Sukses

Lifestyle

Mau Pacaran Berapa Lama Pun, Tetap Saja Jodoh di Tangan Tuhan

“Kok nggak jadi, terus kapan nikah”

Dulu di saat orangtua belum memperbolehkan pacaran, saya justru pacaran, dan disalahkan.

Dulu di saat sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan belum mengenal pacaran, saya justru pacaran, dan disalahkan.

Dulu di saat teman-teman tidak pacaran karena fokus sekolah, saya justru pacaran, dan disalahkan.

Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang. Hari berganti hari, bulan berganti bulan semua sudah berubah, dan kita harus move-on! Tidak terasa, lulus SMA, kerja, kuliah, lulus, kerja, kuliah S2, dan... Sudah pasti titik-titik itu jawabannya, “Kapan nikah?”

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Saya sudah pacaran 6 tahun dan akhirnya tidak jadi menikah karena saya memutuskan untuk kuliah S2. Tapi jujur saya mulai capek saat semua orang justru mem-bully saya! Dulu orangtua belum memperbolehkan pacaran karena harus fokus kuliah. Bahkan sudah kuliah pun masih diawasi orangtua. Saya pun terpaksa backstreet dan pacaran ngumpet-ngumpet.

Dulu sempat bilang ke orangtua hubungannya mau diseriusin, tapi orangtua marah-marah dan tidak setuju. Dengan syarat harus kerja dulu, nikah juga harus sama laki-laki yang gini dan gitu. Tak boleh asal pilih dan segala macem. Tapi sekarang orangtua justru tanya kapan. Kesibukan saya sih emang kerja ngasdos, freelance, dan ambil S2 lagi. Biaya sendiri dan dapat beasiswa dari S1, jadi emang sudah biasa mandiri.

Tapi giliran sekarang sudah asyik-asyiknya mau kuliah lagi, hampir tiap hari orangtua tanya, "Kapan nikah" Terus punya rumah, punya anak, bisa bikin orangtua seneng. Jujur saja ya girls, saya itu bukan orang yang mudah dijatuhkan sama omongan orang lain, selagi saya sendiri nyaman. Tapi agak risih juga dan akhirnya berujung marah-marah di saat hampir tiap hari orangtua tanya kapan nikah.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Ini masih pertanyaan dari orangtua, ternyata pertanyaan, “Kapan nikah” itu juga dari saudara-saudara. Saya terkenal sudah pacaran sejak masih sangat muda girls, jadi sepupu-sepupu masih belum kenal pacaran saya sudah. Tapi sekarang satu per satu sepupu dan ponakan yang seumuran ke rumah ngasih undangan dan akhirnya mereka nikah. Sudah banyak yang punya anak. Lalu saya kapan?

Banyak saudara yang selalu kait-kaitkan dengan kisah cinta saya yang katanya 6 tahun dan tidak jadi nikah. Mereka tanya enak-enak saja, sini yang jawab itu pusing. Secara, siapa sih yang mau putus atau tidak jadi atau apa.

Tapi prinsip saya begini, mumpung masih pacaran dan belum terlanjur jauh. Mending cari jalan masing-masing dan memanfaatkan masa muda. Saya kan tidak harus kecewa berlarut-larut. Tentunya jadi menikah atau tidak itu kan pertimbangan besar.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Keputusan saya untuk kuliah lagi dan menunda pernikahan itu sebuah keputusan prinsipil karena memang saya tipe wanita yang suka belajar dan suka meraih sesuatu pakai jerih dan payah sendiri. Tapi ya gimana, usia sudah mau seperempat abad. Tak ayal, hajaran pertanyaan, “Kapan nikah” harus selalu saya dengar. Baik saat acara keluarga, hari raya, dan lain sebagainya.

Mau tidak mau kita pasrah dan jawab saja, “Doakan saja ya." Itu sih jawaban paling aman menurut saya. Soalnya, ada saudara saya sendiri yang memang suaranya seperti tong. Lebar dan keras banget. Bahkan mem-bully saya sampai ke personal karena dulu pacaran sekarang giliran sepupu-sepupu nikah malah masih santai.

Jujur sakit hati sih kalau yang bilang itu saudara sendiri, tapi mau gimana lagi. Ya sudah tetap berusaha tegar. Hidup ini harus tetap berkualitas dan saya punya prinsip!

Terus bully itu juga datang dari teman-teman. Baik itu teman SD, SMP, SMA, dan kuliah yang sudah pada nikah dan sudah pada punya anak. Mereka bully saya karena saya dianggap hanya berani pacaran saja dan tidak berani serius. Banyak teman-teman yang berpikir saya kapok pacaran lama akhirnya hanya sakit hati dan apapun.

Ilustrasi./Copyright pexels.com

Ya, apapun itu. Saya sudah memutuskan untuk kuliah lagi jadi saya menunda pernikahan. Perihal sudah pernah pacaran 6 tahun dan tidak jadi itu rasanya seperti apa ya bisa dibayangkan sendiri. Tentunya merasa sudah buang-buang waktu dan ingin mengulang waktu. Tapi kembali lagi, semua itu proses. Tentunya jodoh itu di tangan Tuhan, bagian kita hanya lah berusaha dan pasrah.

Saya sih masih pegang wejangan dari orangtua waktu zaman saya kecil dulu, “Hati-hati, jaga kehormatan. Biar suamimu pun bisa mencintaimu dengan hormat. Jangan salah pilih, pasti Tuhan berikan yang terbaik." Ya sudah, wejangan itu akan tetap ada di hati.

Ya sudah, mau pacaran berapa lama pun, tetap saja jodoh di tangan Tuhan. Jangan memaksakan hubungan lah. Baik dipaksakan orangnya atau pun dipaksakan waktunya. Biar semua mengalir apa adanya.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading