Momen kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, selama tanggal 25 November - 10 Desember menjadi waktu yang tepat untuk menyoroti bahwa kekerasan terhadap perempuan bisa terjadi kepada siapa saja. Data yang dihimpun WHO menunjukkan jika 1 dari 3 perempuan di dunia, mengalami pelecehan seksual. Mirisnya pelaku kekerasan seksual adalah orang terdekat korban, bahkan orang yang dicintainya. Well, anggapan bahwa pelaku kekerasan seksual adalah orang asing hanyalah mitos saja.
Mirisnya, penyintas kekerasan seksual ini mengalami banyak diskriminasi. Para penyintas kekerasan seksual ini seringkali mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pengalaman buruknya. Trauma menjadi hal utama penyebab seseorang enggan menceritakan pengalaman yang dialaminya.
Anggapan bahwa menutupi peristiwa buruk yang dialaminya adalah cara terbaik untuk menutupi aib. Padahal bagi penyintas kekerasan seksual, didengarkan dan dipulihkan rasa traumanya sangat penting.
Advertisement
Baca Juga: Menyoal Mitos Keperawanan dan Kaitannya Dengan Kekerasan Perempuan
Banyak korban kekerasan seksual yang akhirnya memilih diam alih-alih melaporkan kasusnya ke pihak berwajib. Tuntutan untuk memberikan bukti berupa visum. Seperti yang kita ketahui visum dokter melibatkan pemeriksaan organ intim yang bisa membangkitkan trauma. Selain itu tekanan dan pertanyaan berulang dari pihak berwajib justru akan membuat korban semakin tertekan.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Tidak harus menjadi korban untuk memahami betapa tidak menyenangkan tindakan kekerasan seksual pada perempuan. Bahwa tindakan kekerasan tersebut menumbuhkan trauma yang mendalam. Memahami dan mengerti posisi korban. Dan mulailah berhenti untuk menyalahkan korban atas kejadian yang dialaminya.
Tidak ada satupun penyintas kekerasan seksual yang rela diperlakukan tidak baik. Mulailah menjadi pendengar yang baik untuk para korban. Bantu mereka untuk melaporkan peristiwa tidak menyenangkan tersebut kepada pihak berwajib.
Karena kemenangan satu perempuan adalah kemenangan seluruh perempuan di dunia ini. Keep fight, ladies.
(vem/apl)