Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Surat untuk Ibu ini membuat hati terasa sesak rasanya. Tak sampai hati membayangkan seseorang yang begitu cintai memilih pergi demi orang lain.
***
Mah, sebentar lagi Hari Ibu, hari yang setiap tahun selalu aku hindari dan aku tidak ingin mendengarnya. Sebab di hari ibu ini aku bingung apa yang harus aku lakukan di saat orang lain berlomba-lomba memberikan hadiah ke ibunya masing-masing ataupun itu hanya sekadar mengucapkan kata cinta mereka. Aku bingung Mah, apa yang harus aku lakukan? Keberadaan Mamah pun sampai sekarang aku tak tahu.
Kenapa Mamah lebih memilih pergi bersama laki-laki lain daripada aku, Papah dan adek-adek, Mah? Dulu aku yang masih belum mengerti apa artinya selingkuh dengan mudahnya kau bohongi dengan iming-iming Play Station agar aku bisa tenang dan tidak mengganggu Mamah dengan laki-laki itu. Seandainya waktu itu aku mengerti akan berakhir seperti ini, aku akan merengek bahkan menyerahkan seluruh mainanku agar Mamah tidak pergi.
Salahku apa, Mah? Apakah aku terlalu nakal, Mah? Kenapa Mamah tega pergi begitu saja di tengah malam saat bertengkar dengan Papah? Aku tahu malam itu kalian bertengkar, aku mendengar jeritan Mamah. Aku tidak berani keluar kamar, Mah. Tapi aku pun hanya pura-pura tidur, aku takut melihat kalian bertengkar. Dan di pertengkaran itu Mamah akhirnya pergi memilih meninggalkan rumah. Aku menyesal tidak mencegah Mamah pergi dari rumah. Maafkan aku mah, aku hanya takut.
Advertisement
Saat itu aku bahkan tidak tahu arti perceraian, Mah. Ketika pada pagi harinya adek-adek menangis menanyakan keberadaan Mamah, aku sebagai anak tertua tak tahu harus bilang apa. Sampai sekarang pun aku tidak bisa menjelaskannya.
Sekarang aku sudah kuliah, Mah. Aku bertemu bermacam-macam orang. Saat kami makan bersama temanku ada yang bilang “Duh, jadi kangen masakan Mama, nih.” Saat itu aku hanya bisa membatin bahwa aku bahkan sudah lupa rasa masakan Mamah kayak gimana. Aku sudah lupa kapan terakhir makan masakan Mamah, kapan terakhir makan bareng Mamah. Jujur, aku kangen Mah.
Anakmu kini banyak menanggung beban hidup, dan sesungguhnya ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Bercerita soal temanku yang gila, tentang cowok yang sedang aku taksir, hingga soal susahnya mata kuliah kalkulus. Aku tidak ingin membebani Mamah kok, hanya ingin merasakan bagaimana rasanya curhat sama mamah sendiri. Ingin sekali aku bisa duduk berdua bersama Mamah sambil makan cookies. Sepertinya bakal seru, ya.
Mah anakmu sedang berjuang untuk mendapatkan gelar sarjana. Aku harap Mamah akan menghadiri hari kelulusanku nanti. Tidak apa-apa kalau nanti Mamah datang bukan sama Papah. Asalkan Mamah datang, aku sudah cukup bahagia.
Sungguh aku iri melihat teman-teman bisa menelepon Mamanya dan saling bertukar cerita. Jika boleh aku meminta sesuatu padamu, aku akan meminta Mamah dan Papah berpura-pura menjadi keluarga utuh lagi, walaupun itu hanya sehari. Aku merindukan keluargaku yang utuh, aku rindu hangatnya pelukan Mamah dan Papah. Aku rindu kalian. Sekarang aku hanya bersama Papah, aku rindu Mamah. Mamahku pergi meninggalkanku, malaikat tak bersayapku pergi. Tapi aku tetap mencintai mereka. Mamah, pulanglah.
- Tuak yang Bikin Mabuk, Modal Ibu Sekolahkan Aku Sampai ke Perguruan Tinggi
- Biarkan Anakku Lahir!
- Natal yang Kelabu dan Rasa Takut Kehilangan Mama
- Video Call Terakhir dan Aura Wajah Mama yang Berbeda
- Ibu, Kau Sungguh Menyebalkan!
(vem/nda)