Mungkin orang zaman sekarang adalah orang yang paling mudah dibahagiakan. Lha wong dapat notifikasi di Instagram atau Facebook aja, senangnya minta ampun. Apalagi kalau notifikasi itu datang dari likes dan comment postingannya sendiri, bukan notifikasi dari grup. Saking pentingnya nilai sebuah notifikasi itu, bahkan ada orang-orang yang rela ''menggadaikan" dirinya buat mendapat jempol atau komen.
Kalau mau dilihat secara utuh sih, bukan perkara notifikasinya. Tapi datangnya notifikasi itu artinya seseorang mendapatkan perhatian dari teman-teman social medianya. Hmmm, ya bukan cuma Mimi Peri sih yang pengen diperhatikan, semua orang juga begitu.
Enam-tujuh tahun yang lalu, waktu awal-awal kemunculan Facebook, dapat notifikasi likes, comment dan tagging foto itu rasanya senang minta ampun. Berasa lagi 'laku'. Tapi sejak para penjual online shop merambah Facebook, tagging foto jadi hal yang menyebalkan. Lha iya, siapa yang nggak kesal jadi korban tagging massal di foto atau post jualan, dengan sebajek-bajek akun teman-temannya si online shop yang kita nggak kenal. Kalau saya sih, rela mengeluarkan waktu buat untag post yang nggak ada hubungannya sama urusan saya. Yo masak saya pernah kena tagging nyasar online shop yang saya sendiri nggak kenal, dianya jualan tongkat madura. Hmmm ...
Advertisement
Tapi kalau diperhatikan, urusan tagging-tagging ini bisa jadi lucu dan pelik. Kenapa? Sebagai mantan orang yang suka mengulik social media, saya pernah dipusingkan sama algoritma. Sistem yang mengatur dan memilah bagaimana postingan-postingan di social media bisa muncul di newsfeed seseorang ... dan bahkan nggak muncul sama sekali. Kalau nggak muncul sama sekali ... ah, biarlah itu urusan para digital marketing dengan targeting ads Facebooknya yang riweuh. Masalahnya, algoritma social media ini suka kayak mantan pacar dulu itu, nggak bisa ditebak sikapnya, suka-suka udelnya. Hanya Tuhan dan Facebook yang tahu kapan mau munculin postingan si A, B, C di newsfeed kita. Bahkan urusan tag-tagan dari temannya temannya teman, bisa selonongan keluar di halaman rumah Facebook kita.
Nah, di sini nih 'serunya'. Kalau saya bilang, urusan tag-tagan Facebook ini bisa bikin kita tahu jerohan rumah tangga seseorang tanpa perlu merogoh-rogohnya. Ya wong suami-istri zaman sekarang itu suka kok colak-colek pasangannya di social media. Ngelihat video romantis, ngetag suaminya. Ngelihat video masak-masak enak, ngetag istrinya. Itu baru cerita yang manis-manis ya. Lha tapi kalau ngelihat video romantis Raisa-Hamish, ngetag suaminya sambil di captionnya tertulis, "Jambangnya boleh sama, tapi romantisnya beda jauh :( cc: @PapaTersayang" atau ngelihat video masak-masak enak, ngetag istrinya sambil nyindir, "Hmm, coba @MamaTerbohay masakin gini, jangan cuma aer panas buat kopi doang~"
Hmm, sebagai pengamat timeline, hati ikut terpotek juga melihat postingan begini sambil terus merefresh-refresh halaman itu menunggu pasangannya komen hihihi ... Lhaya tapi jangan dibilang saya mata-mata lho ya. Wong kenyataannya mereka sendiri yang membagikan urusan dapurnya di social media dan algoritma seolah "merestui" para lambe turah untuk nyinyirin hal yang bukan urusannya ... etapi muncul juga di newsfeed. Kalau orang Jawa bilangnya, "Diajangi ombo."
Situasi makin pelik kala di halaman komentar muncullah para laskar curcol yang ikut-ikutan berbagi komentar ... dan juga ngetag pasangannya! Bisa jadi panjang komentarnya nih. Kalau tipikal pasangannya sama-sama terbuka di social media, terjadilah sahut-menyahut entah kasar atau halus atau yang satunya merasa terdzolimi. Kalau yang salah satu tertutup, biasanya postingan itu akan berakhir tak terbalas ... Mungkin berantemnya di dunia nyata hehehe.
Lucunya, ada orang-orang yang setelah ngetag pasangannya di postingan curcol ini, saat dikomentari oleh teman Facebooknya yang jawabannya tak sesuai harapan, ngamuk-ngamuk. Ya namanya juga manusia, kita cenderung pengen mendengar dan melihat apa yang ingin kita dengar dan lihat saja 'kan? "Udah nggak usah ikut-ikut, ini urusanku sama suamiku!" Lhe piye, Mbak, wong di post di social media ya risikonya dikomentarin sama netizen. Apapun komentarnya. Ya gimana lho, ibaratnya pintu rumah dibuka lebar-lebar kalau ada sowang nyosor ya nggak salah sowangnya.
Tapi bagaimanapun, semua urusan pertag-tag-an ini nggak ada yang lebih juara ketimbang ngetag suami atau istri di artikel, "Tips Mudah Bikin Istri Lebih Tahan Lama Di Ranjang" dan captionnya ... singkat, sungguh singkat, cuma "Cc: @PapaTercinta."
Hmm, jadi penasaran ehehehe ... #ketawadalamdiammalumalukucinggarong
(vem/wnd)