Cinta, mendengar kata itu ada seonggok kisah yang sangat ingin aku ungkapkan kepada seseorang namun sampai detik ini belum juga tersampaikan. Dengan usia yang masih cukup belia dalam memandang arti cinta, aku mendapat banyak pelajaran dari kisahku ini. Kisah klasik tentang menyukai seseorang secara diam-diam.
Bermula saat aku sedang duduk di kelas satu SMP hanya mengenai tugas, bisa dikatakan aku mulai tertarik dan menyukai seseorang. Ada suatu letupan kesenangan yang hanya aku rasakan sendirian tanpa membaginya dengan orang lain. Aku melihat dia berjalan, meskipun bukan berjalan untuk berhadapan denganku. Aku rasa perasaan itu muncul layaknya cinta monyet pada anak-anak biasanya. Namun seiring berjalannya waktu, rasa itu terus mengalir dengan beragam macam hal cukup menyakitkan di hati.
Selama kurang lebih enam tahun aku menjaga perasaan itu, bahkan hingga kini aku menduduki bangku perkuliahan. Namun satu kata pun belum pernah kuucapkan di hadapannya. Pemalu, tidak percaya diri menjadi predikatku dari orang-orang sekitarku, terlebih wajahku yang tidak dikategorikan sebagai wajah yang cantik menambah daftar alasan aku untuk tidak menunjukkan diri di hadapannya. Aku bahkan mengikuti berbagai macam lomba agar terlihat ‘lebih’ di hadapannya, namun hatinya tetap menjadi miliknya.
Mulai saat itu, aku mulai menulis kisahku dengan beberapa untaian paragraf. Berlembar buku telah aku habiskan dengan satu objek tulisan, dia. Namun tak ada satu pun tulisanku yang sampai ke tangannya. Percayalah, dengan menulis saja aku merasa setengah bebanku berkurang, bahwa setengah apa yang ingin aku ungkapkan kepadanya telah tersalurkan.
Berulang kali aku mencoba dengan keras untuk melupakannya. Namun ternyata semakin keras seseorang melupakan orang lain yang akan timbul adalah bayangan dia yang makin muncul di pikiran kita. Aku memutuskan untuk tidak lagi mencari tahu tentang kabarnya melalui media sosial, tidak menghiraukan perkataan orang lain jika menyebut namanya. Aku lakukan itu semua dalam batas wajar dan tidak memaksakan diri, hingga saat ini, entah hidayah apa yang aku dapatkan setelah pulang dari kampus.
Advertisement
Ada suatu pikiran yang membuatku menghentikan semua perasaan terhadapnya. Rasanya sangat melegakan saat aku merelakan dan melepaskan perasaanku terhadapnya. Bahkan aku meninggalkan semua dunia tulisan yang aku sukai, karena hal itu hanya membuatku mengingat sosoknya.
Kini, aku sudah tidak lagi mengingatnya ataupun menyimpan perasaan itu, bahkan aku memutuskan untuk tidak menyukai orang lain saat ini sampai akhirnya aku menemukan seseorang yang tepat di hidupku. Aku telah belajar banyak hal dari kisah klasik yang membosankan untuk didengar, bahwa pada akhirnya segala hal yang kau hadapi akan mempunyai titik hikmah yang membuatmu lebih kuat menghadapi tajamnya kehidupan.
Aku juga belajar bahwa menyukai diam-diam adalah hal yang sulit, hal yang menyakitkan dan hal yang menyusahkan. Aku sadar bahwa melupakan seseorang tidak semudah yang orang lain pikirkan. Maka untuk kalian semua yang sedang berusaha melupakan seseorang, bertahanlah! Tinggalkan segala hal yang berkaitan dengan dia dan ambillah hikmah dari kisah yang kau hadapi. Semoga menginspirasi!
- Menikah Tak Cukup Cuma dengan Cinta, Tapi Juga Restu Orangtua
- Saat Mencintai dalam Diam, Seorang Wanita Bisa Jadi Sangat Keras Kepala
- Jodoh Sejatiku Datang Saat Aku Sudah Dilamar Orang
- 3 Hal Paling Penting yang Harus Kamu Lakukan Jika Dia Marah Padamu
- Tak Terduga, 5 Hal Sepele Ini Justru Dianggap Cantik oleh Pria Lho!
(vem/nda)