Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.
***
Mendirikan sebuah institusi pendidikan bukan perkara yang kecil bagi seorang ibu rumah tangga. Mulai dari persiapan kebutuhan pengajaran, pengurusan surat izin, pendaftaran murid dan segala macam tetek bengek urusan yg bersangkutan dengan itu. Namun ternyata, bagi seorang Ibu Dhini Widyawati tidak demikian. Ia mematahkan pernyataan tersebut. Wanita dengan usia yang mendekati setengah abad itu tetap memiliki semangat berbagi untuk generasi yang lebih baik.
Advertisement
Menurut saya, bahkan mungkin dalam tidur, otak dan jiwanya tidak pernah tidur. Karena setiap kali bangun dari tidur, selalu ada langkah baru yang harus dieksekusi. Membangun sebuah pondok menghafal Al-Quran di tengah-tengah kota adalah sebuah tantangan baginya. Karena lingkungan sangat mempengaruhi program tersebut. Berbagai cara dan upaya beliau pikirkan dan usahakan. Hingga saat ini, saat saya menulis tulisan ini, Anda tidak akan menyangka betapa luar biasanya peran seorang Ibu Dhini Widyawati.
Sekitar akhir tahun 2015, saat pondok sudah mulai menemukan jati dirinya untuk melebarkan sayap, justru di saat itulah goncangan dari dalam tubuh sangat terasa. Ditinggalkan pengajar, dikhianati rekanan, dicemburui pasangan (karena lebih sibuk mengurusi pondok daripada mengurus suami), difitnah lingkungan dan ah, tidak sampai hati saya menceritakan semuanya. Yang jelas, saat itu adalah saat di mana harga diri dan keyakinan seorang istri dan pendiri dipertaruhkan.
Disibukkan tanggung jawab sebagai ibu dan istri, sekaligus sebagai pendiri dan pengajar pondok hafalan Al-Quran tidak membuatnya terlihat lemah dan gentar. Di saat genting seperti itu, justru saya sebagai asisten yang panik. Karena beliau bersikap seperti hari biasa, mengajar kelas-kelas menghafal dengan ceria dan tetap menjalankan peran sebagai istri, ibu, guru, dan pendiri seakan-akan tidak pernah terjadi goncangan itu.
Hingga suatu ketika, di sepertiga malam saya terbangun untuk pergi ke kamar mandi. Saat melewati kamarnya, saya tak sengaja mendengar syahdunya doa yang ia panjatkan pada Sang Pemilik Semesta. Terdengar begitu halus dan tulusnya doa itu. Dan betapa terkejutnya saya, karena dalam untaian doa itu tidak ada satu pun namanya yang disebut. Ia justru menyebut orang-orang yang sedang sakit fisik maupun mentalnya. Dan belakangan ini, justru saya tahu bahwa sebenarnya doa-doa tadi kembali pada dirinya.
Di sinilah saya mengartikan kuat yang sesungguhnya. Wanita kuat adalah wanita yang berperan sesuai peran, berperang dengan melibatkan Sang Pemilik Perang. Kini, pondok menghafal yang dirintisnya di akhir 2014 sudah berjalan dengan sistem yang rapi dan tertata. Namun, tidak membuat Ibu Dhini terus bersantai. Justru saat ini adalah saat-saat mempertahankan kualitas. Semangat terus Bu Dhini. Semoga Allah meridhoi setiap langkah kebaikanmu.
Untuk semua wanita, siapapun Anda, seperti apapun peran Anda, di mana pun Anda berperan, NIKMATILAH. Karena artis yang menikmati dan menjiwai perannya, akan dibayar mahal oleh Sang Pemilik Kisah. Jadi, selamat menikmati peran Anda. Semoga bahagia.
- Dengan Kanker Payudara, Aku Tetap Semangat Bekerja sebagai Prajurit TNI AU
- Hebatnya Seorang Mama, Bisa Berkarier dan Menjaga Keluarga dengan Baik
- Hidup dengan Satu Ginjal Tak Mengurangi Tekadnya untuk Mengabdi pada Negara
- Di Tengah Semua Keterbatasan, Keperjuangkan Impianku Menjadi Guru
- Dikucilkan di Sekolah Ditambah Masalah Keluarga, Aku Sempat Mau Bunuh Diri