Fimela.com, Jakarta E-commerce mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mudah, cepat, dan praktis menjadi alasan mengapa tren belanja online semakin meningkat di kalangan masyarakat.
Hal tersebut pun disampaikan, hasil studi terbaru mengenai perilaku masyarakat Indonesia yang berbelanja di e-commerce telah dikeluarkan oleh IPSOS Indonesia. IPSOS Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan riset pemasaran terbesar di Indonesia yang banyak membantu para perusahaan semenjak tahun 2018.
Advertisement
BACA JUGA
Latar belakang adanya penelitian ini adalah karena tingginya penetrasi terhadap penggunaan internet di Indonesia, yaitu mencapai 72% di daerah urban dan hampir 50% di daerah rural-urban. Ini artinya ada perbaikan infrastruktur internet (APJI, Asosiasi Penyelanggara Jasa Internet Indonesia). Tingginya aktivitas penggunaan internet di Indonesia memunculkan fenomena bermunculan perusahaan-perusahaan e-commerce di Indonesia baik perusahaan start up di Indonesia maupun cabang dari luar negeri.
Hal ini juga mengubah perilaku masyarakat yang dulunya belanja di brick and mortar store (toko fisik) jadi belanja online.
APJI menambahkan, konsumen yang berbelanja online di e-commerce telah mencapai angka sebesar 32%. Hampir 100 juta kunjungan pada e-commerce terjadi pada Kuartal 1 2018. Antusiasme ini disambut dengan baik oleh pelaku e-commerce Indonesia dan pada tahun 2018 sudah lebih dari 40 perusahaan e-commerce telah terdaftar dan beroperasi di Indonesia.
Advertisement
Kebiasaan mengakses layanan online
Studi E-commerce Outlook 2018 fokus pada penelitian tentang kebiasaan masyarakat baik millennial dan non millennial dalam mengakses layanan online, seperti e-commerce baik dari perusahaan e-commerce mana yang paling sering diakses, sampai dengan tipe pembayaran yang biasa dilakukan.
Studi ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online kepada responden online panel dari IPSOS pada bulan Agustus 2018 di seluruh Indonesia.
Alasan menggunakan online panel adalah karena online panel ini memiliki akses ke internet sehingga bisa dikatakan online panel adalah masyarakat online (netizen).
“Profil netizen yang berbelanja di e-commerce sangat menarik untuk ditelaah. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa netizen millennial lebih banyak berbelanja di E-Commerce.” ungkap Andi Sukma.
Lebih lanjut lagi, profil masyarakat yang berbelanja di e-commerce mayoritas adalah kalangan ekonomi atas, memiliki pendapatan bulanan minimal 3juta rupiah, bekerja dan telah menikah. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berbelanja online memiliki buying power untuk menentukan pembelian di e-commerce. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lima (5) perusahaan e-commerce yang paling banyak dikunjungi adalah Tokopedia (49%) diikuti oleh Shopee (45%), Lazada (39%), Bukalapak (38%) dan Blibli (17%).
Pengunjung website atau aplikasi kelima perusahaan tersebut lebih banyak melakukan pembelian daripada hanya berselancar saja. Hal ini menunjukkan bahwa ada kepercayaan dari netizen untuk langsung melakukan pembelian di e-commerce tersebut.
“kepercayaan terhadap perusahaan e-commerce tidak terjadi dalam sekejap. Pasti ada pengalaman berbelanja yang nyaman dan menyenangkan sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam berbelanja. Hal ini ditunjukkan dari jenis pembayaran yang sudah bergeser dari COD menjadi debit transfer,” papar Andi Sukma.
Produk yang sering dibeli
Produk fashion masih menjadi favorit netizen baik oleh netizen pria maupun wanita. Kemudian setelah itu ada variasi produk favorit berdasarkan jenis kelamin yang menunjukkan pria lebih cenderung melakukan pembelian barang teknologi/gadget, elektronik, pembayaran tagihan atau untuk perjalanan.
Sedangkan netizen wanita lebih cenderung melakukan pembayaran tagihan, kosmetik, produk perawatan, kebutuhan sehari-hari dan produk makanan serta minuman.
Menurut Asosiasi E-Commerce Indonesia (IDeA) kontribusi e-commerce terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau yang di dunia Internasional biasa disebut Gross Domestic Product (GDP) mencapai 2 persen (Harian Nasional, 9/8). Menurut Bank Indonesia, prediksi total transaksi e-commerce selama tahun 2018 akan mencapai angka Rp102 triliun.
Pemerintah Indonesia juga memperkirakan kontribusi e-commerce terhadap produk domestik bruto (PDB) adalah sebesar 10 persen pada 2020 seiring dengan target memposisikan Indonesia sebagai pusat e-commerce di ASEAN. Hal ini dilihat memberikan pengaruh sangat Positif bagi pertumbuhan ekonomi secara digital di Indonesia.
Oleh karena itu Ipsos melihat pertumbuhan e-commerce ini sebagai sesuai yang positif baik bagi pebisnis, konsumen maupun masyarakat pada umumnya.
“Bagi pebisnis, e-commerce berdampak pada pengurangan biaya operasional dan kesempatan memperlebar pangsa pasar dengan tidak berbanding lurus terhadap modal yang harus disiapkan akibat dari expansi business tersebut sehingga memberikan dorongan pada perekonomian wilayah yang lebih merata dikarenakan konsep e-commerce yang tidak terhalang oleh jarak,” ujae Soeprapto Tan.
Studi ini akan menjadi pembuka dalam studi mengenai e-commerce yang masih akan terus dilakukan di masa depan. Bahkan, tahun depan Ipsos berniat menggandeng IDEA untuk studi sindikasi “Indonesia E-commerce” yang rencananya akan di launch di tahun 2019 dan sekaligus memberikan apresiasi kepada perusahaan e-commerce yang paling sering diakses dan menunjukkan transaksi belanja online yang tertinggi di Indonesia.