Sahabat Vemale yang satu ini mengalami ujian yang cukup berat dalam mempersiapkan pernikahannya. Seperti hadirnya sosok mantan di kehidupan calon suaminya. Seperti apa akhir kisahnya? Berikut tulisannya yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Here Comes the Bridezilla.
***
Assalamu'alaikum,
Saya mau menceritakan sedikit pengalaman suka duka persiapan pernikahan saya. Saya pacaran dengan suami saya sudah 1 tahun lebih. Dan pada akhirnya dia melamar saya bulan November tahun lalu. Setelah lamaran prosesnya ke acara ijab qobul sekitar 4 bulan. Dan mulai lah dari situ persiapan dimulai.
Pertama, kami cari-cari untuk undangan dan akhirnya saya dapatlah tempat untuk pesan undangan itu. Nah mulai lah dari situ sedikit-sedikit beda pendapat. Dari ortunya si Mas pengennya ada foto mereka di depan undangan biar tahu siapa yang lagi mantu. Sedangkan si Mas sendiri maunya foto kami tapi setelah si Mas ngobrol sama temannya dibilang kalau pakai foto "udah kayak orang mau 'sunatan' aja."
Untuk masalah desain undangan saya nurut aja, nggak masalah. Bikin desain undangan pun kami sampai revisi berkali-kali dan untungnya mbak-mbaknya sabar. Tapi ada saat tiba-tiba si Mas kesal sampai mau batalin pesan undangan di tempat itu. Saya jadi berantem lah sama si Mas, debat kenapa dibatalin, kenapa begitu, sampai kami akhirnya berunding lagi dengan kepala dingin akhirnya nggak jadi dibatalin.
Kedua, cari souvenir. Kami mencari souvenir itu ke Jatinegara dan rame-rame bareng keluarganya Mas. Saya juga nggak mempermasalahkan souvenir. Saya juga nurut saja, dapat lah beberapa souvenir. Tahap selanjutnya kan ngurusin surat-surat buat ngelengkapin data di KUA. Tapi saya mengurus surat numpang nikah karena saya nikah di tempat yang cowok. Ngurus surat juga lumayan rada ribet, untungnya dibantuin sama saudara yang dikampung ngurusnya.
Advertisement
Nah, nggak sampai di situ saja masalahnya. Muncul masalah lain, yaitu "drama permantanan". Hehe. Drama ini melebihi drama-drama Korea dan ini yang buat cepet kurus tanpa diet-diet segala.
Si Mas masih "say hello" ke mantannya. Kejadian saat dia lagi ada kerjaan di luar si Mas ternyata iseng nanyain ke keponakan mantannya. Dan ternyata mantannya itu entah sengaja atau enggak posting percakapan WA mereka di salah satu medsos. Saya cemburu. Saya kesel. Saya marah, dong. Sampai saya tanya si Mas tapi dia nggak mau ngaku (kalau maling ngaku, penjara penuh kali).
Debat lah di situ dibilang saya nggak percayaan sama dia. Saya dibilang lebih percaya orang lain dan bla bla bla. Akhirnya hubungan rada nggak enak. Sampai suatu saat tuh kami lagi ke salah satu kade di Cinere. Kami lagi ngumpul sama temen-teman dan saya iseng lah buka-buka HP-nya si Mas dan ternyata Mas habis teleponan sama mantannya semalam.
Saya tanya baik-baik kenapa masih teleponan ada perlu apa, si Mass jawab katanya si mantan nanyain tentang souvenir. Hellow tengah malem mantan telpon nanyain souvenir? Kenapa nggak nanya ke saya langsung kan ada kontak saya?
Mas masih memojokkan saya kenapa saya lebih percaya sama orang lain. Dan titik batas kesabaran saya sudah habis di situ. Sambil nahan air mata, tanpa sadar saya mennggebrak meja sampai temen-temen pada kaget. Setelah itu tanpa saya sadar saya menangis. Di sinilah hubungan saya berada di ujung tanduk. Si Mas bilang mau ngebatalin pernikahan kami. Saya hanya diam. Dia banyak sekali bicara dan terakhir dia bilang, "Nanti aku ngomong sama Mama," dan saya hanya jawab, "TERSERAH."
Beberapa hari saya tidak ngasih kabar atau pun membalas pesan dari si Mas. Selama itu juga saya bercerita pada teman baik saya Bonita. Dia dan suaminya memberi saran kalau pernikahan ini nantinya malah menyakiti saya, mending diikhlaskan saja. Tapi dia bilang saya juga harus ngikutin hati kecil saya. Dan hati kecil saya bilang perjuangan saya nggak mungkin sampai di sini saja.
Dan tiba-tiba si Mas menemui saya meminta maaf atas kesalahan-kesalahan dia yang membuat saya menangis dan menyakiti hati saya. Dari situlah dibuat kesepakatan antara kami dan ortunya si Mas kalau nanti tidak akan mengundang yang namanya "MANTAN". Alhamdulillah setelah kejadian itu si Mas sedikit demi sedikit mulai menjauhi mantan-mantannya
Dan pada hari yg ditunggu-tunggu, 26 Maret 2017 kami SAH menjadi suami istri. Alhamdulillah sampai sekarang si Mas menunjukkan sikap yang sebagaimana seharusnya sebagai seorang suami. Pada intinya setiap persiapan pernikahan itu cobaannya banyak karena Allah SWT tak pernah memberi cobaan melampaui batas kita. Dan Allah SWT memberi cobaan sudah sepaket dengan penyelesaiannya.
Buat teman-teman yang sedang mempersiapkan pernikahan, banyak sabar, berdoa, dan komunikasi yang baik dengan pasangan. Istilahnya semua akan indah pada waktunya dan memang itu yang saya rasakan.
Terima kasih.
- Menikah dengan Tabungan Pribadi, Perbanyak Sabar dan Kurangi Gengsi
- Mempersiapkan Pernikahan dalam Waktu 3 Bulan, Ini Suka Dukaku
- Semakin Mendekati Hari Pernikahan, Cobaan Terus Datang Silih Berganti
- Pernikahan Tak Hanya Mengikat Dua Pribadi, Tapi Menyatukan Dua Keluarga
- Menikah Memang Butuh Kesiapan Materi, Tapi Jangan Sampai Ngutang Sana-Sini