Kita sering mengira bahwa sakit hanya hal-hal seputar fisik, padahal jiwa dapat mengalami luka dan sakit yang tak tampak mata. Al Quran tidak hanya sebagai kitab bekal kehidupan, sebab luka jiwa dapat sembuh oleh-Nya. Kisah ini merupakan kisah yang dikirim oleh A. R. sebagai bagian Lomba Menulis Kisah Ramadan 2017.
***
Tahun ini kebetulan ulang tahunku jatuh pada bulan Ramadan. Bagiku, kado terindah dari Allah SWT untukku adalah dihilangkannya depresiku. Alhamdulillah, aku merasa mulai 'sembuh' dari depresiku di bulan ramadhan ini. Akan aku ceritakan mengenai perjuangan panjang melawan depresi yang kualami.
Advertisement
Depresiku berawal dari stress yang tak mampu ku kontrol. Nafsu makanku hilang. Jam makan siang bagaikan beban bagiku. Karena untuk menghabiskan makan siang saja, aku merasa aku butuh perjuangan untuk menyelesaikannya. Aku selalu merasa hambar ketika makan. Padahal saat itu ragaku sehat-sehat saja.
Lalu perlahan-lahan perasaan sedih, sepi, galau dan hampa mulai menggerogoti jiwaku. Aku merasa tidak menjadi diriku sendiri selama hampir dua tahun ini. Aku bagaikan seonggok tulang berbalut daging yang tipis, yang jiwanya hilang entah kemana.
Akibat Depresi, Hidupku Berantakan
Kinerjaku di kantor jangan ditanya. Aku sampai diberi Surat Peringatan (SP) dari bosku karena pekerjaan terbengkalai akibat depresi. Aku juga akhirnya mengidap insomnia dan tak bisa bangun pagi.
Tak hanya itu, nilai kuliahku juga anjlok. Betapa depresi telah memporak-porandakan hidupku. Orang-orang di sekitarku mulai bertanya, sebenarnya ada apa denganku ? Aku memang pribadi yang cukup tertutup, sangat sulit untuk menceritakan apa yang sedang aku alami. Sehingga pasti aku akan mengatakan bahwa aku baik-baik saja kepada semua orang meskipun kenyataan berkata kebalikannya.
Sampai pada suatu titik, aku bosan dengan hidupku yang selalu dirundung kesedihan yang mendalam nan panjang. Akhirnya aku memberanikan diri untuk konsultasi ke psikolog. Hasilnya memang ada. Setidaknya aku bisa meluapkan segala emosi yang terpendam dalam diriku kepada orang lain.
Beruntung, aku bertemu dengan psikolog yang sangat baik. Aku merasa lebih baik, tapi aku merasa belum benar-benar sembuh. Kabar baiknya aku sudah mulai bisa tidur malam. Insomniaku perlahan menghilang. Namun anehnya aku justru menjadi hypersomnia (kelebihan tidur) dan tetap tidak bisa bangun pagi.
Sempat Terlintas Melepas Hijab Hingga Jalani Ruqyah
Kondisiku saat itu sungguh menyiksa. Aku sering sekali marah pada diriku sendiri yang tidak bisa bangun pagi. Aku sering memperlakukan diriku dengan amat sangat tidak baik. Aku bahkan membenci diriku sendiri.
Sempat terlintas di otakku untuk melepas hijab yang sudah hampir tiga tahun ku kenakan. Bahkan sempat juga aku berkeinginan untuk bunuh diri. Tapi alhamdulillah, Allah masih melindungiku. Lalu aku pun terus berjuang untuk sembuh, hidup normal, bersemangat dan tentunya bahagia.
Dengan ditemani seorang sahabat, aku pun memberanikan diri untuk melakukan terapi ruqyah. Ya, aku merasa ada jin di tubuhku. Awalnya aku takut jika diruqyah, tubuhku akan mengeluarkan reaksi yang aneh-aneh seperti kerasukan setan. Tapi karena niatku untuk sembuh dan agar dapat hidup lebih baik lagi, maka aku pun akhirnya memberanikan diriku.
Anehnya, setelah diruqyah justru tubuhku tidak memberikan reaksi yang mengerikan seperti yang ku duga sebelumnya. Alhamdulillah, sepulang ruqyah aku merasa lebih tenang. Tapi tetap saja beberapa hari kemudian aku tetap bangun siang dan aku marah lagi pada diriku sendiri.
