Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.
***
Menjadi job hunter sangat membutuhkan kesabaran. Hingga akhirnya dapat panggilan wawancara, luar biasa senang rasanya. Lokasi wawancara yang jauh di Jakarta sempat mendapat penolakan dari ibu. Memang saat itu ibu sedang sakit dan tidak mau ditinggal. Tapi aku yang mendambakan pekerjaan mencoba meluluhkan hati ibu untuk mendoakanku. Akhirnya aku berangkat.
Perasaan seorang ibu pun aku rasakan jika beliau masih tidak merestui. Dan benar, ketika aku pulang dari Jakarta, ibu cerita kepada orang lain jika beliau tidak merestui kepergianku. Pertanda aku tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai minat jurusanku, hanya karena tidak ada doa ibu. Aku hanya bisa pasrah jikapun memang tidak ada jawaban panggilan kembali dari perusahaan yang mewawancaraiku.
Advertisement
Hampir seminggu setelah kepulanganku ke rumah, tidak kuduga atas apa yang terjadi hari itu. Kakak sulungku mendadak merasakan lemas dan keringat yang membasahi sekujur tubuh seperti habis mandi. Segera kami bawa ke rumah sakit. Terdeteksi sebagai serangan jantung, aku sangat terkejut. Memang keluargaku ada keturunan penyakit jantung dari ayah, tapi tetap saja aku seakan tidak mempercayai kenyataan ini. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi di usia kakakku yang belum tua.
Hari-hari dilakoni dengan banyak berdoa agar kesehatan kakakku kembali seperti semula. Aku tidak ingin kehilangan anggota keluarga kembali setelah kepergian ayah. Selama empat hari dia dirawat di ruang ICU kotaku, selanjutnya dibawa ke RS Tulungagung yang lebih lengkap fasilitas jantung selama lima hari. Sebulan kemudian kembali ke RS Tulungagung untuk operasi pemasangan ring.
Andaikata aku jadi bekerja di Jakarta, mungkin aku tidak bisa merawat kakakku. Dia belum punya istri kembali semenjak menjadi duda, jadi tidak ada yang telaten mengurusinya selama di rumah sakit selain aku, kakak laki-laki lain, dan ibu. Jikapun ibu saja sebagai wanita yang mengurusnya, tidak akan sanggup sedangkan kondisi beliau masih lemah.
Menjadi anak perempuan satu-satunya dalam keluarga apalagi sebagai anak terakhir, aku menyadari akan pentingnya menjaga keluarga di rumah. Aku pun melupakan pekerjaan sementara itu. Aku rasa pengorbananku tidak nekat untuk merantau, ada hikmah di balik ini semua. Ada orang-orang tercinta yang harus aku rawat.
Mengurus kakakku yang berjuang dengan penyakit jantungnya dan menjaga ibu agar tidak letih di rumah sakit. Selama berada di Tulungagung, kami meminta ibu lebih banyak beristirahat di tempat penginapan. Sedangkan aku dan kakak lain bergantian menjaga di rumah sakit. Banyak hal yang aku pelajari selama merawat kakak. Kesabaran dan ketelatenan. Sekali dua kali kakak tampak uring-uringan selama di RS, aku pun hanya sabar tidak terpancing emosi agar tekanan darahnya tidak semakin tinggi. Hingga akhirnya operasi terlaksana dan kakak merasa baikan, aku merasakan kelegaan yang luar biasa. Bagiku melihat kakak sehat kembali itu lebih penting. Aku tidak menyesal atas tidak diterimanya aku di perusahaan.
- Kehilangan Sebelah Sayap Bukan Berarti Akhir dari Segalanya
- Air Mata Masih Mengalir di Pipi Saat Kuingat Wajah Mama di Sela Doaku
- Dua Wanita yang Merajut Sepasang Sayap Malaikat
- Dalam Hidup, Selalu Ada Sosok yang Jasanya Takkan Pernah Mampu Kita Balas
- Berkorban dan Berjuang di Usia 25 Tahun, Aku Yakin Tidak Ada Yang Sia-sia
(vem/nda)