Setiap wanita punya kisah hebatnya masing-masing. Banyak inspirasi yang bisa didapat dari cerita seorang wanita. Seperti tulisan dari sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Rayakan Hari Perempuan Sedunia ini.
***
Akhirnya bisa berbagi inspirasi ke jutaan wanita hebat Indonesia. Ini adalah sepenggal cerita tentang kerasnya perjuangan merantau di ibu kota, bekerja sambil kuliah yang menurutku hal itu membutuhkan sebuah komitmen yang kuat. Kalau kamu pernah kuliah sambil bekerja itu memang terdengar berat, tapi kuliah sambil bekerja saat kamu merantau itu sungguh jauh lebih berat. Kamu tidak hanya memikirkan pekerjaan kantor dan tugas kuliah tapi juga kabar keluarga di rumah yang jauh di sana. Menahan rindu pada ibu yang tak kunjung usai. Setiap hari menabung rindu pada aroma khas masakan ibu.
Berawal dari tahun 2011 lulus SMA di Jawa, aku mencoba mendaftar sebuah sekolah tinggi statistik negeri yang terletak di kawasan Jakarta Timur tapi gagal. Melihat keadaan keuangan orangtua saat itu, aku putuskan untuk merantau, mencoba peruntungan dengan meninggalkan rumah ke ibukota.
Advertisement
Singkat cerita, berbekal ijazah SMA aku diterima menjadi operator produksi di sebuah perusahaan manufaktur printer terbesar di kawasan industri EJIP Cikarang, Jawa Barat. Selama dua tahun lebih aku terbiasa dengan sistem kerja shift, malam bagaikan siang dan sebaliknya. Sistem masa kerja yang terikat kontrak membuatku sadar bahwa aku tidak bisa bekerja selamanya sebagai buruh pabrik. Beberapa bulan menjelang masa habis kontrak aku putuskan untuk kuliah program S1 kelas karyawan di salah satu PTS di Jakarta.
Semester pertama aku masih bekerja sebagai buruh pabrik. Yang terberat adalah ketika aku mendapati jadwal bekerja shift malam, pulang pagi, tidak punya waktu tidur, sementara aku harus berangkat kuliah. Genap memasuki semester kedua aku kehilangan pekerjaanku, habis masa kontrak kerjaku, dan aku menganggur. Enam bulan menganggur itu waktu yang cukup lama bagi seorang perantau sepertiku. Banyak yang harus kubayar, sewa kos beserta token listriknya, biaya semester kuliah, dan tentu biaya hidupku sehari-hari.
Lamaran pekerjaan kusebar baik lewat pos, titip teman dan biro kerja online tanpa banyak mengeluh. Akhirnya aku diterima kerja di sebuah perusahaan Google Advertising Agency di kawasan Kebon Jeruk. Kupikir jabatan account executive adalah sebuah jabatan yang agak mentereng, sebelum aku tahu bahwa itu adalah seorang telesales. Karena ijazahku yang masih SMA dan belum mempunyai pengalaman, gajiku bisa dibilang sangat rendah bahkan tidak ada setengah dari gaji saat aku menjadi seorang buruh pabrik.
Sempat syok sih, kerja kantoran tapi gaji lebih rendah daripada gajiku ketika menjadi buruh pabrik. Keuanganku sangat-sangat tidak stabil dan saat itulah aku merasa bahwa hidup di ibukota memang keras. Tapi aku tak melulu berkecil hati, karena aku memperoleh banyak ilmu tentang dunia periklanan Google.
Setahun lamanya bekerja di Google Ads Agency, kupikir cukup pengalaman untuk mencari pekerjaan baru dengan gaji yang lebih baik. Tak lama, aku mendapat panggilan kerja di sebuah perusahaan Mobile Apps Developer. Dengan ijazah SMA dan sedikit pengalaman tentang Google Ads pada pekerjaanku sebelumnya, gajiku bisa dibilang cukup tinggi untuk level SMA yang sedang kuliah. Aku menikmati pekerjaanku sebagai digital marketer, dan banyak belajar tentang digital. Di zaman milenial seperti sekarang ini ilmu digital adalah sesuatu yang cukup penting.
Kehidupan kuliah sembari bekerja oleh seorang perantau sepertiku tentu tidak semudah yang orang lain pikirkan. Pernah suatu ketika aku memasuki semester akhir masa-masa skripsi. Hari itu aku izin tidak bekerja karena mengikuti tes komprehensif sebagai syarat sidang skripsi. Pagi-pagi HPku berdering, tak biasanya ayahku menelepon sepagi itu. Ternyata suara itu bukan dari ayah atau ibuku. Itu suara tanteku yang dengan sangat hati-hati memberitahuku bahwa semalam ayahku berada di ruang ICU, tapi sudah lewat masa kritis dan sekarang sudah baik-baik saja. Aku diam, seakan aku ingin langsung pulang ke rumah, meskipun waktu tempuh memakan hampir 8 jam dengan moda transportasi darat.
Ayah, ibu dan adikku memang tak pernah memberitahu jika mereka sakit, dan sebaliknya. Jika kamu perantau sepertiku, kamu pasti tahu alasan mengapa kami saling menutupi hal tersebut. Selesai tes aku berburu tiket untuk pulang. Dan sesampainya di rumah, ayahku masih di rawat, selang berapa hari ayahku bisa pulang, terima kasih Tuhan. Di saat seperti inilah yang kurasa adalah titik terberat seorang perantau, mendengar kabar bahwa ada anggota keluarga yang sakit, sementara kita tak bisa seenaknya saja ambil cuti mendadak untuk pulang.
Salah satu hal yang paling “greget” menurutku selama aku kuliah sambil bekerja yaitu ketika sidang, ah semua terbayarkan ketika NIM-ku berada di urutan no. 3 nilai sidang tertinggi pada jadwal sidang hari itu. Rasanya mau salim sama dosen pembimbing dan memeluk ibuku yang senantiasa berdoa untuk kelancaran sidangku. Melihat ayah dan ibuku datang ke acara wisuda itu juga adalah hal yang paling aku tunggu selama ini. And thanks God, it’s well done.
Well guys, dari cerita singkat ini, meskipun kamu anak merantau dengan gaji yang pas-pasan jangan ragu untuk tetap memprioritaskan pendidikan, perlu kamu tahu bahwa bantuan datang dari mana-mana. Wanita mandiri dan pintar itu jauh lebih dihargai dan di segani lho teman. Dan jangan heran ketika kamu dipuji-puji karena kemandirianmu itu oleh calon mertuamu nanti. Seperti kata Henry Ford ini, “When you think you can, you can. But if you think you can’t, you are right." Jadi intinya kamu harus percaya pada kemampuanmu, positive thinking aja kalau kamu bisa melewati semuanya dengan baik, because when you think positive good things happen.
Dan saat ini aku sedang mengikuti tahapan akhir seleksi tes di sebuah perusahaan otomotif internasional dengan jumlah anak perusahaan yang cukup banyak. Doakan aku ya.
- Meski Belum Dapat Karier Impian, Hidup Tetap Harus Dijalani Sebaik Mungkin
- Resign demi Rawat Ibu yang Stroke, Kusadari Jadi Wanita Mandiri Itu Penting
- Berdamai dengan Tumor, Kuputuskan Membuat Hidup Lebih Berarti
- Aku Pencari Nafkah Utama untuk Keluarga, Suamiku Mengasuh Anak-anak
- Mengubah Nasib, Mantan Buruh Pabrik Ini Sekarang Jadi Selebgram Hits
(vem/nda)