Kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Ayah Aku Rindu ini kembali jadi pengingat bahwa waktu yang kita habiskan lebih berharga daripada uang atau harta bedan yang kita berikan.
***
Dear My Beloved Dad,
Advertisement
Hai cinta pertamaku!
Apa kabar kamu di sana?
Sehat sehat terus kan ya.
Karena aku di sini juga selalu mendoakanmu dalam tiap sujudku agar kamu selalu sehat terus.
Orang-orang punya panggilan sayang tersendiri untuk cinta pertamanya seperti sosok dirimu,
Aku? Aku tidak tahu bagaimana sejarahnya, tiba-tiba aku terlahir ke dunia ini dan jatuh cinta padamu, kau cinta pertamaku dan aku memanggilmu “Abah”.
Selamat Ulang Tahun yang ke-60 Tahun, Bah
Hmmm banyak sih panggilan yang lain seperti ayah, papa, papi, abi, abuya, daddy, bapak, atau apapun itu, tapi aku terlahir sudah dengan memanggilmu abah. Kalau ada panggilan yang lebih mulia lagi dari sekadar abah, aku pasti sudah menggunakan panggilan itu untuk memanggilmu.
Tahun ini usiamu 60 tahun, usia dimana abah sudah seharusnya di rumah saja, menua bersama anak cucumu. 60 tahun bukan umur yang singkat, abah sudah harus pensiun bekerja, biarkan aku yang kini mengabdi padamu, 27 tahun sudah cukup abah memberikan penghidupan yang sangat layak untukku.
Walaupun dari segi wajah, aku tidak sama sekali mirip denganmu (aku bahkan sangat mirip sama mama) tapi kata mama untuk urusan sifat aku sangat mewarisi watak abah yang keras kepala, susah dibilangin, baik sama semua orang tanpa pandang bulu, punya teman banyak dimana-mana, suka berpetualangan, tidak ada kata capek, suka lupa waktu kalau lagi main dan kerja, bawel banget, dan mandiri.
Tapi untuk urusan mandiri ini, memang kuakui aku belajar dari abah. Sejak dulu kau mendidik aku menjadi perempuan yang mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain terutama laki-laki. Karena memang tidak ada laki-laki lain yang bisa kuandalkan selain dirimu, Bah. Kadang aku iri dengan teman-temanku yang sampai usianya saat ini ayah mereka masih suka mengantar jemputnya kemana-mana. Sementara aku? Aku nggak pernah merasakan diantar jemput sekolah olehmu. Kalaupun dijemput itu saat aku kelas 1 SMP karena masuk sekolah siang dan langsung lanjut les sampai malam. Kau mendidik aku menjadi pribadi yang mandiri sekali. Katamu itu bukan karena kau malas mengantarkan aku, tapi karena aku harus berhenti jadi anak manja yang bergantung sama orang lain, karena orang lain tidak ada setiap saat untuk kita.
Aku tau kahu sangat menginginkan anak laki-laki. Kau mempunyai 5 anak perempuan dan tak ada yang bisa menjadi penerusmu, menjadi anak laki-laki bagimu rasanya sulit. Aku ingat dulu sewaktu aku duduk di bangku madrasah ibtidaiyah (SD) sekolahku itu memang aneh, hari liburnya justru hari Jumat. Jadi setiap libur di hari Jumat aku memang suka ikut denganmu bekerja di pasar, membantu memotong daging, menemanimu ke pemotongan daging, mengantarkannya ke restoran dan catering ternama di kota kelahiranku Palembang, bahkan aku ikut ke masjid saat waktu sholat jumat tiba, bukan untuk ikut sholat jumat, aku dengan setia menunggumu di depan masjid selama kau sholat jumat sambil minum es kacang merah kesukaanku. Hal seperti itu terjadi selama hampir 4 tahun aku duduk di bangku sekolah dasar. Aku merindukan hal itu.
Kau sering menganggapku seperti anak laki-laki bagimu, karena kelakuanku yang sedikit tomboy, nakal, lebih suka bermain dengan laki-laki, lebih suka permainan laki-laki, kadang kau memperlakukan aku seperti anak laki-laki, menemanimu begadang tengah malam menonton bola sampai pagi, menghafal seluruh klub bola dan pemain bola, membantumu mencuci mobil atau motor, menemanimu ke bengkel, semua aku lakukan karena aku menyukai menjadi tangguh seperti dirimu abah. Tapi pada akhirnya aku tetap anak perempuanmu yang lemah, ringkih, butuh perlindunganmu. Kadang kau cuek sekali tapi ternyata diam-diam kau perhatian bahkan khawatir sekali kepadaku.
