Autisme bukanlah suatu kekurangan. Mereka penyandangnya hanyalah memiliki pola pikir yang berbeda dari kita sebagai orang umum.
Demikian ujar Zahwa Massaid. Putri sulung pasangan Adjie Massaid dan penyanyi Reza Artamevia ini menyadari bahwa penyandang autisme harus diperlakukan sama dan tidak boleh didiskriminasi. Pandangan ini ia dapat setelah menjalani program magang di KITA=SAMA yang digagas Navaplus Group mulai dari Januari 2017.
Program magang ini sendiri merupakan kewajiban dari pihak sekolah Zahwa yang mengharuskan siswa-siswi kelas 10 - 12 untuk magang sebanyak dua kali dalam tiga tahun. "Sekolah aku punya beberapa temen yang juga memiliki kebutuhan khusus. Jadi kami sudah terbiasa dengan mereka. Mereka itu sama saja seperti teman kita biasa, jadi jangan di-bully," ujar Zahwa yang duduk di kelas 11 saat ditemui dalam jumpa pers 'Pengumuman Pemenang Lomba Program KITA=SAMA' di bilangan Jakarta Selatan, Selasa (25/7).
Advertisement
Program KITA=SAMA sendiri merupakan progam kepedulian akan persamaan kesempatan dalam menggapai mimpi untuk anak berkebutuhan khusus. Program ini membuka kompetisi lomba foto bercerita dan lomba menggambar berwarna yang khusus untuk penyandang autisme dan para kerabatnya.
Lomba digelar sejak akhir Februari 2017 yang dibuka untuk umum dan seluruh Indonesia ini mengambil saluran digital sebagai wadah promosi dan submisi karya-karya para peserta. Zahwa yang melihat hasil karya anak-anak ini mengaku kaget dengan daya imajinasi yang luar biasa.
"Mereka akan-anak kreatif yang mengeksplore dan memperlihatkan kreativitasnya pada orang lain. Dan menurut aku itu hal yang sangat baik," tutur gadis bernama lengkap Zahwa Rezi Massaid itu.
Dikatakan David Wibowo selaku Presiden Direktur NAVAPlus Group bahwa program KITA=SAMA awalnya diadakan untuk memberi ruang kembang bagi anak-anak penyandang autisme untuk menyalurkan potensi, keterampilan, dan bakat seni mereka. Khususnya di bidang karya gambar serta bentuk foto yang menceritakan keseharian dan perjuangan mereka.
"Masyarakat juga jadi menyadari adanya bakat dari anak-anak berkebutuhan khusus dan bagaimana hidup berdampingan bersama mereka sehingga tidak ada bullying yang terjadi," ujar David.
Program ini berhasil menelurkan tiga pemenang kategori gambar dan tiga pemenang foto bercerita. Menurut Willy Yoh yang berperan sebagai dewan juri, foto dan cerita yang masuk dalam penilaiannya merupakan eye opener. Sebab, belum pernah sebelumnya ia mengenal dunia anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarga mereka.
"Jika biasanya saya menilai sebuah foto dari komposisi dan teknis pengambilan gambar, kali ini saya harus lebih jeli lagi melihat kedalaman konten yang ada di dalamnya," cerita Willy.
Dari program macam ini diharapkan akan muncul kesadaran bahwa anak penyandang autisme dan kebutuhan khusus lainnya adalah manusia yang wajib disejajarkan dan tidak dipandang rendah. Dari sudut pandang ini kita bisa lebih bersimpati dengan kondisi mereka dan pada akhirnya menyingkirkan segala bentuk perundungan.
(vem/zzu)