Untuk bisa berkembang dan memperbaiki diri, kita harus berani mengorbankan zona nyaman. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini.
***
Kita semua pasti tahu setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter-karakter yang mungkin sering kita kenal yaitu ekstrover dan introver. Sejujurnya, saya adalah orang yang sangat sangat sangat introver. Saya merasa takut untuk bertemu dengan orang lain dan seringkali saya tidak bisa bersosialisasi ataupun mendapatkan teman dengan mudahnya seperti kebanyakan orang pada umumnya.
Advertisement
Saya juga bukan orang yang berani berbicara. Saya merasa nervous saat berbicara dengan orang lain. Satu lagi kelemahan saya yaitu saya sangat sulit untuk melakukan kontak mata dengan orang lain. Ketika berbicara dengan orang lain siapapun itu bahkan dengan keluarga saya sendiri saya pasti menunduk atau mengalihkan pandangan saya ke tempat lain.
Saya tahu mungkin beberapa di antara mereka menganggap saya sombong atau tidak menghormati mereka. Tetapi, itulah salah satu kelemahan saya sebagai si introver. Sebagai seorang introver, rumah khususnya kamar adalah tempat terbaik bagi saya. Tempat di mana saya bisa merasa aman tanpa harus bertemu ataupun berinteraksi dengan orang lain.
Bagi saya, menjadi seorang introver adalah hal yang tidak mudah. Seringkali saya di-bully dengan teman-teman saya, dikucilkan dan dianggap sebagai manusia “aneh dan anti sosial”. Saya sempat merasa depresi dengan keadaan diri saya yang saya tidak tahu bagaimana saya harus mengatasi semua ini, bagaimana saya harus bertindak dan bersikap. Saya sempat berpikir bahwa saya memiliki kelainan mental atau sejenisnya dan saya juga sempat berniat untuk berkonsultasi dengan psikolog tetapi saya terlalu takut karena saya tidak mau dianggap sebagai “orang gila”.
Suatu saat saya sedang menonton salah satu video di YouTube. Video yang saya lihat adalah video salah satu influencer yang seringkali mengikuti kegiatan-kegiatan sosial. Si YouTuber tersebut cerita bahwa dirinya adalah seorang yang sangat introver. Jujur, awalnya saya sempat merasa tidak yakin dan terkejut karena yang saya lihat dia sama sekali tidak kelihatan sebagai seorang yang introver.
Dia berbicara dengan sangat percaya diri dan saya sering melihat kegiatan-kegiatannya yang dia posting di Instagram. Saya melihat YouTuber ini sering diundang menjadi pembicara dan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di berbagai negara. Satu pelajaran yang saya dapatkan adalah harus berani keluar dari zona nyaman. Saya juga membaca salah satu kutipan dalam buku favorit saya yaitu, “There’s no growth in comfort zone and there’s no comfort in growth zone. I must leave my comfort zone to grow.”
Semenjak saat itu saya bertekad untuk keluar dari comfort zonesaya. Saya harus berani berkomitmen dengan diri saya untuk berani keluar, berani mencoba hal-hal baru dan berani untuk berproses. Namun, satu yang menjadi kendala saya adalah saya tidak tahu harus bagaimana dan harus mulai dari mana.
Hingga suatu hari, saya diajak oleh salah satu teman dekat saya untuk bergabung disebuah komunitas kepemudaan. Salah satu kegiatan yang saya ikuti dari komunitas ini adalah kegiatan mentoran. Jadi saya dan teman saya dibimbing oleh para mentor-mentor yang berprestasi dan memiliki keahlian untuk membantu para mentee mengembangkan diri.
Awalnya saya sempat takut. Tetapi ketika saya mengetahui bahwa salah satu mentor saya itu adalah seorang yang sifatnya introver dan melankolis saya menjadi lebih tenang dan kekhawatiran saya berkurang. Dia menceritakan kehidupan dia, bagaimana dia berproses hingga pada akhirnya dia bisa menjadi orang yang sukses dan berani berbicara di depan umum.
Satu hal yang membuat saya merasa sangat senang adalah beliau bisa mengetahui keadaan saya tanpa saya beritahu sebelumnya dan beliau sangat bisa mengerti apa yang saya rasakan saat ini. Saya seperti menemukan keluarga baru. Akhirnya saya bisa menemukan orang yang bisa mengerti keadaan saya.
Beliau mengajarkan saya banyak hal. Beliau mengajarkan saya untuk memecah keterbatasan yang saya miliki. Beliau meyakinkan saya bahwa hanya karena saya seorang yang sangat introver bukan berarti saya tidak mampu berbicara di depan umum atau menjadi speaker, bukan berarti saya tidak bisa menjadi orang yang sukses. Perkataan beliau yang paling saya ingat adalah “Jangan pernah mau dipertuhankan oleh sifat. Kamu boleh menjadi introver dan tidak ada yang salah dengan itu tetapi kamu juga harus tahu bagaimana bersikap dan bagaimana memposisikan dirimu. Kamu harus tahu kapan kamu harus menjadi introver dan kapan kamu harus menjadi ekstrover.”
Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan mentor yang bisa membuat saya berani untuk berubah. Saya juga sangat berterima kasih kepada teman saya yang telah mengajak saya untuk bergabung di komunitas tersebut. Mentor saya memiliki peran yang sangat berarti bagi hidup saya.
Saya banyak belajar dari mereka. Keterbatasan bukanlah penghalang kesuksesan dan bukanlah alasan untuk kita terus berdiam diri. Saya sadar, ternyata selama ini saya telah mempertuhankan sifat introver saya dan hanya menyalahkan nasib. Hingga saat ini saya bisa menjadi pribadi yang jauh lebih berani dan percaya diri. Walaupun saya masih seorang yang introver, tetapi saya sudah jauh berubah dan bisa lebih berani berbicara bahkan berbicara di depan umum.
Bagi saya, mentor-mentor saya adalah pahlawan bagi kehidupan saya karena mereka telah membantu saya untuk berubah dan berani. Bukan hanya berani bermimpi tetapi juga berani mengejar mimpi.
(vem/nda)