Sukses

Lifestyle

Mother-Daughter Squad: Arisan dan Baju Transparan

Kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Kocok-Kocok Ceria ini benar-benar unik dan kocak. Dari arisan, banyak hikmah yang didapat termasuk mengurangi uang rokok Ayah.

***

Aku punya pengalaman yang cukup mengesankan tentang “kocok-kocok ceria” (baca: arisan). Aku pernah ikut arisan dengan teman-teman sekelas waktu masih SLTA dulu. Itupun karena Ibu memaksaku untuk ikut karena Ibu mau menjadi “penyandang danaku". Uang jajanku kadang habis untuk transportasi pulang-pergi sekolah dan beli buku, sehingga aku tidak memiliki cukup sisa uang jajan untuk ikut serta arisan.

Ketika di rumah, aku bercerita menertawakan nama dan tema grup arisan yang dibuat oleh siswi-siswi sekelas. Namanya adalah “Ciwi-ciwi Arisan XI IPA 1” dengan tema “Bantu Calon Suami Mempersiapkan Biaya Nikah”. Kontan Ibu tertawa terbahak-bahak, namun tiba-tiba berhenti dan menatapku dengan pandangan terinspirasi.

Tak lama kemudian titah Ibu keluar, “Manga kau indak sato pulo? Bia Ibu nan mambayiaan iurannyo. (Kenapa kamu tidak ikut juga? Biar Ibu yang membayarkan iurannya)." Akhirnya, jadilah aku tergabung dengan grup arisan yang kutertawakan nama dan temanya tadi. Output dari arisan ini adalah sejumlah uang dan satu paket body care.

Namun, pengalaman tentang arisan yang ingin aku bagikan adalah hasil pengamatanku tentang dampak kegiatan arisan yang dilakukan Ibu. Kegiatan arisan ini terinspirasi dari kegiatan arisanku di sekolah. Ide itu muncul ketika aku mengantarkan uang hasil arisan ke sekolah tempat Ibu berjualan. Body care-nya tentu saja untukku karena aku sudah sukarela menjadi “kurir” uang Ibu setiap minggunya, hehe. Setelah mendengar ceritaku, ibu-ibu yang berjualan di kantin termasuk Ibuku sepakat membuat kelompok arisan dengan nama “Arisan Kantin SD Asam Kumbang” (By the way, itu nama sekolah tempat para ibu-ibu ini berjualan). Kelompok arisan ini berjumlah 15 orang ditambah dengan ibu-ibu pemasok kue kantin.

Setelah Ibu terlibat dalam dua arisan, (arisanku di sekolah ternyata berjalan lancar) timbul masalah baru. Sisa keuntungan jualan tidak cukup banyak untuk membayar iuran arisan yang baru. Kalau minta kepada Ayah, Ibu tidak mau Ayah tahu. Perempuan harus memiliki sumber penghasilan rahasia untuk hal-hal mendesak nanti, kata Ibu.

Nah, apa akal? Bukan Ibu namanya jika tidak ada solusi jenius yang muncul dari pikiran Ibu. Ibu mulai menghitung seluruh pemasukan keluarga, mulai dari hasil jualan di kantin sekolah, jualan kue yang dititipkan di warung-warung, hasil ojek ayah, dan pemasukan lainnya. Kemudian mengkalkulasikan pengeluaran berupa modal jualan, uang bensin pagi ayah, uang jajan sekolah aku dan adik-adik, belanja dapur harian, dan uang rokok ayah. Eureka! Ibu dapat ide.

Uang rokok ayah biasanya diambil dari sisa uang belanja dapur yang dibagi dua (satu bagiannya untuk iuran arisanku di sekolah). Ibu mulai melakukan mark-up belanja dapur agar sisa uang yang harus dibagi dua antara iuran dan dan uang rokok menjadi tipis. Uang iuran arisanku tidak bisa diganggu gugat oleh Ayah karena Ayah juga tahu aku ikut arisan ini.

Ibu memang paling jago mengatur keuangan keluarga./Copyright shutterstock.com

Nah, uang rokoklah yang menjadi korban. Uang rokok ayah menipis hingga setengah dari yang biasanya, bahkan terkadang lebih ketika Ibu kelewatan me-mark up uang belanja dapur. Aku yang tahu tentang ini terkadang senyum-senyum sendiri melihat Ayah yang sedikit menggerutu karena uang rokok jadi korban. Aku jadi sering kampanye tentang bahaya rokok kepada Ayah walaupun Ayah sudah tahu. Kemudian juga kampanye tentang pemanasan global akibat pembakaran rokok yang Ayah lakukan, dan ayah bilang aku lebay-dramatis. Semua ke-ngeyel-anku terjadi untuk menyemangati Ayah agar mengurangi konsumsi rokok. Dan demi keselamatan uang iuran arisanku juga agar tidak tercaplok, wkwkwk.

Uang hasil mark up belanja dapur menjadi pemasok iuran arisan Ibu di kantin sekolah. Beda antara arisanku dengan arisan ibu adalah output arisan ibu berupa sejumlah uang dan peralatan dapur. Ketika giliran nama Ibu yang muncul dalam undian, Ibu membelikan Ayah baju koko dan menceritakan uangnya dari mana. Ayah sambil mesem-mesem berkata, “Mana baju yang dibelikan? Kok, transparan ya. Kayak hasil pembakaran gitu.” Maksudnya, Ayah bilang bajunya terbuat dari asap rokok beliau yang tak pernah beliau bakar. Kami tertawa bersama mendengarnya.

Arisan membuktikan tiga hal kepadaku: seorang ibu adalah ahli strategi keuangan yang handal, seorang ayah adalah pria yang rela mengorbankan kesenangan demi keluarga, dan mother-daughter combination adalah girl squad arisan terapik di dunia.



(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading