Fimela.com, Jakarta Perempuan dan anak di seluruh dunia hingga detik ini masih banyak yang mengalami kekerasan secara terus-menerus. Meskipun begitu, kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan masih banyak yang luput dari sorotan.
Pasalnya, menurut Programme ManagementSpecialist UN Women, Lily Puspasari, hal ini disebabkan karena korban sering kali disalahkan dan testimoninya diragukan.
Advertisement
BACA JUGA
"Di seluruh bagian dunia, perempuan dan anak perempuan terus mengalami kekerasan. Kekerasan terhadap perempuan kerap kali luput dari perhatian dan suara penyintas tidak terdengar. Hal ini dikarenakan seringkali perempuan yang terkena kekerasan disalahkan dan testimoni mereka diragukan," katanya pada konferensi pers Kampanye Global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, pada Selasa (27/11) di @America, Jakarta Pusat.
Berlandaskan dari permasalahan tersebut, Komnas Perempuan bersama UN Women, dan Komnas HAM mengadakan Kampanye Global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dengan #GerakBersama demi menghapus kekerasan terhadap perempuan, khususnya di Indonesia.
Kampanye 16 Hari Anti kekerasan terhadap Perempuan (16 Days of Activism Against Gender Violence) ini pada awalnya merupakan sebuah kampanye internasional dengan tujuan mendorong berbagai upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia.
Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.700 organisasi dari sekitar 164 negara yang berpartisipasi dalam kampanye ini. UN Women, sebagai bagian dari PBB, lantas mengadopsi kampanye ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus kekerasan terhadap perempuan menjadi salah satu kasus yang menyita perhatian seluruh dunia melalui kampanye #MeToo. #TimesUp, #Niunamenos, #NotOneMore, #BalanceTonPorc. Di Indonesia, kampanye ini sejak dua tahun lalu dikenal sebagai #GerakBersama untuk menghapus kekerasan seksual.