Saat sudah menikah, kita harus siap berkorban lebih banyak dan melakukan sejumlah penyesuaian. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini.
***
Ketika aku memutuskan untuk menikah, maka di titik itu pengorbanan dimulai. Aku tidak lagi berpikir soal aku, tetapi kami. Aku harus menyesuaikan diri dengan pasangan hidup. Dari selera makan, hobi, sampai hal-hal remeh seperti model baju. Bayangkan, aku yang tidak suka pedas harus belajar menikmati makanan pedas. Atau, berusaha tidur di tengah keriuhan pertandingan bola yang ditayangkan televisi.
Level pengorbanan itu bertambah ketika anak-anak lahir. Aku harus pandai mengatur waktu antara bekerja dan mengasuh anak-anak. Meski melelahkan namun semua aku jalani dengan baik. Memang ketika rasa lelah datang, bisa membuatku marah karena anak-anak membuat kesalahan kecil. Namun aku cepat-cepat meminta maaf dan menjelaskan mengapa aku marah pada anak-anak. Mereka tahu aku tetap menyayangi mereka.
Advertisement
Pengorbananku mencapai puncak tertinggi ketika harus berhenti bekerja dan tinggal di tempat baru. Tempat yang jauh dari rumah dan lingkungan yang selama ini aku dan anak-anak kenal. Memulai lagi kehidupan sungguh tidak mudah. Aku harus mengenal bahasa, kebiasaan, dan banyak hal lain yang tidak pernah aku pikirkan. Rasanya seperti di dalam gelap, harus meraba untuk menemukan tombol lampu.
Tempat tinggal baru ini sungguh tidak mudah. Aku yang terbiasa berada di tempat dengan segala fasilitas yang mudah dijangkau, kini harus meluangkan waktu untuk pergi ke pasar yang letaknya cukup jauh dari rumah. Rutinitas pun berubah. Begitu juga seragam dinasku, tidak ada lagi celana kain dan blus cantik yang biasa aku pakai. Cukuplah kaos, jaket, dan celana jeans lusuh yang aku pakai untuk menjemput anak-anak. Meski kelihatannya sepele, tapi sungguh perubahan ini membutuhkan mental yang kuat.
Pernahkah aku menangis? Ya, pernah. Namun aku tidak pernah memperlihatkannya kepada siapa pun. Aku harus mendapatkan jalan untuk bisa melalui ini semua. Sungguh tidak mudah, tetapi aku tidak mau menyerah. Anak-anak pasti melihat perjuanganku dan mereka kelak akan berjuang di tempat yang berbeda. bersyukur, seiring berjalannya waktu, aku bisa melewati rintangan yang ada.
Lantas apakah pengorbanan itu sudah selesai? Belum. Pengorbanan baru akan berakhir ketika ajal menjemput. Tetapi dengan pengorbanan itu, aku menjadi lebih kuat dan tegar dalam menghadapi kehidupan.
- Dalam Setiap Perjuangan, Ada Campur Tangan Tuhan
- Bertahan sebagai Anak Rantau, Hidup yang Sederhana Janganlah Dibuat Rumit
- Kukorbankan Pria yang Kucinta untuk Menikahi Perempuan Pilihan Ibunya
- Perempuan Bisa Betap Berdiri Tegak Meski Dilanda Badai Prahara Kehidupan
- Setelah Cerai, Kulepas Karier Cemerlang demi Buah Hati Tercinta