Seringkali saat terjebak dalam masalah yang kurang menyenangkan, kita menerima nasehat agar berlapang dada dan melupakan rasa sakit hati. Memberi maaf memang terkesan mudah, sayangnya beberapa orang lupa tidak semua orang terlahir dengan sifat yang lapang dada dan mudah menerima. Beberapa orang bahkan menjadi pengingat yang andal.
Bagi kita meminta maaf mungkin pekerjaan mudah, tapi sebaliknya memaafkan bukanlah hal yang mudah dilakukan. Memberikan maaf sama sulitnya dengan mengakui kesalahan. Tapi benarkah, memaafkan adalah keharusan? Bagaimana jika ternyata perkara maaf begitu sulit.
Meskipun Maaf Melapangkan Langkah, Tapi Ia Juga Butuh Ketulusan
Advertisement
Masih ingat dengan kalimat "jika meminta maaf berguna, buat apa ada polisi?" kalimat andalan dari serial Meteor Garden. Well, memang untuk apa meminta maaf? Jika maaf tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula. Meminta maaf tapi tidak melunturkan luka dan kecewa.
Jadi maaf saja tidak cukup, ia juga butuh ketulusan. Sekadar mengucap maaf semua orang pasti bisa melakukannya, tapi dengan membuang ego tidak semua sanggup melakukannya. Maka, jangan buru-buru mengobral maaf jika tanpa diimbangi dengan ketulusan.
Berhenti Mengumbar Maaf, Ia Tak Lagi Berharga
Suka mendengar kata maaf? Dikit-dikit minta maaf, dikit-dikit mengucap sorry, seakan meminta maaf adalah hal yang biasa. Ucapan yang tulus dapat terlihat dari intonasinya. Maka jangan heran jika banyak kasus, menganggap dengan meminta maaf segala urusan selesai. Semua masalah berakhir.
Kita tidak menyadari terlalu sering mengucap maaf membuatnya tidak lagi memiliki makna. Seperti ucapan cinta, yang terlalu sering diungkapkan. Kosong dan tanpa makna.
Lalu apa yang harus kita lakukan? Saat kamu meminta maaf, coba turunkan gengsimu sedikit. Mintalah dengan tulus, orang yang kamu sakiti juga butuh waktu untuk memaafkan. Kamu sedang meminta sesuatu dari dia, jadi sebaiknya ucapkan dengan tulus...
"Maukah kamu memaafkanku?"
Selamat hari ini, ladies.
(vem/apl)