Tuhan selalu tahu garis hidup terbaik bagi hamba-Nya. Keputusan terbaik itu menjadi kekuatan ketika keikhlasan untuk melepas menjadi pelajaran yang siap atau tidak harus ditapaki. Surat cinta ini adalah salah satu surat yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Surat Cinta Vemale.com.
***
Dear Kesayangan,
Advertisement
Delapan musim sudah berlalu di sana dan empat musim sudah berlalu di sini sejak hari di mana kamu meminta aku menunggu selama dua tahun dan aku menyanggupinya. Masih ku ingat hari itu betapa berbinar-binarnya mata kamu saat kamu mengatakan bahwa kamu akhirnya akan memulai untuk meraih mimpi di tempat yang kamu idam-idamkan. Sekalipun aku tahu itu artinya kita akan terpisah jarak dan waktu, tapi sungguh aku ikut bahagia.
Musim demi musim berubah, hingga kita terbiasa terpisah jarak, waktu dan kesibukan masing-masing. Sekalipun kita jarang berkomunikasi tapi hatiku merasa sangat dekat dengan hatimu, dan terbukti semua baik-baik saja seperti yang selalu kamu katakan ketika aku mulai lelah.
Namun, enam bulan yang lalu tiba-tiba saja Tuhan memanggilmu. Tanpa pertanda, tanpa firasat saat semua baik-baik saja dan saat aku benar-benar tidak siap untuk kehilangan. Semusim sudah, tidak ada tawa, tidak ada cerita, tidak ada kata cinta. Semusim sudah hatiku rasanya hampa dan dunia seakan berubah menjadi gelap. Mereka bilang aku harus melupakan kamu dan berhenti menunggu. Tapi aku merasa kamu selalu ada dan tidak pernah pergi. Sekalipun tak ada lagi pesan, tak ada lagi dering telepon dan tak ada lagi suara tawamu yang selalu aku rindukan. Aku hanya percaya pada hatiku bahwa jika aku menunggu kamu pasti akan kembali.
Sayangku, 2017 sudah datang. Hari ini, tepat di tanggal ini harusnya kamu kembali padaku. Namun aku menyadari pada akhirnya kamu tidak akan pernah kembali lagi. Sekalipun ribuan kali aku meminta kamu kembali, kamu tidak akan kembali.
Sayang, sekalipun raga kamu tidak ada di dunia ini lagi, tapi jiwa kamu selalu ada di sini bersamaku. Terima kasih untuk tahun-tahun yang luar biasa yang pernah kita lewati. Terima kasih selalu menjadi yang terbaik dan menjadi satu yang mencintaiku selamanya.
Kamu tahu, saat aku menulis surat ini aku sangat, sangat, sangat merindukan kamu. Rindu sentuhan tangan kamu, rindu suara tawa kamu, rindu melihat senyum kamu.
Sayang, hari ini aku akan berhenti menunggu. Karena aku tahu kamu tidak akan kembali lagi dan karena aku tahu kamu ingin aku berhenti menangis dan aku berjanji ini akan jadi tangisan terakhirku.
Dimanapun kamu berada saat ini, aku yakin kamu berada di tempat yang jauh lebih baik, dan aku yakin suatu saat kita akan bertemu lagi dan tidak akan pernah terpisahkan. Aku berjanji aku akan menjalani hidupku dengan baik dan bahagia seperti yang selalu kamu minta. See you soon in another life, dear. I love you so much.
Yours,
Anita
- Demi Biaya Berobat Anak, yang Dilakukan Ayah Ini Menyentuh Hati
- Ada Kisah Haru di Balik Foto Bayi Kembar Mungil Ini
- Kisah Mulia Pria Tanpa Lengan Rawat Ibu yang Sudah Tua Renta
- Sakit Parah, Kakek Ini Ingin Memegang Tangan Istri Sebelum Wafat
- Saat Kuhampir Kehilangan Bayiku, Tuhan Memberiku Kesempatan Kedua
(vem/yel)