Bisnis restoran menjadi salah satu bidang usaha yang dianggap tidak pernah ada matinya. Selalu ada saja variasi baru dari bisnis macam ini yang membuat masyarakat, terutama perkotaan, bisa mencicipi masakan nan lezat.
Salah satu bisnis makanan modern yang sedang naik daun adalah Branché Bistro di bilangan Senopati, Jakarta Selatan. Restoran ini menyajikan masakan Perancis dan Asia yang dipadu dengan live music serta bar. Siapa sangka jika founder dari restoran yang mendapat empat dari lima bintang dari para pengunjungnya itu masih terbilang muda.
Mukti Ajie Nugroho, demikian nama sang founder. Pria lulusan SMU 70 ini membuka usaha restoran setelah menempa ilmu di Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) mulai tahun 2008. Pendidikan yang dikenyam Ajie di Prasmul termasuk mengenai pengembangan bisnis --apapun bidangnya.
Advertisement
Untuk usaha restoran, pria kelahiran tahun 1990 ini memiliki tips untuk kamu yang juga ingin membuka usaha bidang makanan. "Apa pun bisnisnya yang penting adalah core product-nya (produk inti). Karena bisnis ini adalah F & B (Food and Beverage) maka yang paling penting adalah makanan dan minumannya, karena itulah core product-nya," ujar Aji ketika berbincang dalam Media Gathering Universitas Prasetiya Mulya 'Talkshow with Our Successful Alumni and Students' di Branche Bistro, Rabu (23/5).
Sedangkan untuk lokasi tidak dipandang terlalu krusial. Sebab, dengan perkembangan media sosial dan informasi sekarang ini, netizen bisa memburu kuliner di mana pun lokasinya.
"Lokasi itu penting sebagai pendukung, mempermudah customer untuk datang. Tapi menurut saya, saat ini era digital yang penyebaran informasinya cepat sekali. Konsumen bisa aja tuh dari Jakarta Selatan sengaja datang ke Jakarta Utara untuk kulineran," tambahnya.
Menurut Dr. Rudy Handoko selaku Wakil Dekan Bagian Kemahasiswaan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, era globalisasi dan makin terbukanya Indonesia bagi pasar asing, menuntut lulusan perguruan tinggi di Indonesia memahami tantangan dan tuntutan bisnis. Potensi mahasiswa ini kemudian harus didukung oleh universitas agar mereka dapat berinovasi dan berprestasi.
"Biasanya kita mengadakan Career Day atau Talent Fair untuk S1 dan S2. Jadi kita buat event untuk mengundang perusahaan datang ke tempat kita untuk rekrut langsung," ujar Dr. Rudy saat dijumpai di acara yang sama.
"Tapi kami perhatikan beberapa waktu terakhir banyak (mahasiswa) seperti Mas Ajie. Jadi kerja (biasa) dulu, dapat network, kumpulin modal, lalu buka usaha," tambahnya.
Contoh bentuk dukungan Prasmul pada mahasiswanya juga terlihat dalam bimbingan pada tiga perempuan yang bertarung dalam L’Oreal Brandstorm 2018. Tim yang beranggotakan Elice Tamara (S1 Branding angkatan 2014), Erica Santoso (S1 Branding angkatan 2016) dan Yaafi Yulio (S1 Branding angkatan 2014) terpilih menjadi juara pertama dan mewakili Indonesia di tingkat internasional pada 17 Mei lalu di Paris.
L’Oreal Brandstrom sendiri merupakan inkubator inovasi yang ditujukan bagi mahasiswa dan memberikan keuntungan berupa kesempatan untuk merasakan pengalaman kerja di L’Oreal. "Tim Parstee mengangkat konsep ‘The Real Experience’ dengan memaparkan inovasi pelayanan holistik di salon profesional. Konsep ini kami bentuk sebagai solusi dari setiap keluhan di salon selama ini dengan menggabungkan aspek teknologi digital yang saat ini sedang berkembang," ungkap Elice.
(vem/zzu)