Sukses

Lifestyle

Ayah Mengembuskan Napas Terakhirnya di Pelukanku

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Ini cerita tentang menjaga Ayah. Pada tahun 2008 Ayah mengalami kecelakaan beruntun di tol Jagorawi kilometer 97. Masih teringat jelas dalam ingatan hari itu hari Jumat, karena saya sedang sibuk mengurus tentang malam minggu esok harinya. Malam itu di rumah saya bersama Mama, dan kedua kakak saya. Tiba-tiba Mama dihubungi oleh pihak rumah sakit yang berada di Cibinong yang mengatakan bahwa Ayah saya kecelakaan dan sekarang koma. Kami semua syok, kami semua tidak percaya dengan apa yang terjadi. Pukul 4 sore tadi Ayah saya masih menelepon rumah dan mengatakan kalau ia akan pulang cepat, lalu apa ini?

Ayah saya koma selama 2 bulan, dan yang saya lakukan selama 2 bulan itu adalah menyesali apa yang sudah terjadi. Hubungan saya dan Ayah saya tidak terlalu baik. Saya sering tidak nurut dan selalu membuat Ayah saya kesal. Kecelakaan ini sangat menyentil saya.

Saya berharap, saya berdoa, jika Tuhan mengabulkan doa saya agar Ayah saya disembuhkan, saya berjanji akan menjaganya dengan baik. Saya akan menyayanginya lebih baik, saya akan menjaganya lebih baik, saya akan merawatnya lebih baik. Dan Tuhan pun mengabulkan doa saya.

Copyright pexels.com/spencer selover

Ayah saya tidak sembuh total. Dia terkena stroke yang mengakibatkan tubuh bagian kanannya tidak bisa digerakkan, dia juga tidak bisa bicara dengan benar dan kembali bertingkah seperti bayi. Walaupun begitu saya amat sangat bersyukur Tuhan benar-benar mengabulkan doa saya.

Saat itu saya masih duduk di bangku SMA, yang saya lakukan tiap hari adalah pulang ke rumah langsung untuk membantu keluarga menjaga Ayah saya. Pada tahun pertama cukup sulit karena sepertinya tubuh Ayah saya juga masih beradaptasi, Ayah bolak-balik masuk ke rumah sakit dalam kurun waktu 6 bulan. Untungnya karena kejadian ini, keluarga saya semakin rukun dan saling menjaga satu sama lain, untungnya pula saya mempunyai sahabat yang tak kalah setia dan selalu membantu saya.

Menjaga Ayah adalah rutinitas yang saya lakukan setelah saya lulus pada tahun 2010 sampai 2013. Karena pada saat itu kakak saya bekerja, dan Mama saya juga masih bekerja, saya yang harus mengalah untuk tidak kuliah terlebih dahulu.

Copyright pixabay.com

Tiga tahun yang sangat berarti untuk saya. Bisa menjaga Ayah dari pagi sampai ketemu pagi. Melihat perkembangan Ayah saya dari hari ke hari. Mengajari Ayah saya menulis, berbicara, walau kalau sedang sensitif saya suka menangis sendiri mengapa Ayah saya yang sangat pekerja keras, bekerja dari pagi sampai malam, yang setia kepada Mama saya, yang menyayangi anak-anaknya, yang selalu menjaga dan merawat saya, harus jadi seperti ini. Tapi saya percaya Tuhan punya alasannya, dan kalau bukan karena ini mungkin saya tidak akan bisa menjaga Ayah saya seperti ini.

Tuhan hanya mengizinkan saya menjaga Ayah sampai tahun 2015. Di pelukan saya saat tidur, Tuhan memanggilnya. Dengan cara-Nya yang paling halus. Ayah saya baru saja makan sore hari lalu tidur bersama saya. Beberapa jam kemudian saya terbangun karena keadaan Ayah saya yang aneh.

Copyright pixabay.com

Ayah saya tidak bisa dibangunkan. Keluarga saya langsung membawa ke rumah sakit, dan Ayah saya sudah tiada. Ini membuat saya jatuh bukan main karena Ayahlah yang menjadi alasan untuk saya. Alasan saya hidup, alasan saya menjadi anak baik, alasan saya harus membanggakan keluarga, alasan saya harus bekerja keras. Tapi kini alasan itu pergi… apa yang saya harus saya lakukan?

Tapi lagi-lagi dengan doa, saya tahu. Ini cara Tuhan untuk membuat Ayah saya tidak letih lagi atas penyakitnya. Ini cara Tuhan untuk menyembuhkan Ayah saya. Ini juga pelajaran untuk saya agar semakin kuat, agar tidak menyerah, agar selalu menjadi anak baik. Karena walaupun saya dan Ayah sudah tidak berada di dunia yang sama, saya tahu Ayah saya pasti akan selalu berharap saya menjadi anak yang baik.

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading