Kisah Sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Bukan Cinta Biasa ini akan membuat kita kembali merenungkan banyak hal. Khususnya soal mencintai dan memilih cinta yang sejati.
***
Seiring dengan bertambahnya kedewasaan dan sesudah menginjak usia di atas 35 tahun, saya sudah bisa membedakan mana cinta tanpa syarat dan mana yang bersyarat.
Advertisement
Sesungguhnya, umur bukanlah patokan kedewasaan seseorang. Semua bergantung sejauh mana kita mau menjadikan kejadian yang pernah menimpa kita atau orang-orang di sekitar kita sebagai pelajaran yang berharga dengan mengambil hikmahnya. Maka, sering-seringlah mengambil hikmah dari tiap kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi di sekitar kita. Karena zaman sekarang banyak sekali perempuan yang menilai keseriusan seorang pria dengan cara yang menurut saya tidak masuk akal.
Sesungguhnya saya bukanlah seorang yang memiliki gelar akademis untuk masalah seperti ini. Tapi saya suka mengamati dan mengambil kesimpulan dari pengalaman banyak wanita di sekitar saya. Setidaknya bisa menjadi referensi tentang bagaimana sebaiknya kita menilai pria, agar yang “bukan cinta biasa” bisa akhirnya hadir dan memberi warna yang sesungguhnya dalam hidup kita.
Lepas dari masalah berat badan, perawatan kecantikan tradisional hingga yang tercanggih sekalipun, baju atau tas dan sepatu dari brand ternama, lepas dari itu semua peraturan pertama untuk mencari yang “bukan cinta biasa” adalah rasa percaya diri dalam menjadi diri sendiri. Sebagai seorang wanita, kita harus merasa nyaman dengan diri kita sendiri dulu, sebelum menerima orang lain sebagai bagian dari diri kita. Kedengarannya klise, tetapi inilah peraturan utamanya.
Bila kita penuh dengan kepalsuan, maka secara otomatis keberadaan kita pun akan menarik laki-laki yang setipe dengan yang kita tampilkan, fake. Untuk mencari sesuatu yang murni di zaman yang penuh dengan hal yang instan ini, maka jadilah murni terlebih dahulu. Saya tidak bilang kita tidak perlu merawat diri atau harus jadi anti brand agar bisa menjadi murni. Salah besar. Sebagai perempuan yang identik dengan keindahan, kita harus menjaga dan memelihara amanah berupa raga ini yang sudah dikaruniakan oleh Tuhan pada kita.
Siapa sih yang tidak suka dengan wanita yang selalu wangi, cerdas, dan selalu tampil ramah dan percaya diri? Sebaliknya siapa yang akan menyukai wanita yang berbau badan, tidak bisa menjadi teman bicara yang nyambung, dan selalu berperilaku kasar pada orang lain? Nobody!
Untuk menjadi diri sendiri yang kita perlukan adalah lebih menyayangi diri kita sendiri. Terus mengapa jika kita dianugerahi tubuh yang pendek dan berisi? Haruskah kita mengubah yang sudah tertulis untuk kita di buku yang disebut takdir?
Biarkanlah semua tabloid dan iklan visual itu menampilkan kemolekan tubuh Kylie Jenner atau kecantikan seorang Bella Hadid dan saudaranya Gigi Hadid. Hanya orang yang dangkal cara berpikirnya yang mengatakan bahwa kita harus menjadi seperti para model itu untuk bahagia.
Jadi jika harus menunggu tubuh kita menjadi seproporsional para bintang tersebut, maka jangan heran bila kebahagiaan tidak akan pernah singgah dalam hidup kita. Patokan kebahagiaan tidak terletak pada hal-hal yang bersifat fisik, melainkan pada hati yang bersyukur. Jika kita menyandarkannya pada hal-hal fana, maka kebahagiaan tersebut pun tidak akan hakiki.
Rangkul takdirmu dengan penuh rasa syukur, dengan menjaganya dan meningkatkan kualitas dirimu baik jiwa maupun raga. Tubuh yang sehat, jiwa yang bersyukur, dan otak yang selalu diasah akan menjadikan dirimu kombinasi berbagai kualitas yang dimiliki oleh wanita yang kuat. Tidak lekang oleh usia, karena dia tahu bahwa kehidupan ini adalah sekolah seumur hidup.
Menerapkan gaya hidup sehat, karena dia tahu bahwa raga ini hanyalah titipan yang suatu saat akan kembali pada pemilik-Nya. Menjadikan kesalahan sebagai sebuah pembelajaran, menjadikan kesuksesan sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Soal ilmu dunia, jangan pernah merasa cukup. Hiduplah seakan-akan kau akan hidup seribu tahun lagi. Dan jangan lupa mensyukuri hidup ini karena kau hanya akan hidup satu kali.
Mencintai dirimu sendiri adalah sebuah seni yang tak semua orang bisa menguasainya, karena mencintai diri sendiri adalah bukan cinta biasa. Ia tak hadir karena ketertarikan fisik sebagaimana cinta pada pandangan pertama. Ia tak hadir karena hasrat atau nafsu. Kehadirannya tak memerlukan orang kedua, ketiga dan seterusnya. Namun karena keberadaannya, seseorang mampu mencintai dengan setulus hati, karena keberadaannya bisa menimbulkan daya tarik massivepada diri seorang wanita pada laki-laki yang tepat. Keberadaannya akan memampukan diri kita menjadi wanita yang mampu menjalankan berbagai peranan dalam hidupnya dengan baik. Menjadi sebuah pribadi yang menarik dengan warnanya tersendiri, yang kemudian dengan warna tersebut ia akan menyentuh kehidupan banyak orang dalam peranannya sebagai ibu, istri, anak, sahabat, rekan kerja, dan banyak peran lainnya.
Karena menjadi wanita adalah sebuah anugerah, tetapi menjadi wanita kuat yang percaya untuk menjadi dirinya sendiri dan selalu berusaha yang terbaik adalah sebuah berkah bagi banyak orang yang mencintainya.
- Yang Lama Pacaran Bisa Kalah dengan yang Melamar Duluan
- Kasih Sayang Orang Tua Itulah Cinta Sejati yang Sebenarnya
- Beda Usia 13 Tahun dan Nikah Tanpa Pacaran, Hanya Maut yang Bisa Memisahkan
- Walau Tak Mesra Bermanja, Terimakasih Telah Memelihara Cinta Kita
- Bayangan Mantan Terus Terbawa Sampai Menikah, Kenapa Kenangan Begitu Kejam?