Pernikahan yang nampak langgeng selama lima tahun tidak menjamin ada ketenteram di dalamnya. Pun dengan tambahan dua anak yang menggemaskan, pernikahan indah ternyata bisa menyimpan bara dalam sekam.
Ternyata begitulah yang terjadi dalam pernikahan pesinetron Attalarik Syah dan Tsania Marwa. Persatuan insan yang menikah pada tanggal 10 Februari 2012 ini sedang berada di ujung tanduk setelah Attalarik digugat cerai Tsania. Kabar mengejutkan ini tersiar luas ke publik setelah Attalarik membungkus semua barang-barang milik istrinya itu ke dalam kantung sampah hitam.
Advertisement
Tsania yang tidak terima dengan perlakuan itu kemudian memfoto dan mengunggah kantung-kantung itu ke akun Instagramnya. Meski unggahan itu akhirnya dihapus, netizen sudah keburu tahu ada hawa panas dari pasangan berparas elok ini.
Pengacara Attalarik, Junaidi, mengungkapkan bahwa Marwa mengaku mendapatkan tekanan batin. Baik dirinya maupun Arik (Attalarik) pun mengaku kaget dengan pengakuan Marwa tersebut.
"Akhirnya ada gugatan cerai, kita lihat dari gugatan cerainya itu sendiri sifatnya normatif. Marwa mengaku selama berumah tangga mendapat tekanan batin. Itu yang buat saya kaget, Arik pun kaget. Saya tanya ada bertengkar, itu biasa," ujar Junaidi seperti dilansir dari Kapanlagi.com, Selasa (4/4).
Mungkin sebagian besar dari kamu bertanya kenapa 'tekanan batin', hal yang dianggap sepele, bisa menjadi pemicu perceraian? Well, itu semua kembali kepada perasaan perempuan yang merasa tidak bahagia dalam menjalani biduk rumah tangga. Menurut Cathy Meyer, Pakar Penyokong Perceraian, perempuan masa kini memang jadi lebih sering mengajukan cerai. Alasan pertama umumnya karena para perempuan ini mencari pertolongan dari pernikahan yang mereka anggap buruk.
"Terkadang ada masa di mana seorang perempuan merasa harus menikah untuk bisa bahagia. Pemikiran macam inilah yang membuat seorang perempuan percaya bahwa dia 'terjebak' di pernikahan yang mulai terasa buruk," ujar Meyer dalam tulisannya di aboutrelationship.com.
Memang tidak semua perempuan kemudian menyerah pada rasa jenuh dalam pernikahannya. Ada beberapa yang bertahan dan mencoba memperbaiki apa yang salah. "Tapi jika seorang perempuan merasa dia tidak lagi sanggup menahan stres yang konstan dari sebuah pernikahan, dia tidak akan ragu mengajukan cerai dan melanjutkan hidup," tambah Meyer.
Kemandirian buat perempuan modern memang bukan suatu hal yang menakutkan. Apalagi saat ini sudah banyak dukungan mental dan finansial untuk perempuan yang berani memutus tali pernikahannya. Namun demikian, apa pun hasil keputusan dari sebuah pernikahan, kembali kepada mereka yang menjalankan. Semoga yang terbaik dialami oleh Attalarik dan Tsania.
(vem/zzu)