Fimela.com, Jakarta Angka penjualan ritel online di Indonesia meroket pesat sejak tahun 2016. Menurut data dari McKinsey, nilai pasar e-commerce di Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 8 miliar dollar AS (119 triliun rupiah) dan akan menembus angka 65 miliar dollar AS (948 triliun rupiah) pada tahun 2022.
Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, seperti jumlah populasi, tingkat penetrasi internet, dan kepemilikan ponsel pintar yang semakin tinggi terutama di kota-kota metropolitan dari tahun ke tahun.
Advertisement
BACA JUGA
Walau Indonesia punya beberapa e-commerce raksasa, penjualan online juga banyak disumbangkan oleh toko-toko online pribadi. Sekitar 38% (3 miliar dollar AS) penjualan tahun lalu berasal dari informal commerce yang didominasi oleh industri fashion dan apparel. Tren ini semakin populer di kalangan penjual berkat tersedianya layanan e-commerce enabler seperti Sirclo.
Salah satu pemilik bisnis yang mengikuti tren online store pribadi tersebut adalah Regina Rafika, pemilik label busana lokal ATS The Label. Menurutnya Sirclo, membantu bisnis lokal membangun online store pribadi untuk membangun situs bisnisnya.
“Melalui website sendiri, kami dapat mempresentasikan keunggulan brand dengan lebih kuat. Kami bisa memantau dan meningkatkan pengalaman setiap customer, melakukan kustomisasi seperti ukuran foto produk, komposisi peletakan, penambahan keranjang belanja, hingga pembayaran. Sebagai sebuah brand fashion, kami memutuskan untuk fokus pada pengembangan produk dan desain inovatif, sehingga kami menyerahkan sistem penjualan sepenuhnya pada Sirclo Store,” jelas Regina dalam siaran pers.
Advertisement
Keuntungan memiliki online store pribadi
Dibandingkan dengan penjualan melalui marketplace, ada beberapa keuntungan dari kepemilikan online store milik pribadi. Selain dari sisi branding bisa lebih kuat, penjual juga tidak perlu bersaing dengan ribuan toko lain dalam sebuah marketplace yang sama.
Pembeli yang mengunjungi situs toko online tertentu dapat merasakan keunikan dan keunggulan setiap produk, sehingga pada akhirnya menjadi lebih loyal terhadap brand tersebut. Lain halnya dengan marketplace, dimana pembeli cenderung melakukan perbandingan harga, kualitas, dan model produk dari satu lapak ke lapak lain - sehingga lebih mudah berpindah-pindah.
Di sisi lain, bagi Uma Hapsari, pendiri fashion accessories brand Amazara, pengalaman pengguna merupakan prioritas utama. “Kami mengembangkan situs penjualan mandiri karena memahami dan memaksimalkan pengalaman pengguna, mulai dari saat mereka berkunjung hingga menyelesaikan transaksi. Dari sana, kami mendapatkan data dan insight penting untuk digunakan sebagai acuan strategi pemasaran. Data inilah yang tidak bisa didapatkan dari marketplace, padahal sebagai pemilik brand, kami perlu memahami betul siapa pelanggan kami, dan apa yang paling mereka inginkan,” kata Uma.
Sirclo Store sendiri menyediakan pengembangan toko online independen pada bisnis skala kecil dan menengah. Brian Marshal, founder dan CEO Sirclo mengatakan bahwa kehadiran Sirclo Store bertujuan untuk mendorong entrepreneur Indonesia agar dapat berkreasi dan mengembangkan bisnis online mereka secara praktis dan profesional.
“Di era teknologi ini, pelanggan kami bisa menyerahkan semua urusan infrastruktur website, server, hingga fitur pembayaran pada Sirclo Store, sehingga mereka dapat berfokus pada hal yang paling utama, yaitu produksi dan penjualan”, ungkapnya.