Sukses

Lifestyle

Bapak Menjagaku Sampai Kuat, Mengajariku Cara Berjuang Hingga Akhir Hayat

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Kau didik aku untuk jadi kuat, kujaga dirimu hingga akhir hayat.

Bapakku adalah lelaki yang sangat kuat. Sosok pengayom dalam keluarga kami ini begitu melindungi kami sekaligus memanjakan kami. Tidak hanya mencari nafkah, beliau juga selalu turun tangan membantu seluruh pekerjaan rumah mulai dari memasak hingga mencuci. Tidak ada dikotomi pembagian tugas lelaki dan perempuan bagi beliau. Semua wajib bisa dilakukan. Begitulah yang beliau ajarkan padaku, melalui contoh nyata. Bagaimana menjadi kuat dan hebat di segala hal. Beliau juga sangat protektif menjaga kami anak-anaknya.

Hingga saat vonis dokter itu tiba. Tiba-tiba lelaki kuat dan lincah bepergian kemana-mana ini ambruk lumpuh tak berdaya. Segala macam tes medis dilakukan di kota kecil kami untuk mengetahui jenis penyakit Bapak, namun tetap tidak terdeteksi. Hingga akhirnya kami melakukan tes MRI di RS di ibukota provinsi, dan hasilnya mengejutkan. Ditemukan sel kanker yang sudah menyebar di tubuh beliau. Di setiap ruas tulang belakang ditemukan sel kanker ganas, yang merupakan persebaran sel kanker yang awalnya bersumber dari paru-paru. Hal yang mengejutkan mengingat beliau tidak pernah merokok seumur hidupnya.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/brigitte tohm

Shocked, tak percaya, dan terpukul sekali kami sekeluarga waktu itu. Apalagi saat itu saya tengah bertugas jauh, ribuan kilometer dari kota asal saya. Sebagai anak perempuan tertua, saya merasa bertanggung jawab dan ingin merawat Bapak karena Ibu sendiri memiliki sakit jantung dan darah tinggi. Sungguh dalam dilema saat itu, karena saya tengah berada di puncak karier sementara Bapak butuh dijaga karena pengobatan kanker, mulai dari biopsi hingga kemoterapi hanya bisa dilakukan di RS ibukota provinsi yang tidak bisa dilaju dari rumah kami yang berjarak ratusan kilometer jauhnya.

Adik saya si nomor dua laki-laki, bekerja sebagai karyawan swasta di lain kota sehingga tidak bisa sepenuhnya menjaga Bapak. Adik saya yang nomor tiga juga laki-laki masih kuliah dan sedang menempuh KKN di kota lain, sementara adik bungsu saya perempuan masih sekolah dan tentu tidak bisa bolos hingga jangka waktu lama untuk sepenuhnya menjaga Bapak.

Setelah berkonsultasi dengan suami, akhirnya saya memutuskan untuk resign dan berkonsentrasi menjaga Bapak bolak balik ke RS dan rumah. Suami menyuruh saya untuk sepenuhnya memberikan semangat dan harapan untuk Bapak yang hanya divonis bertahan hidup maksimal 6 bulan oleh dokter saat itu.

Akhirnya tes demi tes, pengobatan demi pengobatan dijalani Bapak, didampingi saya dan Ibu yang bergantian berjaga merawat Bapak di RS dan rumah. Saat akhir pekan adik-adik laki-laki datang menggantikan, dan saya bisa pulang bertemu suami dan anak-anak. Sungguh menguras tenaga, emosi, waktu, dan biaya saat itu. Yang paling berat adalah melihat tubuh kuat Bapak perlahan layu rapuh dan begitu kurus dimakan sel-sel kanker yang ganas. Lelaki yang menjagaku ketika kecil hingga dewasa itu bahkan hanya sanggup berbaring dan segala keperluannya  dibantu. Kenyataan yang sungguh pilu.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/elena ferrer

Lima belas bulan berlalu, Bapak yang keluar masuk RS suatu ketika tiba-tiba menolak untuk dirawat lagi. Kukuh bersikeras beliau menolak kemoterapi, meskipun sudah saya rayu-rayu. Ternyata di keesokan paginya beliau berpulang, saat saya tidak berada di sisi beliau karena sedang pulang ke rumah menjaga suami yang sedang sakit dan mengurus anak-anak.

Hanya Ibu yang berada di sisi beliau saat napas terakhirnya. Lima belas bulan beliau bertahan, dari vonis dokter yang hanya 6 bulan. Saya sudah merelakan beliau berpulang, beliau sudah berjuang sepenuh tenaga. Pengalaman tak terlupakan saya menjaga Bapak, momen-momen kebersamaan saat kami hanya berdua berbincang segala hal di kamar RS atau saat di rumah setiap harinya tidak akan pernah terlupakan.

Terima kasih Bapak, kau didik dan menjagaku aku hingga aku kuat, serta mengajarkanku bagaimana terus berjuang hingga akhir hayat.






(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading