Setiap wanita memiliki kisah cintanya masing-masing. Ada yang penuh liku, luka, hingga akhir kisah yang mungkin tak pernah diduga. Seperti kisah Sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Bukan Cinta Biasa ini.
***
Kisah hidupku memang penuh liku.
Cinta pernah membuatku sangat traumatik. Entahlah aku memandang cinta itu sebuah siksaan. Mungkin karena di awal aku mengenal cinta adalah sebuah derita dan siksaan.
Di usiaku yang belum genap 17 tahun aku sudah lulus SMA dan dibawa pamanku mengembara di satu kota yang mempertemukan aku dengan suamiku yang berjarak 5 tahun lebih tua dariku. Itulah awal penderitaanku. Menikah di usai yang sangat muda, dengan paksaan situasi dan kondisi, yang tidak mengizinkan aku berkata tidak.
Di hari pernikahanku air mataku tidak berhenti berderai.
Dengan suami yang psikopat, membuat lahir batinku sangat merana. Siksaan fisik dan juga psikis datang bertubi-tubi. Seringkali wajah dan tubuhku menjadi sasaran kekejamannya yang belakangan kuketahui kalau dia adalah seorang penjudi ulung. Aku tak berdaya hanya bisa pasrah menerima semua itu.
Sampai saatnya Tuhan menolongku dengan cara-Nya, suamiku ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara, di situlah aku punya kesempatan lari dari rumah dan mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan. Alhamdulillah dengan bantuan majelis hakim sidang yang alot karena suami tidak mau melepaskan, akhirnya di putuskan aku bisa lepas dari cengkeraman kekejaman dia karena bukti-bukti persidangan yamg sangat kuat.
Ah sudahlah itu tentang masa laluku yang kelam.
Advertisement
Sudah bisa kulupakan dan hanya tinggal cerita dengan kehadiran suami baru yang dikirim Allah dari doa yang kupanjatkan saat umroh. Di depan kakbah aku memohon, untuk dikirimkan seseorang yang penuh cinta dan ketulusan mencintai dan menyayangiku sampai akhir hidupku.
Hidupku kini sangat indah, walaupun aku sudah 8 tahun terpaksa harus berkursi roda karena kelumpuhan yang aku alami akibat kecelakaan tabrakan mobil di tahun 2011. Saat itu aku masih berstatus single parent dengan 3 anak yang kubesarkan sendiri dari semenjak perceraian ku di tahun 2003 mereka saat itu masih balita dan batita.
11 tahun sudah aku sendiri. Tidak pernah ada keinginan untuk menikah. Peluang demi peluang, kesempatan demi kesempatan berlalu begitu saja di kala beberapa pria melamarku dengan segala fasilitas yang ditawarkan dan aku tak pedulikan. Hingga tibalah musibah itu, aku remuk dan lumpuh, betapa kondisiku sangatlah buruk dengan segala kesakitan dan kerusakan di sekujur tubuhku.
Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dalam perawatan dan keluar masuk rumah sakit, hingga sampai sekarang pun masih memerlukan perawatan. Tak pernah kubayangkan ada pria yang mau melamarku untuk jadi suamiku dengan segala risiko yang jelas harus dihadapi dengan beristrikan wanita lumpuh tak berdaya.
Tetapi ternyata doa di tanah suci itu sungguh terkabul. Entah bagaimana Allah datangkan pria berhati lembut yang di hari pertama menemuiku dan keluargaku di rumah langsung melamar dan menyatakan kesungguhan untuk mendampingiku. Tentu saja keluargaku menolak keras dengan prasangka buruk yg sangat nyata.
"Apa maksud laki-laki asing tidak dikenal itu tiba-tiba datang melamar, ini bukan karena TULUS tapi pasti karena FULUS."
Konflik terjadi begitu dahsyat, hatiku berkata IYA tapi keluargaku berkata TIDAK.
Tapi sungguh dia tunjukkan itikad baiknya. Dia terus maju sampai di bulan ketiga setelah pertemuan kami melangsungkan pernikahan. Disertai derai air mata semua undangan yang menyaksikan. Keharuan memuncak saat aku harus keluar kamar melakukan akad nikah dan digendong adikku dengan busana pengantin yang lengkap ke meja pak penghulu dan kedua orangtua kami menunggu. Dan kemudian bertambah isak tangis di sekeliling saat aku digendong suamiku berkeliling untuk sungkeman ke ibu dan bapak kami, setelah resmi mengucapkan ikrar setia dan menerima keadaanku apa adanya dan siap mencintaikuku lahir batin dunia akhirat.
Pertemuan dan perkenalan yang begitu singkat, tapi entahlah hatiku yakin akan dia. Dan keyakinan itu terbukti, sampai saat ini. Mandiku, makanku, dandanku semua dia yang membantuku. Aku yang sama sekali tidak bisa menggerakkan kedua kakiku yang sama sekali tidak bisa beraktivitas fisik dengan kakiku, seperti memiliki kaki lain yang siap menopangku. Dan yang sangat membuatku bahagia, dia tidak pernah malu kemanapun dia pergi menemui siapa pun bahkan kerja sekalipun, meeting dengan kolega-koleganya, dia selalu membawaku serta menggendong dan mendorong kursi rodaku.
Ya Allah segala kekuranganku justru menjadi hal yang sangat dia cintai dan dia sayangi. Betapa indahnya cintanya, cinta yang dia ibaratkan "Aku telah menemukan belahan jiwaku yang selama imi aku cari."
Dia merasa aku lah orang yang selama ini dia tunggu, dari sekian lama kisah hidup dia kisah cinta dia berpetualang dalam hidup dan akhirnya kami dipertemukan. Biarlah dia menjadi kakiku yang menopang dan membawaku kemana dia pergi. Kami adalah satu yang tak bisa dipisahkan.
Love you, my beloved husband, Kiki Faisal Muharam.
- Kalau Sudah Jodoh, Semua Serba Tak Terduga dan Cepat Terjadinya
- Bersahabat dengan Pria Makin Menyesakkan Dada Saat Muncul Perasaan Cinta
- Rindu Setelah Kehilangan Itu Berat, Tapi Doa Selalu Menjadi Penguat
- Salahkah Aku yang Mencintai Papa Tiriku?
- Yang Berat dalam Cinta Itu Bukan Pengorbanan, Tapi Memaafkan Pengkhianatan