Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.
***
Hari ini tepat tiga bulan kepergian papa. Merasakan kepedihan yang teramat sangat karena kehilangan sosok orang yang sangat aku sayangi di dunia ini membuatku sangat terpukul. Selama ini aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana hidupku jika papa tak ada lagi di sisiku.
Advertisement
Selama 24 tahun aku hidup, aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana jika satu hari saja tak ada sosok papa di sampingku. Semenjak kecil hingga dewasa, papa selalu ada untukku. Bahunya selalu menjadi sandaran di saat aku membutuhkan seseorang untuk menguatkanku apabila aku menghadapi masalah dalam hidup ini, nasihatnya selalu menyemangatiku saat aku sedang terjatuh, candanya selalu menghibur dalam setiap duka yang terpaut di relung hatiku.
4 bulan lalu, papaku mengalami kecelakaan di jalan raya, motor yang ia kendarai ditabrak oleh pengemudi motor lain. Padahal saat itu papa baru saja selesai check updari rumah sakit. Kondisi papa tidak terlalu parah, hanya patah tulang kecil, dan sesak napas karena benturan, tetapi setelah beberapa minggu, papaku dirawat di rumah sakit. Sesak napasnya semakin parah, bahkan ususnya pun pecah, dokter memvonis bahwa papaku mengalami komplikasi, karena benturan di organ dalamnya akibat kecelakaan.
Hari demi hari, kondisi papaku tidak menunjukkan hasil yang baik. Sekitar 1 bulan lebih dirawat dan berpindah-pindah rumah sakit, menjalani operasi dan perawatan di ICU selama berminggu-minggu. Kondisi terakhir papa, ia harus menjalani trakeostomi (pelubangan pada lehernya akibat kesulitan bernapas), di rumah sakit di Jakarta.
Pada hari Minggu 18 Maret 2018, 3 hari setelah ulang tahunnya yang ke 63, papa menghembuskan napas terakhirnya. Aku tak percaya dan menyesalkan semua yang terjadi. Tak mungkin papa pergi secepat ini. Papaku itu adalah sosok paling kuat yang pernah kukenal.
Keadaan ini membuatku tidak bisa menerima kepergian papa. Papa seharusnya masih ada di sampingku saat ini, melihatku sukses, dan melihatku menikah.
Hal ini membuatku menjadi sangat tertutup dan temperamen. Bahkan kepada mamaku, kakakku, dan orang-orang di sekelilingku.
Saat ini aku hanya tinggal berdua dengan mama. Aku memiliki kakak perempuan yang rumahnya jauh dari tempat tinggal kami. Keseharianku hanya dihabiskan dengan bekerja dari pagi hingga larut malam bahkan di akhir pekan pun aku harus menghabiskan waktu di kantor. Kondisi ini membuatku jarang meluangkan waktu dengan mamaku.
Mama sudah lama menderita stroke. Terkadang ia sering mengeluh. Sedikit cerewet dan sering marah-marah terhadapku. Sangat berbeda dengan papa, yang selalu sabar, tak pernah mengeluh dan selalu memaafkan kesalahan yang kuperbuat.
Tapi hari ini dan selamanya akan kuingat satu hal. Pesan papa yang terakhir ia katakan sebelum mengembuskan napas terakhirnya, “Jaga Mama."
Aku kini memiliki tanggung jawab yang besar, menjadi tulang punggung, anak, sekaligus penjaga yang harus menjaga dan merawat mamaku, orangtua satu-satunya yang kumiliki, yang dulu dengan setia menjaga dan merawatku dengan penuh kasih, hingga aku bisa sesukses sekarang. Semua itu berkat mama dan papa.
Sebuah pesan terakhir yang selalu aku usahakan untuk mewujudkannya. Aku akan menjaga mama, selalu sabar terhadap beliau, sama seperti yang papa lakukan terhadap mama saat papaku masih ada, aku akan menerima kondisinya, karena hanya mama yang kumiliki saat ini.
- Bersedih Secukupnya Saja, Kepergian Seseorang Tak Bisa Selamanya Ditangisi
- Selalu Libatkan Tuhan dalam Urusan Apapun, Karier dan Jodoh Pun Dimudahkan
- Mengobati Gelisahnya Hati Belum Dikaruniai Anak dengan Berhijrah
- Jangan Takut Berumah Tangga, Sebab Rezeki Sudah Ada yang Mengatur
- Dibesarkan Sebagai Wanita, Pemuda Ini Tak Sadar Bahwa Sejatinya Ia Pria
“
(vem/nda)