Di beberapa hari ini ramai menjadi perbincangan soal salah tulis nama sebuah rumah makan Italia. Kejadian salah tulis ini jadi heboh dan 'tidak biasa' karena tercantum dalam sebuah dokumen penting yang semestinya semua ditulis dengan tepat, cermat dan benar sesuai fakta yang ada. Dokumen ini termasuk dalam syarat yang melengkapi pernyataan seseorang berikut bukti atas sebuah kejadian yang hendak disidangkan di sebuah pengadilan.
Viralnya kejadian salah tulis nama ini memunculkan kembali nostalgia salah tulis, kekeliruan penyebutan nama atau ungkapan asing oleh masyarakat lokal yang memang punya kebiasaan bertutur yang berbeda. Salah tulis atau salah sebut yang seringkali menjadikan orang lain salah persepsi namun kemudian tertawa geli karenanya.
Alkisah, seorang teman yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga Sunda. Salah satu suku yang memiliki bahasa dan dialek yang khas di antara ribuan bahasa daerah dan dialek yang ada di Indonesia. Teman semasa perkuliahan yang cukup cerdas, karena mampu merebut bangku Perguruan Tinggi Negeri ternama dan tertua di Kota Jogja, mengalahkan ribuan pesaingnya. Walau begitu, yang namanya lidah memang selalu memiliki saat-saat lemahnya. Sepandai apapun seorang manusia bersilat lidah, pasti suatu saat 'keseleo' juga. Dan terjadilah peristiwa yang lucu ini:
Advertisement
"Yang 'peunting mah' Septi!" katanya percaya diri, sambil mengenakan helm saat menuju motor dan menaikinya lalu pergi begitu saja. Teman-teman yang lainnya melongo. Bengong dan bingung akan maksud kalimatnya ini. Septi? Perempuan mana lagi yang dimaksud? Mengingat di antara teman perempuan yang ada, tak seorang pun bernama Septi. Apakah dia punya pacar bernama Septi? Sepertinya tak mungkin, karena selama ini dia dikenal kuper jika menyangkut masalah hubungan cinta di antara rekan-rekan mahasiswa lainnya. Malam minggu pun lebih banyak ia lalui seorang sendiri. Penampilannya yang lebih mungil dari usianya adalah salah satu kendala memikat hati para mahasiswi penyuka laki - laki tinggi, besar dan berwibawa.
"Eh, kemarin kamu bilang mau ketemu Septi ya? Duh, punya pacar nggak bilang-bilang!" celetuk teman sekelas kami.
Rasa penasaran sehari semalaman demi mendengar kalimat 'yang penting Septi' yang diucapkan teman kuper dari 'Kulon' kemarin, tak lagi bisa ditahan lagi hingga akhirnya muncul lah sebuah pertanyaan. Dia bengong lalu menjawab dengan pertanyaan balik, "Septi? Pacar? Siapa yang punya Pacar?"
"Tuh, kemarin katanya mau jemput Septi. Waktu pinjem motor mau pamit pergi 'ada perlu sebentar',"
"Oh, Septi ituuuu. Maksudku Septi yang artinya keamanan atau keselamatan. Naik motor, pake helm, biar aman!"
Dan ternyata si Septi yang dimaksud adalah safety yang sama sekali bukan nama seorang perempuan seperti yang dibayangkan oleh yang mendengarkan. "Oalah, safetyto. Kirain ada perempuan yang bersedia menerimamu menjadi kekasih hati." Ternyata 'Septi' dalam berkendaraan!"
Dan semua yang mendengar penjelasannyapun tertawa ngakak tak tertahankan, lebih ngakak lagi waktu teman kami dengan congkak berkata, "Jangan kuatir, nanti kalau aku sudah dapat pacar, kalian semua kutraktir sekenyangnya di Pijahat!"
Pijahat? Adakah rumah makan yang bernama menakutkan begitu? Anda tahu di mana adanya?
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
(vem/wnd)