Padahal jika ada sampah berbagai penyakit akan datang dan tentunya lingkungan pun tak sedap dipandang. Nah, untuk meminimalisir masalah yang terjadi akibat sampah, kamu bisa memilih sampah rumah tangga agar mudah didaur ulang.
Menurut Mohamad Bijaksana Junerosano selaku CEO Greeneration Indonesia sampah mudah busuk bisa dipisahkan terlebih dahulu. Namun, jika kertas yang terkena bumbu atau kotoran lainnya, itu sangat sulit di daur ulang. Untuk itu, sebaiknya pisahkan sampah dari awal.
"Pertama pisahkan sampah busuk sebab bisa dijadikan kompos. Dan paling mudah pisahkan sampah organik dan non organik, agar saat di pembuangan sampah akhir mudah disortir dan didaur ulang lebih mudah," ujar Mohamad saat ditemui dalam acara 'Unilever Perkenalkan CreaSlov Process untuk Daur Ulang Sampah Kemasan Sachet' di Jakarta.
Advertisement
Bukan hanya sampah rumah tangga, namun sampah sachet pun menjadi perhatian khusus. Sebab miliaran kemasan sachet sekali pakai diproduksi setiap tahun, terutama di negara berkembang. Tanpa solusi daur ulang, kemasan sachet berakhir di tempat pembuangan sampah akhir atau sebagai sampah yang mengotori lingkungan, termasuk lautan.
Melihat hal tersebut, Unilever Sustainable Living Plan (USLP) berkomitmen untuk menemukan alternatif untuk menanggulangi sampah kemasan plastik, termasuk kemasan sachet. Unilever pun memiliki terobosan terbarunya dalam hal teknologi daur ulang sampah di namakan CreaSolv, yang mampu mendaur ulang plastik fleksibel atau kemasan sachet.
"CreaSolv teknologi berpotensi menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah plastik fleksibel dan kemasan sachet. Selain teknologi, pengumpulan sampah pun akan memberdayakan ribuan pemulung dan masyarakat, yang juga bekerja sama dengan Bank Sampah, pemerintah dan pengecer lokal," ujar Sancoyo Antarikso selaku Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia.
Lebih dari 60 persen kemasan fleksibel terbuat dari polietilena, sehingga kamu fokus mendaur ulang polietilena. Hasilnya adalah biji polietilena film (lapisan plastik) yang sepenuhnya dapat digunakan kembali.
"Pada tahap awal atau uji coba, teknologi bisa berpotensi menyerap 3 ton sampah kemasan plastik bersih per hari. Sementara pada skala komersial, teknologi ini berpotensi mengurangi dampak CO2 sebesar 7.800 ton per tahun untuk setiap unit operasi, setara 8.200 ton plastik fleksibel, karena produksi polimer yang dipulihkan akan menyebabkan berkurangnya penggunaan polimer baru. Oleh karena itu, teknologi ini merupakan solusi paling eko-efisien," ujar Anton Harjanto, selaku Head of Circular Economy, Manufacturing Sustainability and Renewable Energy, SEAA Project Uniliver.
- Wow! Plastik Ramah Lingkungan Ini Ternyata Terbuat dari Singkong
- Disinyalir Merusak Habitat Laut, Pemakaian Microbeads Dilarang
- Awas! Polusi Udara Ternyata Bisa Meningkatkan Tekanan Darah
- Bali Sea Turtle Society Bersama Melanie Subono dan DBSI Mensosialisasikan Konservasi Penyu
- Bahaya Sampah Plastik Yang Sangat Mengerikan