami, kami yang harus lelah di sini bukan malah duduk santai berdiam diri menunggu semuanya beres sesuai perkiraan. Karena apapun acaranya, kami sangat menyayangi orangtua kami. Sedih rasanya karena semua kebutuhan yang diperlukan tidak semua dana dari kami.
Hingga akhirnya kami menikah pada pertengahan tahun ini. Tiada kata untuk mengungkapkan momen bahagia ini, raut dia ketika ijab qabul di depan waliku yaitu ayahku sendiri, dan di saat di mana kami sah menjadi sepasang suami istri dan telah melengkapi separuh agama kami. Aku menangis, ayahku menangis, dan dia pun juga menangis karena bahagia, karena pernikahan seindah itu.
Jangan merasa pernikahan itu suatu beban yang sangat mengganggu aktivitas kamu seperti umur, karier, dan lain sebagainya. Karena kami berdua yakin, jalan yang diberikan Tuhan tidak pernah salah sedikit pun entah itu mengenai siapa, kapan, dan tepatnya kita akan menikah. Salah satu anugerah yang sangat indah.
Pada akhirnya aku menyadari pernikahan itu sederhana ketika hanya ada penghulu, wali, dan calon pengantin. Semuanya tampak begitu sederhana, lalu aku berpikir kenapa kita membutuhkan acara ini begitu meriah sedangkan pernikahan bisa sesederhana itu? Ya, karena momen ini begitu berharga hanya sekali seumur hidup, setidaknya kita bisa melalui ini semua dengan mengingatnya dengan cara seperti itu. Tapi tidak, menurutku pernikahan itu sangat sakral dan sangat sederhana yang lain hanya pendukung agar acara ini terlihat begitu hebat.
Aku senang tentunya, senang ketika suamiku menghalalkan aku sebagai istrinya. Hanya pikiran itu yang membekas sampai saat ini di ingatanku. Sederhananya ijab qabul, sederhananya dia sebagai suami sahku di mata agamaku dan sederhananya melihat ayah yang menjadi waliku yang sekaligus menikahkanku dengan suamiku.
Kami sangat berterimakasih kepada orangtua kami yang selalu membimbing dan membantu kami dari mulai awal persiapan pernikahan ini. Karena setiap orangtua menginginkan semuanya yang terbaik untuk anaknya termasuk untuk acara pernikahan anaknya. Aku bersyukur karena saat ini aku masih mempunyai orangtua lengkap dan bertambah menjadi empat orangtua semakin lengkap hidupku ini. Aku menyayangi kalian.
- Usia Belum 20 Tahun, Terpaksa Menerima Perjodohan karena Masalah Ekonomi
- Menikah di Usia Belia, Menyatukan Perbedaan Dua Keluarga Tidaklah Mudah
- Menikah Itu Jadi Ancaman Terbesar dalam Diriku
- Terkadang Ada 'Drama' yang Harus Dilewati Sebelum Menikahi Kekasih Hati
- Pernikahan Tak Cuma Menyatukan Dua Insan, Tapi Menerima Perbedaan Keluarga
(vem/nda)