Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.
***
Dahulu, aku tak pernah mendengarnya mengeluh. Tak pernah kulihatnya terus merutuki takdir. Tak pernah aku mendengarnya menangis dan terus bersedih hati atau pun sakit hati. Namun sekarang? Kenapa bisa seperti ini?
Dia ibuku. Wanita yang selama ini membesarkanku. Mengajarkan padaku arti tentang dunia, membuka mataku tentang cakrawala ilmu dan menyirami hatiku dengan petuah-petuah terindah yang tak mungkin aku dapatkan selain dari lisannya.
Takdir yang mungkin belum bisa ia terima. Walau sebenarnya aku pun terkadang tak percaya. Dia lelah katanya. Saat ia berkata seperti itu, aku ingin selalu berada di sisinya, menjaganya dan mendengar semua curahan hatinya. Aku tak mengerti bagaimana perasaannya, namun setiap ceritanya ia selalu merasa ia lelah.
Advertisement
Siapa yang harus kusalahkan? Saat itu memang aku tak lagi anak-anak, aku pun tahu apa yang terjadi dengan orangtuaku. Hingga akhirnya ayahku memutuskan untuk menikah lagi dengan izin ibuku. Hebatnya wanita yang dinikahi ayahku adalah pilihan ibuku.
Aku takkan menyalahi ayahku tentang ini. Tentang perasaan sakit yang dialami ibuku. Karena sejujurnya, ayahku adalah lelaki terhebat yang pernah kumiliki. Dia akan selalu kukirimkan doa sebanyak yang kumampu.
Takdir ini mengubah sifat ibuku, begitu yang kulihat dengan mataku. Hampir setiap hari dirinya menangis di atas sajadah dalam sujud malamnya. Setiap ia bertemu dengan anak-anaknya selalu ia mencurahkan semua isi hatinya. Tentang ayahku dan tentang ibu tiriku.
Ibu tiri. Awalnya aku merasa wanita itu orang yang ramah dan baik. Bahkan cara bicaranya begitu lembut dan halus. Orang tak akan percaya jika wanita itu adalah orang jahat. Aku tak tahu harus memanggilnya apa.
Bagaimana aku menceritakannya? Aku memang tak pernah wanita itu sakiti karena sikapku juga yang tak pernah ambil pusing. Tapi berbeda dengan ibuku. Ya, wanita itu banyak melukai ibuku. Wanita yang kusayang dan kuhormati selama hidupku. Bukan dengan fisik tapi dengan batin. Segalanya seakan adalah salah ibuku, padahal yang terjadi bukanlah seperti itu. Aku tak percaya, jika akan menemukan wanita jahat dalam sinetron-sinetron di televisi di dalam kehidupan nyataku. Dan ternyata orang-orang jahat itu ada. Sungguh di luar dugaanku.
Karena terlalu lelah dengan batin yang tersiksa begitu katanya. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di luar untuk menghilangkan semua penat dan kejenuhannya tentang rumah. Memakan berbagai macam makanan yang akhirnya membuat gula darahnya naik. Setiap hari ia harus menelan pil-pil, dengan tujuan bisa makan apa saja.
Sedih melihatnya yang sekarang. Mungkin jika aku menjadi dirinya, aku tak akan setegar dirinya. Tapi, aku hanya ingin dia menerima takdir ini. Takdir tentang pasangan hidup yang ia cintai dan mengisi hari-harinya, kini harus ia bagi dengan orang lain.
Ibuku tak pernah meminta apa pun dariku selain aku menjadi anak sholelah. Simpel. Tapi sulit. Hingga sekarang aku masih berusaha menjadi apa yang dia minta. Berbakti padanya mungkin adalah satu-satunya cara agar ia merasa bahwa masih ada aku—anaknya yang akan menjaganya.
Beberapa kali aku ditawari menikah oleh orangtuaku. Tapi aku menolak sambil tertawa dan berpikir bahwa belum siap. Sejujurnya, aku masih ingin berbakti pada ibu dan ayahku. Terutama ibuku. Aku takut tak ada sisa waktu untukku berbakti padanya di dunia. Ya, walaupun kasih sayang ibu dan ayah tak akan ada yang bisa menggantikannya walau kita berikan dunia dan isinya.
Kelak suatu hari nanti, aku pun akan dipersunting oleh seorang lelaki. Tapi tetap doa dan baktiku padanya tak akan berhenti sampai di situ. Karena kebahagiaannya adalah kebahagiaanku juga. Sedihnya sedihku juga. Tapi aku tak ingin sedihku dan sakitku adalah sedih dan sakitnya juga.
Berikan doa kalian untuk kedua orangtua kalian. Sebanyak-banyak, kalau bisa lebih dari lima kali dalam satu hari. Karena doa yang kalian panjatkan itu tak akan memakan waktu lama dan mengeluarkan uang, jadi jangan pernah lelah berdoa untuk mereka.
Aku hanya ingin ibuku menerima semuanya dengan ikhlas.
- Mengidap Borderline Personality Disorder, Perasaan Hampa Ini Menyiksaku
- Berdamai dengan 'Kapan Nikah', Tak Semua Orang Berhak Tahu Urusan Hati Kita
- Pria Posesif yang Sudah Melanggar Privasi Itu Membuatku Jadi Wanita Bodoh
- Memaafkan Itu Mudah, Tapi Jangan Harap Keadaan Bisa Kembali Seperti Semula
- Tak Usah Buru-Buru, Hanya Perlu Menunggu Waktu Agar Jodoh Bertemu
(vem/nda)