Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Surat untuk Ibu ini mungkin juga dirasakan oleh sebagian besar wanita yang kini akhirnya menjadi seorang ibu. Ada perjuangan dan juga pengorbanan yang luar biasa.
***
Medan, 13 Desember 2017
Teruntuk Mamak Tercinta,
Apa kabar, Mak? Kuharap Mamak selalu dalam keadaan sehat wal’afiat, panjang umur dan dilindungi oleh Allah SWT. Mak, akhirnya aku menduduki posisimu juga. Aku telah menjadi seorang Bunda dari cucu perempuanmu yang amat teramat imut ini. Aku lega, Mak sedikit demi sedikit telah memberikanmu kebahagiaan walaupun sebenarnya itu masih kurang dari yang seharusnya kau terima.
Terasa jelas dalam ingatanku saat kau dan Bapak datang di pagi buta tepatnya pukul 03.00 WIB melihatku mengerang kesakitan karena kontraksi yang begitu dahsyatnya membuatku seperti tak bernyawa lagi. Aku memandangmu dengan lirih kan, Mak? Aku melakukan itu karena aku baru memahami perjuanganmu dahulu saat melahirkanku ke dunia ini. Tak bisa kukatakan apapun bagaimana rasanya saat itu. Kau dan Bapak berusaha menenangkanku dan memberiku semangat bahwa tak ada yang mudah dalam memperoleh sesuatu. Seperti halnya, aku yang akan melahirkan cucu kalian saat itu.
Advertisement
Mataku berlinang saat bidan mengatakan bahwa aku masih berada dalam bukaan 5. Aku merasa ragaku seperti terkoyak-koyak. Sebegini sakitnya dan aku masih bukaan 5? Entahlah, aku merasa putus asa saat itu. Tetapi, kau berusaha membuatku membuang pikiran-pikiran yang dapat menghambat jalannya persalinanku, Mak. Aku sempat memohon ampun atas semua kesalahan dan dosa yang kulakukan padamu dahulu. Aku baru menyadari ini adalah perjuanganmu juga saat melahirkanku. Aku berharap dengan ampunanmu aku dapat menjalani proses persalinan ini dengan lancar. Aku berharap Allah SWT menerima ampunanku ini.
Ternyata Allah SWT mendengar doamu, Mak. Allah juga meridhoiku untuk melakukan persalinan normal dalam keadaan sehat wal’afiat karena ridhomu, Mak. Seorang anak perempuan lahir dengan tangisannya membuatmu buru-buru bangkit dari sujudmu dan berlari untuk melihatnya. Aku mendengar langkah kakimu dan Bapak menuju kamar rawatku. Kau melihatku dengan wajah bahagia dan senyum sumringah. Dalam keadaan masih kotor, kau dan Bapak menggendong putriku dengan penuh kebahagiaan. Kau seperti mencurahkan kasih sayang yang tak terhingga untuknya, Mak. Aku melihat itu dengan sangat jelas di matamu, Mak.
Sampai usiaku 28 tahun saat ini, momen itu adalah momen yang paling bersejarah dalam kenanganku. Saat aku mengerti pengorbananmu dalam melahirkanku sampai aku paham bagaimana kau merawatku hingga dewasa seperti ini. Aku menggantikan posisimu sekarang, Mak. Menjadi seorang Ibu yang akan selalu sabar menghadapi setiap permasalahan dalam kehidupan rumah tangga.
Mungkin aku belum bisa menjadi sepertimu, menjadi seorang wanita tangguh yang selalu tabah menghadapi ujian dan cobaan yang bertubi-tubi datang padamu. Tetapi, aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa belajar dari ketabahanmu itu. Terima kasih Mamakku tersayang karena engkau telah membiarkanku menatap dunia ini dan memberiku banyak pengajaran tentang kehidupan. Apapun yang paling berharga di dunia tak mampu membalas semua pengorbananmu padaku, pada anakmu yang mulai saat ini akan berjuang menjadi seorang Ibu yang sepertimu, Mak.
- Biarkan Anakku Lahir!
- Natal yang Kelabu dan Rasa Takut Kehilangan Mama
- Video Call Terakhir dan Aura Wajah Mama yang Berbeda
- Ibu, Kau Sungguh Menyebalkan!
- Ibu Juga Memiliki Sisi Kesepiannya Sendiri
(vem/nda)