Memang persaingan di dunia kerja sangatlah ketat. Bahkan ketika sudah lulus kuliah, mencari pekerjaan butuh perjuangan yang tidak mudah. Banyak jatuh bangun serta harus mendapat banyak penolakan. Dan masih sering terjadi wanita yang sudah menikah susah mendapatkan pekerjaan baru.
Memang kasus ini nggak terjadi di semua perusahaan. Tapi tak bisa dipungkiri kalau masih ada korporat atau perusahaan yang mempersoalkan status pernikahan dari para calon karyawannya. Masih saja ada anggapan kalau wanita yang sudah menikah sulit memberikan komitmen penuhnya untuk bekerja di sebuah perusahaan. Benarkah begitu alasan utamanya?
Ada Risiko Kemungkinan "Ikut Suami"
Ada perusahaan yang harus berpikir dua kali saat akan mempekerjakan calon karyawan wanita yang sudah menikah. Khususnya berkaitan dengan bisa tidaknya calon karyawan tersebut bekerja sesuai durasi kontrak yang ditetapkan. Apalagi kalau diketahui suaminya memiliki pekerjaan yang menuntutnya untuk berpindah-pindah. Perusahaan khawatir karyawan baru yang direkrut sudah resign ketika baru dipekerjakan karena harus mengikuti suami.
Advertisement
Dari kasus tersebut, perusahaan kemudian lebih memilih untuk "cari aman" dengan lebih memprioritaskan merekrut karyawan yang masih single dan belum berencana menikah dalam waktu dekat. Khususnya bila kontrak kerjanya menyangkut komitmen yang kuat pada pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Bagaimana pun setiap perusahaan punya kebijakannya sendiri-sendiri.
Persaingan Jauh Lebih Ketat
Di tahun yang sama kamu akan melamar kerja, ada wanita-wanita lain yang masih single dan punya kualifikasi yang lebih baik darimu. persaingan pun jadi lebih ketat. Perekrutan karyawan pun menetapkan syarat, kualitas, dan standar yang tinggi. Termasuk yang menyangkut soal usia dan status. Kesannya memang agak diskriminatif, ya. Tapi itulah kenyataan yang terjadi di sejumlah industri. Kalau kita tak punya potensi dan kemampuan yang menonjol, kita bisa langsung tergeser dan digantikan dengan kandidat yang lebih oke.
Pembagian Prioritas Jauh Lebih Berat
Ketika kamu melamar di sebuah perusahaan dengan statusmu yang sudah menikah, pewawancara juga akan menanyakan soal rumah tanggamu. Bagaimana nantinya kamu membagi waktu? Bagaimana soal prioritasmu ke depannya? Kalau punya anak, bagaimana caramu mengelola waktu dengan baik tanpa meninggalkan tanggung jawab pekerjaan? Itu semua akan jadi pertimbangan perusahaan sebelum menerimamu bekerja.
"If you feel like there's something out there that you're supposed to be doing, if you have a passion for it, then stop wishing and just do it."
- Wanda Skyes
Tapi Percayalah, Selalu Ada Cara untuk Bekerja dengan Kemampuan Terbaikmu
Merasa kecewa dan diperlakukan tidak adil karena banyak perusahaan yang lebih mengutamakan merekrut karyawan yang masih single daripada yang sudah menikah? Jangan patah semangat. Situasi seperti ini memang jadi tantangan tersendiri. Sudah berusaha keras agar diterima bekerja di sebuah perusahaan tapi tak kunjung membuahkan hasil. Kalau situasinya seperti ini, coba cari alternatif lain. Kita bisa coba menciptakan sendiri pekerjaan dengan modal yang kita punya. Modal di sini tak cuma soal uang atau materi. Tapi juga soal kemampuan dan jaringan yang kita punya.
Yuk, tetap semangat ladies. Kita pun tetap punya hak dan ruang untuk memaksimalkan setiap potensi dan kemampuan yang kita punya.
(vem/nda)