Heidy ingat bah, waktu heidy tiap semester ngasih tunjuk nilai IPK abah terkesan cuek dan cuma oh aja. Padahal untuk dapat nilai IP sebagus itu susah bah di jurusanku. Aku pikir abah beneran cuek tapi ternyata pada saat Heidy ngasih laporan IP semester 4 abah bilang gini, “Kok IP kamu turun 0,25 dari semester lalu?” Seneng tahu bah mendengarnya karena ternyata abah inget dan memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Atau saat kau sangat mengkhawatirkan kesehatanku yang semakin memburuk. Aku ingat abah adalah orang yang paling semangat membawaku berobat kesana kemari waktu penyakit kelumpuhan syaraf muka (Bells Palsy) itu menimpaku sebanyak 2x. Seluruh macam teknik pengobatan baik medis, herbal, tradisional semua abah lakukan demi aku, supaya aku segera pulih dari penyakit itu. Aku bahkan malu karena aku yang punya penyakit malah nggak semangat, tapi kau menyemangatiku dengan cintamu, pun begitu dengan penyakit-penyakit yang aku derita ditahun-tahun berikutnya, kau penyemangatku no.1.
Bah untuk usiamu yang sudah menginjak 60 tahun tak banyak doaku untukmu, aku cuma ingin abah panjang umur dan sehat terus aja udah. Aku nggak mau lagi dengar kabar via telepon pagi hari saat aku sedang KKN di desa terpencil kalau penyakit batu empedumu kambuh lagi, dan aku menghabiskan hari raya sekaligus ulang tahunku di rumah sakit menjagamu atau kabar buruk lainnya saat 2 tahun lalu saat aku ditelepon mama pagi-pagi buta untuk mengabarkan kalau abah dibawa ke ICU karena serangan jantung lagi. Itu pagi yang sangat kalut buat Heidy bah, tanpa banyak kata hanya air mata menuju bandara mencari penerbangan untuk pulang ke Palembang hari itu juga.
Jaga kesehatan ya, bah. Diet rendah kolestrol dan diet jantungnya dijalani. Anakmu ini ahli gizi loh, kenapa sih abah cuma nurutnya sama aku, nggak sama mama, padahal anakmu ini sudah melimpahkan ilmunya sama mama untuk mengatur makananmu setiap harinya, jadi nurut ya sama mama. Karena Mama itu adalah wakil aku yang memantau kesehatan abah.
Heidy masih ingin mewujudkan keinginan abah waktu abah sakit dulu, inget kan abah bilang apa? “Heidy, masih mau kan nikahnya diwaliin sama abah?" Tiap ingat kata-kata itu aku menangis, ya aku tahu kau sangat mengkhawatirkan anak perempuanmu ini yang belum mendapatkan orang yang akan menggantikanmu sebagai penjagaku dan pelindungku. Karena tak mudah mencari yang sepertimu, yang selalu mencintaiku tulus dan tak pernah menyakiti aku. Tapi Heidy percaya doa dari abah dan mama buat Heidy sepanjang waktu tak pernah putus akan segera dikabulkan sama Allah.
Makasih ya bah sudah menjadi abah terbaik selama 27 tahun hidupku. Untuk usiamu yang kini sudah 60 tahun, aku harap akan ada tahun-tahun berikutnya bersamamu. Kado dari Heidy nanti Heidy bawa pada saat pulang ke rumah ya. Kau tahu tiap kali kau bilang, “Pulang nak, yang abah butuh itu kamu bukan uangmu,” aku selalu menangis. Rinduku mencapai puncaknya saat kau mengatakan itu padaku. Heidy akan pulang segera bah, buat abah, ke pelukan abah, bawa kado terbaik untuk ulang tahunmu.
Selamat ulang tahun ke 60 tahun ya Sayyid Isa Husin Alkaff, Abah juara no. 1 di dunia, I love you my first love.
(vem/nda)