Terlahir dengan kondisi serba kecukupan serta perhatian cinta kasih sayang dari kedua orang tuaku, menjadikan perjalanan kisah hidupku harmonis dan dinamis. Semua berjalan lancar sampai suatu ketika dokter memvonis ibuku memiliki kanker kelenjar getah bening. Duniaku berputar haluan berganti ritme, segala bentuk ikhtiar kami lakukan untuk kesembuhan ibu, prinsip kami sekeluarga semua bisa kami korbankan termasuk harta yang kami miliki untuk kesembuhan ibu. Cahaya yang sebelumnya menyinari kehidupan kami meredup, dan kami ingin cahaya itu kembali bersinar seperti sedia kala.
Sesaat setelah harta kami minim dan tidak ada yang tersisa, Tuhan YME memberi kami mukjizat, yakni kesembuhan ibu. Dalam masa-masa ekonomi yang sudah tak sama seperti dulu, Ayah dan Ibu sebelumnya membekali kami putra-putrinya untuk bisa survive dalam kondisi berpunya atau tidak berpunya. Saat hal itu terjadi kami tidak kesulitan berganti peran dan menikmati hari tanpa beban, dari berpunya menjadi tidak berpunya. Namun aku yakin di balik semua perjalanan ini ada hikmah yang Tuhan YME sisipkan untuk pelajaran berharga ke depannya. Dalam kondisi kehidupan di bawah, aku banyak kehilangan teman-temanku yang mungkin tidak siap melihat perubahan siklus hidupku. Dalam peribahasa, "Saat kau berpunya semua ingin dekat denganmu, namun sebaliknya saat kau tidak berpunya, mereka akan menjauh." Sekalipun sedih dengan kondisi itu, aku tetap ceria dalam melanjutkan hari-hariku. Dan Tuhan menyaring siapa sahabat sejati dan siapa yang bukan kawan sesungguhnya.
Bakat menulisku sudah terlihat senenjak duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu aku rutin mengirim karya ke majalah yang beken di masa itu, Majalah Bobo. Namun sempat terhenti dan tidak aku teruskan karena aku kehilangan rasa percaya diri sesaat setelah beberapa kawan mengejekku dengan ugly duck(itik buruk rupa). Terkadang saat aku sendiri, aku merenung kenapa aku menyerah karena mereka menghina dan menertawakanku? Dan kekuatan untuk bangkit bermula saat aku melihat ibu berjuang melawan kankernya.
Tuhan YME menyadarkanku dalam putus asa yang nyaris menggerogoti diriku sepenuhnya. Pelita itu kemudian dinyalakan dan aku memulainya dengan semangat yang baru. Aku pun mulai menulis kembali dan tidak hanya itu mulai rajin mengikuti kompetisi demi kompetisi menulis dari puisi hingga cerpen. Aku pantang mundur dan tidak menyerah bila karyaku belum masuk seleksi, mencoba tanpa takut untuk kalah. Bagiku bila karyaku belum lolos, aku akan terus mencoba, mencoba, dan mencoba lagi.
Hingga aku pun meluaskan pergaulanku dengan menimba ilmu dari komunitas demi komunitas sastra dengan menghadiri pertemuan dengan senior sastra, juga bergabung di grup sastra terkemuka di kota Jakarta. Sebuah mimpi yang berawal dari aksara yang terkadang ditertawakan orang dan dilecehkan karena belakangan ini aku menulis puisi, namun pada kenyataannya puisi membuatku bisa terbang ke tempat-tempat yang bisa dijangkau bila kau memiliki cukup uang untuk menuju itu. Puisi menjadi tonggak awal namaku bersinar kembali dan dihargai banyak orang. Selain menulis puisi aku pun aktif menulis tentang perempuan dan kanker dalam bentuk artikel lepas. Tuhan YME menaikkan derajatku melalui puisi jiwa kehidupanku.
Bogor, 25 Maret 2018
Advertisement
- Melepas Karier Bergengsi, Kini Lebih Bahagia Jadi Content Writer
- Mengharapkan Simpati Orang Lain Takkan Menyelesaikan Masalah Apapun
- Kuliah Sambil Berdagang, Tak Perlu Malu Menjalaninya
- Dikucilkan di Sekolah Ditambah Masalah Keluarga, Aku Sempat Mau Bunuh Diri
- Profesi Wartawan Tapi Tak Bisa Mengendarai Kendaraan, Aku Tetap Bertahan
(vem/nda)