Apa resolusimu tahun ini? Apakah seperti resolusi sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba New Year New Me ini?
***
2017 telah usai terbitlah 2018 yang baru , waktu sungguh sangat cepat berlalu. Aku calon ibu muda, menikah september 2016 lalu saat usiaku 22 tahun, dan saat ini sedang hamil 9 bulan anak pertamaku. Menjadi ibu muda layaknya menghadapi sebuah tantangan, dan bagiku ini adalah tantangan kedua, setelah berhasil melewati tantangan pertama yaitu mengalahkan ego diri sebagai seorang istri di tahun pertama menikah.
Benar, memang tidak mudah menyatukan dua insan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan yang memang alaminya Tuhan ciptakan berbeda, baik dari karakter, kebiasaan secara umum dan lain-lain. Namun, apa yang kuhadapi tak hanya berbeda dari sisi karakter antara laki-laki dan perempuan, tapi berbeda dari segala sisi. Beda negara, berbeda usia hingga puluhan tahun, berbeda karakter pastinya, berbeda kultur/budaya, bahasa, dan hampir di semua lini aku menemukan perbedaan. Hal-hal demikian hampir menghancurkan pernikahan kami.
Advertisement
Tahun pertama menikah adalah hal yang sangat sulit bagiku, hampir setiap hari aku menangis meratapi keadaanku. Muncul rasa menyesal dan menyerah, ingin berpisah dan entah sudah berapa banyak kata, “Ceraikan aku,” yang keluar dari mulutku meski dalam keadaan hamil muda pada saat itu di pertengahan tahun 2017. Menikah memang sulit jika kita hanya fokus pada perbedaan yang ada, mencari-cari kesalahan pasangan tanpa pernah bercermin melihat kesalahan diri sendiri dan introspeksi diri, tanpa berusaha saling mengisi dan mengerti. Tak hanya menikah, hal-hal yang lain pun akan sulit jika kita hanya melihat dari sisi negatif. Tuhan sungguh baik masih memberikanku kesempatan untuk memperbaiki keadaan ini.
Akhir tahun 2017 aku menyadari begitu banyak kesalahan yang sudah aku lakukan terhadap suamiku dan anak yang ada dalam kandunganku. Bayangkan saja jika seandainya perceraian itu terjadi, bagaimana dengan kondisi psikologis anakku yang lahir tanpa mengenal seorang ayah. Padahal peran orang tua sebagai ayah dan ibu yang akur sangat dibutuhkan anak-anak. Aku pun menyadari tidak enaknya dampak dari hal tersebut, sebab aku mengalaminya sendiri. Sejak saat itulah aku berusaha introspeksi diri dan kuakui betapa egoisnya aku menuntut terlalu banyak dari suamiku tanpa sadar aku menyakiti hatinya. Ia yang bersusah payah untuk mencari nafkah demi membahagiakanku, membahagiakan keluarga kecil kami nantinya.
Memasuki tahun 2018 aku bertekad untuk terus memperbaiki diri. Memantaskan diri menjadi pribadi yang dicintai dan mencintai tanpa mengharap balasan dari manusia, tapi mengharap balasan dari Tuhan sang pencipta saja, sering kita sebut dengan ikhlas. Aku ingin menjadi pribadi yang sabar dan dewasa dalam menyikapi berbagai hal untuk kebaikanku, kebaikan anak-anakku kelak dan untuk orang-orang di sekitarku. Sebab harus kita pahami bahwa adanya ujian itu untuk kita lewati dan pasti sesuai kemampuan diri dan setiap masalah ada solusi yang terbaik, tidak perlu saling menyakiti tapi yang perlu ialah saling berintrospeksi diri, mencintai dan menghargai.
Sering pepatah mengatakan, “Ingat kebaikan orang lain terhadap dirimu dan ingat keburukan dirimu terhadap orang lain,” agar muncul rasa saling memaafkan. Manusia tidak selalu benar, dan tidak selalu salah. Setiap manusia punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. “New Year, New Me,” tepat sekali! Kita yang baru di tahun 2018, belajar dari kesalahan, perbaiki segala keadaan dan raih kesempatan-kesempatan baik dalam hidupmu, sebab hidup di dunia ini hanya sementara. So, jangan sampai sia-sia. Berikan yang terbaik untuk sang Maha Cinta ialah Sang Pencipta, cintai ia niscaya engkau akan dicintai oleh makhluk-makhlukNya.
Salam cinta dari seorang ibu muda.
- Bikin Kapok! Teledor Pakai Kartu Kredit, Pengeluaran Malah Makin Besar
- Andai Saja Ibu Masih Ada untuk Mendampingi Kehamilan Pertamaku
- Kehidupan Kantor Bikin Hidupku Berantakan, Kini Mulai dari Nol demi Ayah
- Berdamai dengan Masa Lalu, Sebab Kebencian Tak Membuat Hatiku Kembali Utuh
- Aku Berjanji untuk Tidak Depresi Lagi
(vem/nda)