Setiap wanita memiliki kisah cintanya masing-masing. Ada yang penuh liku, luka, hingga akhir kisah yang mungkin tak pernah diduga. Seperti kisah Sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Bukan Cinta Biasa ini.
***
Nama saya Icha, begitulah teman-teman memanggil saya. Anak keenam dari delapan bersaudara, hidup dalam keluarga sederhana di pinggiran kota salah satu daerah di Provinsi Banten, saya mau share kisah cinta saya yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
Berawal dari saya masuk kuliah ke salah satu perguruan tinggi, saya mengenalnya. Dia… satu sosok yang pada awalnya saya anggap teman biasa walaupun saya mengetahui sikapnya berbeda ketika dia melihat dan atau ketika berada di dekat saya dalam berbagai kegiatan kampus atau tugas kelompok. Pada awalnya saya anggap dia hanya teman satu kelas di tiap mata perkuliahan. Saya akui dia sosok sederhana, humoris dan agak pendiam, begitu saya menyebutnya. Dia banyak berinteraksi dengan teman-teman laki-lakinya dan intens dengan organisasi dalam dan luar kampus, hanya kampus tempat dia banyak menghabiskan waktu.
Kami lulus setelah kurang lebih empat tahun di meja kuliah. Setelah hari kelulusan tidak pernah ada kontak apapun. Dia seolah menghilang ataukah saya yang kurang gaul waktu itu karena dapat tawaran kerja di luar kota dan sibuk dengan teman-teman baru saya.
Advertisement
Waktu berlalu dan setelah tiga tahun saya baru mendapat informasi tentangnya lagi dari teman kami dulu di organisasi yang sama waktu di kampus. Dia bekerja di salah satu waralaba dan aktif di kegiatan wirausaha, saya tidak merasakan hal aneh walaupun dia masih menanyakan kabar saya dan apakah sudah menikah. Merasa agak kaget mendengar hal itu karena memang kami sudah lama tidak ada kontak apapun.
Beberapa bulan kemudian dia menitipkan salam dan sepertinya dia menggali lebih informasi tentang saya. Sampai pada suatu waktu dia mau main ke rumah untuk bersilaturahmi ke keluarga saya, saya persilakan, walaupun di dalam keluarga saya bukan hal biasa jika ada teman laki-laki datang bertamu. Namun dia memberanikan diri dan mau mengenal keluarga saya lebih dalam lagi.
Dia langsung bertemu ayah dan ibu saya, entah apa yang mereka obrolkan. Dia datang bersama teman laki-lakinya. Setelah itu kami jarang komunikasi lagi, saya anggap biasa saja mungkin karena sibuk dengan kerjaan atau aktivitas organisasinya, begitupun saya sibuk dengan kerjaan di kantor.
Suatu waktu ada perasaan yang muncul di hati ini. Entah seperti rasa penasaran atau rasa rindu sebenarnya. Saya mulai mencari tahu juga siapa keluarganya dan di mana dia tinggal bersama keluarganya. Saudara-saudaranya semua laki-laki. Dia anak ketiga dari lima bersaudara, mulailah awal dibuka komunikasi dengannya/ Belum lama dia mengutus temannya ingin menyampaikan maksud untuk mengenal lebih jauh tentang diri saya dan berniat serius ingin berhubungan sampai jenjang pernikahan tanpa proses pacaran. What? Kaget dan merasa aneh, dia mau melamar langsung? Saya mulai cerita kepada orangtua tentang maksudnya dan berdoa kepada Tuhan jika memang dia jodoh saya dan terbaik maka mudahkan proses ini dan diberikan kemantapan hati.
Seminggu kemudian kami mengadakan pertemuan, dia datang bersama dengan sahabat dan pembimbingnya di organisasi dan saya bersama dengan kakak kelas yang sudah saya anggap saudara. Dia menyampaikan niat untuk melamar saya dan akan mengagendakan pertemuan keluarga. Ada rasa kaget, tidak percaya dan bingung waktu itu, benarkah?
Seminggu kemudian dia datang bersama mama dan keluarganya bertemu keluarga saya. Dengan mengucap nama Allah dia melamar saya, saya memberikan jawaban yaitu menerima lamarannya. Ada rasa bahagia di sorot matanya dan juga diri saya, dalam hati bertanya, "Ya Tuhan apakah ini yang namanya berjodoh itu?" Semuanya mudah dan dimudahkan. Tanggal dan hari pernikahan kami agendakan tidak lama hanya tiga bulan dari tanggal pertemuan itu.
Persiapan untuk hari pernikahan sudah selesai. Surat undangan sudah dibagikan, buket bunga sudah dirangkai. Dalam hati selalu terucap puji syukur dan haru karena semuanya begitu dimudahkan oleh-Nya, sampai hari itu datang...
Sabtu pagi, datang berita duka, sehari menjelang hari pernikahan kami, dia pergi meninggalkan semesta ini. Dia dipanggil oleh Tuhan untuk bertemu dengan-Nya di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Seluruh keluarga berduka begitupun hati ini belum percaya bahwa semua ini terjadi.
Namun inilah takdir Tuhan yang tidak bisa diubah oleh manusia mana pun. Dia orang yang sangat baik di mata saya dan hampir di mata semua orang pun menganggap dia adalah sosok yang baik dan semua menyayanginya.
Hari paling berduka selama hidup saya, telah kehilangan permata hati ini. Cinta kami terhalang takdir, takdir sebagai hamba-Nya. Semoga Tuhan menempatkanmu di sisi terbaik-Nya. Bunga ini berguguran seiring dengan menetesnya air mata dan angin bulan Agustus yang bertiup mengiringinya menuju peristirahatan terakhirmu.
Selamat jalan, Sayangku. Rencana Tuhan sangat indah buat kita. Aku ikhlas melepaskanmu. Doa ini selalu menyertaimu. I love you.
- Memiliki Weton Sama, Aku dan Ibu Tak Pernah Akur Tapi Saling Rindu
- Melanjutkan Pendidikan dan Jauh dari Orangtua, Kutemukan Makna Cinta Sejati
- Terlahir dengan Penyakit Bawaan, Aku Sering Merasa Takut Jatuh Cinta
- Menikah Muda dengan Pria Psikopat, Siksaan Fisik dan Psikis Kualami
- Dijerat Utang dan Dikhianati Suami Sendiri, Bolehkah Aku Bunuh Diri?
(vem/nda)