Berkah menjadi perempuan adalah kita bisa memberikan diri kita seutuhnya untuk mereka yang kita sayang. Itulah sebabnya seorang perempuan biasanya akan menyerahkan diri, waktu, dan mimpi pada suami dan anak-anaknya.
Tapi ada "kutukan" dalam berkah macam ini; perempuan jadi mendam, makan hati karena harus membuang jauh-jauh mimpi yang selama ini ingin dicapainya.
Dalam studi yang dilakukan oleh Sunlight lewat penelitian Pockets of potensial: How micro-learning during pockets of time can lead to new skill and opportunities, terungkap alasan perempuan tidak mencapai mimpinya adalah bahwa 7 dari 10 wanita merasa tidak punya waktu luang karena banyaknya kesibukan rumah tangga.
Advertisement
"Karakteristik perempuan adalah give her all, ia akan memberi dirinya secara total pada suami dan anak sehingga lupa pada dirinya sendiri," ujar psikolog Ratih Ibrahim dalam jumpa pers 'Ibu Bersinar Sunlight' di bilangan Setia Budi, Jakarta, Selasa (19/9).
Jeleknya lagi, ketika akhirnya seorang perempuan berusaha mencapai mimpinya, ada saja rasa bersalah yang terselip di hati karena meninggalkan kewajiban pada anak dan suami. Akhirnya perempuan "menyerah" pada rasa bersalah itu dan semakin melupakan apa yang dicita-citakannya.
"Perempuan juga tidak punya waktu luang untuk mengeksplore passion yang mereka suka. Akhirnya passion-nya distop. Padahal semua orang punya hak untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan," tambah Ratih lagi.
Apakah kamu salah salah satunya?
Setiap orang butuh yang namanya aktualisasi diri. Yakni terjadi saat seseorang mampu memanfaatkan potensi dirinya secara optimal dengan tetap menyadari keterbatasannya. Artinya di dalam diri kamu ada potensi yang bisa dimanfaatkan dan mendulang keuntungan darinya.
Tapi di tahap awal, kamu harus menekan dulu rasa bersalah itu dan menyisihkan paling tidak waktu 15 menit untuk belajar hal baru. Â Gunakan waktu 15 menit itu belajar, mendalami, menggali lagi passion yang kamu suka. Dari waktu yang terbatas itu kamu bisa menggali potensi untuk mengembangkan diri.
Dikatakan Veronika Utami, Head of House Hold Care PT.Unilever Indonesia, waktu ini dibutuhkan karena ternyata menurut penelitian perempuan Indonesia masih memiliki bara keinginan yang menggebu-gebu untuk mencapai mimpinya.
"Progress seeker selalu berkeinginan untuk maju. Dan perempuan Indonesia selalu punya keinginan lebih keras untuk bisa maju," ujar Veronika ketika ditemui dalam acara yang sama.
Kalau kamu butuh penyemangat, coba saja lihat beberapa sosok perempuan di sekitar kamu. Mulai dari pengusaha kecil-kecilan hingga desainer ternama macam Ria Miranda. Nama terakhir disebut memang sering disebut sebagai salah satu desainer busana muslim sukses di Tanah Air.
Wanita kelahiran Padang, 15 Juli 1985, ini sempat kuliah di jurusan ekonomi di Universitas Andalas, Padang, karena mengikuti keinginan orangtua. Awalnya Ria mengikuti kemauan mereka untuk kerja di perusahaan atau bank, tapi deep down inside, Ria masih suka menggambar baju.
Akhirnya, perempuan bernama asli Indira Miranda itu melanjutkan pendidikan di sekolah mode ESMOD Jakarta. Dan terbukti apa yang menjadi passion-nya membuahkan hasil berupa 12 butik yang tersebar di berbagai kota dan satu cabang di Malaysia, termasuk mempekerjakan 70 karyawan.
Semua berawal dari keinginan dan kemauan, apakah kamu masih mau mengejar mimpi itu?
(vem/zzu)