Tugas yang belum selesai, janji yang harus dipenuhi, atau memang belum saatnya mati. Itulah beberapa alasan yang konon membuat jiwa kembali ke raganya. Walaupun secara medis, seseorang sudah seharusnya menemui ajalnya, namun banyak kisah menceritakan nyawa bisa kembali ke raga dan hidup seperti semula.
Beberapa orang meyakini bahwa seseorang tersebut memang belum saatnya meninggal dunia, beberapa yang lain mempercayai bahwa masih 'berhutang' sesuatu perkara yang membuat seseorang tersebut ditolak kepulangannya ke alam sana. Beberapa lagi hanya menganggap itu hanya fantasi atau ilusi yang muncul akibat sebuah kondisi mati suri. Apapun pendapatnya, kejadian ini selalu berulang dalam berbagai kesempatan yang langka menghampiri segelintir manusia, saat mereka mengalami proses 'melintas batas' atau 'menyeberangi pematang' antara dunia dan alam di atas sana.
Ada sebuah kisah nyata di mana seorang wanita muda menjalani proses operasi yang membawanya pada keadaan antara hidup dan mati. Sebegitu beratnya proses yang dijalani oleh jiwa raganya, hingga saat selamat melalui masa-masa kritisnya, hampir semua ingatan masa lalunya hilang entah kemana. Ya, dia terkena amnesia, sebagai resiko yang sering terjadi pada sebuah proses operasi yang memiliki resiko berat bahkan bertaruh nyawa. Bahkan, namanya sendiri pun, ia lupa. Apalagi terhadap nama-nama dan wajah-wajah orang terdekatnya. Semua hilang seiring kerasnya pergulatan antara hidup dan mati yang dilaluinya di atas meja operasi dan masa kritis dalam kurun waktu yang lama.
Dalam belenggu memori yang datang dan pergi, yang selanjutnya dialami wanita itu sungguh di luar logika. Dia justru mengingat akan dua buah nama, yang terpatri kuat di memorinya. Juga bayangan wajah yang mewakili kedua nama tersebut, yang pernah berteriak menyemangatinya ntuk tetap berjuang hidup dan tak menyerah pada penyakit yang diderita.
Ikatan batin antara dua orang atau lebih, kadang tak terbatas pada hubungan darah atau pertalian dalam keluarga. Hubungan emosional mungkin saja bisa terjadi antara dua orang atau lebih yang baru saja saling mengenal, saling menyapa, penuh perhatian dan bahkan karena cinta. Apa yang terjadi pada si wanita muda adalah sebuah bukti nyata. Dua nama, dua wajah yang menyemangatinya di kala dia berjuang 'bertaruh nyawa' adalah dua nama dan dua wajah anak kecil yang selama ini justru belum pernah ditemuinya dan bertatap muka. Mereka dipertemukan dan hanya berkenalan di media sosial, berkomunikasi jarak jauh melalui aplikasi percakapan di handphone sebagai perantara. Mereka baru dekat dalam kurun waktu beberapa bulan saja. Si wanita muda jatuh cinta kepada dua anak kecil tersebut dan sudah menganggap mereka sebagai anak kandung yang dilahirkannya. Si wanita muda pun ternyata jatuh empati kepada keduanya, karena merasa senasib dengan kedua anak kecil yang semenjak kecil jua ditinggal oleh ibu kandung mereka. Begitupun dengan kedua anak kecil yang telah menganggap dan berharap agar si wanita muda suatu saat akan hadir sebagi ibu pengganti bagi mereka. Mama bagi mereka.
Kekuatan janji dan keajaiban doa dari mereka, saling dilantunkan, baik secara lisan dan nyata maupun di bawah sadar dalam mimpi-mimpi rindu untuk bertemu. Mungkin itulah yang menjadi perekat kuat sebuah kenangan dalam ingatan si wanita muda. Yang bahkan saat semua kenangan terhapus oleh dampak operasi yang telah dilaluinya, kenangan akan kedua anak kecil yang dimilikinya tetap menempel kuat tak mudah hilang begitu saja. Dua nama, dua wajah, yang berteriak menyemangatinya. Semangat untuk tetap berpegangan pada tali tipis yang menjadi satu-satunya gantungan nyawa agar tetap bisa hidup di dunia. Dan saat dia tersadar dari operasi serta dipenuhi kebingungan karena lupa akibat amnesia, hanya dua nama, dua wajah dan teriakan 'semangat' dari dua anak kecil yang masih tersisa.
Jangan kecilkan arti sebuah peristiwa, wajah-wajah dan nama-nama, serta kalimat-kalimat yang pernah disampaikan oleh mereka semua. Karena siapa tahu, salah satu atau beberapa di antara mereka akan menjadi 'tugas yang belum selesai' atau 'janji yang harus dipenuhi' sehingga saat kondisi menempatkan diri pada keadaan antara hidup dan mati, mereka akan menjadi tali tipis yang bisa menarik jiwa kembali ke dalam raga dan kembali diberi kesempatan hidup kedua di dunia. Kemudian ajal melepaskan kembali nyawa untuk kembali ke raga, karena 'belum saatnya tiba'.
Dan, tali tipis bagi si wanita muda yang selamat dari operasinya itu mungkin saja 'tangan-tangan kecil' yang dikirimkan karena perwujudan sebentuk doa. Mungkin saja, karena doa anak kecil kadang sebegitu murni dan tulusnya hingga Tuhan pun tak kuasa menolaknya.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
Advertisement
- Secercah Rasa Ingin Tahu Mengawali Pagi Hari di Tahun Yang Baru
- Salah Sebut dan Salah Ucap Berujung Hadiah Pizza 'Pijahat'
- Smile Like Monalisa: Cerita Di Balik Legenda Senyuman Monalisa
- Sambut Tahun Baru & Masa Depan yang Selalu Bikin Penasaran
- Dilahirkan, Ditinggalkan, Merana: Semoga Hidupnya Tak Sia-Sia