Pelecahan terhadap perempuan pun memang masih terjadi di Indonesia, seperti baru-baru ini pedangdut Via Vallen mendapatkan kata-kata tidak menyenangkan lewat sebuah pesan yang dikirimkan terduga pesepakbola nasional kepadanya.
Apa yang terjadi pada Via Vallen tersebut bisa termasuk pelecehan verbal. Sayangnya, menurut Anindya Restuviani Co-Director Hollaback! Jakarta, pelecehan verbal ini masih sering disepelekan. Padahal dalam tingkatan atau piramida kekerasan, pembiaran pelecehan minor seperti cat calling dapat memicu pelecehan ke tingkat yang lebih tinggi.
“Apa dilakukan pelaku terhadap Via Vallen ini adalah pelecehan, bentuknya verbal yang dia ucapkan melalui pesan teks. Karena dia lakukan di dunia maya, maka ini disebut digital atau cyber harassment. Sebetulnya bully-an dari pada para netizen itu juga termasuk pelecehan dalam dunia digital. Karena sifatnya menyerang dan memojokkan,” ujarnya saat dihubungi redaksi Vemale.com, Rabu (6/6).
Advertisement
Anindya menjelaskan, dari situlah, dimana peran relasi kuasa ini bermain. Sebab pelecehan terjadi karena adanya relasi kuasa yang timpang. Relasi kuasa disini diidentifikasikan dengan "hak".
“Yang merasa lebih berkuasa merasa memiliki hak untuk melakukan hal tersebut. Di kasus via Vallen, si laki-laki ini, karena terbiasa memandang perempuan hanya sebatas objek, jadi merasa punya hak untuk berucap seperti itu terhadap Via Vallen. Padahal kan siapapun, tidak punya hak untuk bicara seperti itu terhadap siapa saja,” tambahnya.
Jangan sepelekan pelecehan ringan
Mengapa pelecehan ringan tidak boleh dilecehkan? Anindya mengatakan, pembiasan pelecehan ringan seperti ini yang menyebabkan maraknya budaya pemerkosaan atau rape culture. Sebab yang terjadi adalah perempuan sering dilihat hanya sebatas objek saja yang memang pantas untuk dilecehkan. Dan berujung pada melampiaskan kesalahan bukan pada pelaku, malah pada korban.
“Persis seperti apa yang dialami oleh Via Vallen. Padahal sebetulnya yang harus di basmi adalah perilaku tidak sopan melecehkan yang dilakukan oleh pelaku,” ucapnya.
Disaat banyak masyarakat yang malah menyalahkan korban semakin banyak korban-korban lain yang akan enggan untuk bercerita tentang apa yang mereka alami dan akhirnya pelaku bisa bergerak bebas tanpa merasakan konsekuensinya dan menimbulkan trauma berkepanjangan kepada si korban.
Nah, kita sebagai perempuan jangan pernah takut untuk speak up jika terjadi mengalami pelecehan. Dan jangan pernah menyepelekan pelecehan ringan seperti cat calling.
(vem/asp/apl)