Mengorbankan hati dan perasaan pada seseorang yang tak pernah peduli lagi jelas menyakitkan. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Pada kenyataannya tak semua pengorbanan yang kita lakukan bisa berakhir bahagia.
***
Malam itu begitu sunyi, di penghujung usiaku yang ke-23 entah mengapa aku masih terjaga. Tiba-tiba saja hati dan pikiranku seperti sedang beradu argumen,tubuhku lemas. Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi dengan tubuh dan sarafku.
Semuanya membingungkan, hatiku mengingatnya. Laki-laki yang kuberi ruang istimewa baik dalam hidupku maupun hatiku. "Kau selalu menyudutpandangkan bahwa ia yang bersalah padahal kau hanya orang yang egois dan tak mau melihat kesalahanmu yang kau perbuat untuknya," kata hatiku yang seakan menyalahkanku. Namun pikiranku menyangkalnya, "Lepaskanlah, hidupmu masih panjang. Tak selayaknya kau hidup dalam penderitaan yang selalu kau sembunyikan sendirian. Cinta memang harus mengalah, tapi tidak untuk selamanya. Angkat kepalamu jangan biarkan mahkotamu terjatuh."
Advertisement
Setelah sekian kali kuikuti kata hatiku, kali ini akan kubiarkan pikiranku yang bekerja membuat rangkaian cerita yang akan kujalani untuk ke depannya. Sebuah skenario yang baru, yang akan menggantikan skenario yang sudah kutata sedemikian megahnya. Namun dia hancurkan begitu saja. Pengkhianatan demi pengkhiatan yang ia berikan perlahan membuat hatiku mengalah pada logika yang berhasil memecahkan semua pertanyaan tentang janji-janji yang ia lantunkan.
Aku siap tanpamu!
Di penghujung usia ke-23 ini aku siap. Mengorbankan hatiku, menyimpan jauh rasa cinta yang kumiliki di palung hati terdalam. Ini sangat menyesakkan, pilihan paling menyakitkan di mana aku akan hidup dan mencintai sendiriian. Meskipun sudah terbiasa tanpanya, terbiasa menyatukan kembali serpihan hati dengan sendirian, tetapi rasanya kali ini lebih berat. Aku akan meninggalkannya, membiasakan diri dari semua hal yang biasa ia lakukan denganku. Aku akan membuat satu cerita yang baru di mana pemerannya hanya aku saja, ya tanpamu.
Aku menyerah, untuk hati yang tak akan tersakiti lagi. Untuk perasaan yang tak pernah dihargai. Untuk perjuangan yang tak pernah kau anggap ada. Aku melepasmu, kali ini kau dapat terbang bebas. Tak akan ada lagi keterpaksaan untukmu.
Terbanglah kupu-kupuku. Terima kasih, kali ini kau tak perlu kasihan lagi. Hatiku tak patah lagi. Terbanglah yang tinggi, hinggaplah pada sebatang mawar baru yang dapat menyimpan manis madumu yang keliru. Metamorfosismu telah sempurna, kau sudah tak lagi layak hidup pada bunga yang telah gugur.
Waktu menunjukkan pukul 00.19 di mana usia ke-24 sudah kuluangkan untuk membuang air mataku bersama kenanganmu. Ini air mata terakhir untukmu, aku berjanji. Semoga kau dapat menemukan orang yang senantiasa mengertimu. Orang yang begitu kuat menahan sakit sendirian. Maaf aku tak bisa berpura-pura lagi, inilah lemahku, inilah titik jenuhku. Aku berhenti.
- Cinta Tak Bersyarat Bisa Tercipta dari Kesederhanaan
- Ibuku Malaikat Pelindung Anak-Anaknya
- Di Balik Suksesnya Perempuan, Ada Pengorbanan Seorang Bapak yang Luar Biasa
- Tuhan Bisa Kabulkan Doa di Ujung Perjuangan, Bagai Hujan Menyirami Kemarau
- Darah dan Keringat Mama adalah Hidupku
(vem/nda)