Permasalah sampah plastik nyatanya masih perlu perhatian khusus dari masyarakat. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mendaur ulang dan jangan buang sampah sembarang masih sangat minim.
Hal tersebut terlihat pada 10 terakhir peningkatan sampah meningkat sebanyak 16 persen dari 11 persen dari 2005 sampai 2016. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan bagi lingkungan hidup di Indonesia, mulai dari daratan hingga lautan.
Novrizal Tahar selaku Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI mengatakan peningkatan sampah di kota besar bahkan mencapai 17 persen.
Advertisement
Padahal, pemerintah sudah memiliki Peraturan Presiden (Perpres) 35 tahun 2018 tentang percepatan Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan Sampah untuk mendukung pengelolaan sampah 100 persen pada 2025. Dengan target pengurangan sampah 30 persen, 70 persen penanganan.
“30 persen tersebut adalah bagian hulu, di mana salah satu program yang sudah dicanangkan adalah 3R yaitu reduce (pengurangan), reuse (penggunaan ulang), dan recycle (daur ulang),” ujarnya saat ditemui dalam acara peluncuran Aqua #Bijakberplastik, di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Namun, target tersebut baru mencapai 2,12 persen. Menurut Novrizal, angka tersebut masih rendah untuk mencapai target, untuk itu perlu kerjasama dari semua pihak, terutama masyarakat.
“Diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berasal dari hulu ke hilir. Artinya dari dari sampah dilahirkan hingga sampah dikuburkan. diperlukan peran dari produsen dan publik untuk bisa menyukseskan pengelolaan hulu,” tutupnya.
(vem/asp)