Siapa pahlawan pribadimu? Kebanyakan pasti menjawab ibu, keluarga, sahabat, hingga selebriti atau sosok yang mereka kenal dan kagumi. Meski nggak kenal secara dekat atau pribadi, setidaknya perjuangan mereka patut jadi inspirasi.
Tapi, nggak ada yang mau memilih diri sendiri, nih? Padahal, nggak apa-apa juga kok, kalau mau. Bukannya narsis, ya. Kadang kita juga bisa jadi pahlawan bagi diri sendiri. Bahkan, sebenarnya setiap hari ada kok, yang rela berkorban untuk kita. Meski kadarnya berbeda-beda, tetap harus kita hargai.
Orang-orang yang Kita Kenal
Sama seperti kebanyakan anak, tak terhitung pengorbanan orang tua untuk membahagiakanku. Meski ayah sudah lama tiada, ibu masih tetap berusaha membahagiakan ketiga anaknya, meski dengan cara berbeda-beda. Beda bukan berarti pilih kasih, ya.
Salah satu pengorbanan terakhir Ibu yang akan selalu kuingat adalah membantuku pergi ke luar negeri, tempat ketiga sahabat lamaku berada. Beliau bukan tipe perempuan sentimental, namun pemberian dari beliau ini bikin aku sangat terharu. Apalagi, waktu itu aku juga baru saja putus dan kehilangan pekerjaan.
Lalu, bagaimana dengan teman-teman, terutama yang paling dekat? Banyak cerita indah mengenai pengorbanan mereka yang tidak akan pernah kulupakan. Nggak hanya sebagai pendengar curhat yang sabar dan memberi solusi, mereka juga pernah membantuku dengan banyak hal lain. Satu tulisan ini tidak akan cukup menyebutkan semuanya.
Bila keluarga adalah sosok-sosok pilihan Tuhan untuk menyayangimu, maka teman-teman adalah pilihan tambahanmu sendiri.
Orang-orang yang Tidak Kita Kenal
Lho, kok bisa? ‘Kan tidak kenal.
Mungkin itu yang tercetus di benak saat membaca sub-judul di atas. Padahal, kalau kita mau lebih perhatian sedikit, bahkan orang-orang asing yang berpapasan sama kita setiap hari suatu saat juga bisa jadi pahlawan kita, lho. Aku sudah pernah beberapa kali mengalaminya.
Contoh, saat ada yang mencoba melecehkanku di dalam kereta api yang sesak, seorang laki-laki yang berdiri di samping langsung ‘pasang badan’ menghalangi tangan si laki-laki mesum. Begitu pula saat ada perempuan muda yang menawarkanku tempat duduk saat melihatku membawa banyak barang di bus.
Andai kita berpikir seperti ini lebih sering, mungkin kita akan belajar lebih menghargai sesama tanpa memandang asal-usul dan latar belakang mereka, namun dari perbuatan baik yang mereka lakukan.
Diri Sendiri
Kadang kita terlalu takut menganggap diri sendiri pahlawan yang rela berkorban. Nggak hanya buat sesama, namun juga diri sendiri. Ada rasa khawatir akan dicap angkuh.
Padahal, kenyataannya nggak harus selalu begitu, kok. Bila nggak mau dicap sombong, mungkin kita cukup mengingat-ingat pengorbanan kita demi kebaikan diri sendiri.
Contoh, daripada memaksakan diri ngumpul dengan teman-teman, aku lebih memilih beristirahat bila sakit. Daripada belanja yang tidak perlu, mending uang ditabung untuk keperluan masa depan yang lebih penting. Bahkan, tidak mau sembarangan kompromi hanya demi menyenangkan orang lain namun menyiksa diri sebisa mungkin tidak kulakukan lagi.
Ya, itulah pengorbanan yang kulakukan untuk diri sendiri.
Sebenarnya banyak kok, yang rela berkorban untuk kita. Masalahnya, siapkah kita untuk melakukan yang sama? Semoga Dirgahayu RI ke-73 kali ini mengingatkan kita untuk semakin menghargai jasa dan pengorbanan para pahlawan, sosok-sosok tercinta, maupun sesama manusia lainnya.
Ya, bahkan untuk urusan yang mungkin selama ini terlalu sering kita anggap remeh.
Advertisement
- Berjauhan dengan Suami Saat Hamil, Aku Kuat demi Kebahagiaan Bersama
- Hidup Berdampingan dengan Kanker
- Bukan Kemewahan yang Diinginkan Orangtua, Tapi Melihat Anaknya Bahagia
- Bekerja untuk Kemanusiaan Tanpa Mempedulikan Angka-Angka di Ijazah
- Suami Tidak Memanusiakan Aku dan Anak-Anakku, Dia Malah Nikah Lagi
- Meski Tak Siap Hadapi Cobaan, Selalu Ada Pilihan untuk Bertahan
(vem/nda)