Al Quran Mengobati Jiwaku Yang Terluka
Aku sungguh lelah menjalani pagi yang bagaikan malam dan malam yang bagaikan pagi. Sampai akhirnya pada suatu malam, beberapa hari sebelum bulan Ramadan, aku membaca Al Quran dengan cukup intens. Entah berapa jam sudah aku lewati dengan deraian air mata dan mulut yang terus bertadarus. Alhamdulillah, jiwaku sepertinya mulai terobati.
Ternyata inilah yang aku butuhkan selama ini, bertadarus membaca Al Quran dan terjemahannya. Semua itu membuat jiwaku damai. Tapi ujian tak sampai disitu. Saat aku sedang asyik-asyiknya beribadah dan amat senang menyambut Ramadan, pada hari pertama puasa aku menstruasi. Jadilah aku tak dapat beribadah secara 'full'. Saat hari-hari aku lalui tanpa bertadarus, aku mulai merasa sepi lagi.
Setelah masa menstruasiku selesai, aku kembali berpuasa. Aku kembali bertadarus semampuku. Alhamdulillah, Allah mudahkan aku saat bangun pagi, sahur, tanpa ada lagi rasa benci terhadap diriku sendiri. Aku merasa depresiku hilang, aku mulai sembuh.
Aku sadar bahwa dunia ini sesungguhnya hanya senda gurau semata. Tujuanku hidup di dunia ini hanyalah untuk mencari bekal yang sebanyak-banyaknya untuk kehidupan di akhirat.
Begitulah yang seringkali Allah jelaskan dalam Al Quran. Karena alasan itu pula akhirnya aku mengerti bahwa setiap ujian yang Allah berikan kepadaku nyatanya adalah sebentuk kasih sayang-Nya padaku. Bagaimana tidak ? Melalui ujian itu Ia ingin aku terus belajar dan mengambil hikmah. Juga Ia mau aku menjadi hamba-Nya yang bersabar, tawakal dan tentunya ikhlas.
Akhirnya Aku Paham Penyebab Utama Depresiku
Ya, ikhlas. Itulah yang Allah ajarkan pada ujianku kali ini. Sudah hampir tiga tahun aku terjerat hutang. Dan parahnya hutang tersebut sebenarnya bukan milikku. Melainkan milik saudaraku dengan menggunakan namaku.
Awalnya aku marah sekali padanya. Namun melihat kondisinya yang kini memang sedang terlilit hutang maka dengan penuh kesabaran akhirnya aku mencoba untuk menyelesaikannya sendiri tanpa meminta lagi pertanggungjawabannya.
Aku mengaku ini berat sekali pada awalnya hingga membuatku depresi. Dengan semua kebutuhan keluargaku dan aku sendiri yang masih berkuliah, aku merasa tidak terima jika harus membayar tagihan yang uangnya sama sekali tidak aku pakai. Tapi akhirnya Allah melapangkan hati dan jiwaku. Dan aku insya Allah telah mengikhlaskannya.
Aku teringat pada satu quote dari film Laskar Pelangi, yang kurang lebih begini:
Hidup ini adalah tentang sebanyak-banyaknya memberi. Bukan sebanyak-banyaknya menerima.
Subhanallah, Allah menyuruhku untuk ikhlas menjalani hidup ini. Dan terbukti, meski aku harus melunasi hutang yang sebenarnya bukan milikku, tapi alhamdulillah, Allah selalu cukupkan rezeki untukku dan keluargaku. Aku yakin, semua hutang itu pasti akan dapat aku lunasi. Asal semua itu ku jalani dengan ikhlas. Sungguh, aku bersyukur atas ujian ini. Karena dengan ujian ini aku bisa belajar ilmu ikhlas, yang sungguh mahal, tak terkira harganya.
Dan sungguh, betapa menghilangnya segala rasa depresiku membuatku seakan terlahir kembali. Terima kasih ya Allah, Terima kasih Ramadan.
- Teguran Allah Menyadarkanku, Keberkahan Hidup Berawal dari Jujur
- Luka dan Maaf Saat Ayah dan Ibu Pergi Meninggalkanku Seorang Diri
- Goresan Kelam Menuju Hijrah, Ketika Aku Hamil di Usia 16 Tahun
- Alami Kekerasan Fisik Saat Pacaran, Akhirnya Aku Memaafkan Diriku
- Allah SWT Menjawab Doaku, Aku Hamil Setelah 13 Tahun Menunggu