Wanita berbaju merah jambu dan berkacamata itu hilir-mudik di depan sekumpulan orang, dia santai saat banyak orang menatapnya. Wanita itu bernama Liliana Djuardi, dia kalem saja meladeni lawan bicara atau ajakan berfoto bersama. Rasa percaya diri masih terpancar dari sorot mata dan senyumnya. Padahal sebagai wanita, dia telah kehilangan dua mahkota yang paling dibanggakan kaum Hawa, yaitu payudara dan rambut indah yang tergerai.
Ada kisah yang dimiliki Liliana. Dia adalah satu dari sekian banyak wanita Indonesia yang sedang menjalani kemoterapi untuk mengobati kanker payudara. Penyakit tersebut menggerogoti tubuhnya dari payudara sebelah kanan. Dampaknya hebat, ia harus menjalani mastektomi (pengangkatan payudara) dan semua helai rambutnya rontok sebagai dampak pengobatan.
"Bulan Mei, saya cek pertama dengan dr. Walta di RS Dharmais, Jakarta. Saat itu kondisi payudara masih lembut, sehingga dokter tanya apakah mau dipertahankan atau diangkat semua," cerita Liliana pada kru vemale.com.
Advertisement
"Saat itu Ibu bilang, 'Daripada risiko penyebaran kanker ke mana-mana, masektomi saja dok'. Tanggal 16 Juni 2016, saya mastektomi payudara kanan," tambah wanita yang didiagnosa kanker pada akhir Maret 2016 silam.
Selanjutnya, wanita kelahiran 13 Juli 1963 ini melakukan pengobatan dengan kemoterapi. Dimulai pada September 2016, berlanjut hingga Oktober dan November 2016. Pengobatan ini dilakukannya selama delapan kali dan baru selesai pada Februari 2017 mendatang.
Menjalani masa penyembuhan yang panjang tidak membuat Liliana berdiam diri di rumah karena minder dan malu dengan kondisi dirinya. Sebaliknya, dia justru percaya diri dan memberi semangat pada mereka yang memiliki nasib sama. Liliana bahkan ikut hadir dalam acara 'Skechers Walk and Run for Pink Ribbon 2016' --sebuah acara jalan dan lari sejauh lima kilometer untuk meningkatkan kewaspadaan pada kanker payudara yang digelar di Mal FX Senayan, Jakarta Pusat, Minggu 30 Oktober 2016.
Liliana menjadi pusat perhatian karena rasa percaya diri dalam kondisi yang sebetulnya bisa menghancurkan mental seorang wanita. Tentu banyak orang bertanya dari mana dia mendapat kekuatan itu? Dikatakan Liliana, penyakit kanker dan efek dari pengobatan yang membuat rambut rontok hanyalah suatu proses penyembuhan. Bukan botak yang harus ditakuti, tetapi penyakitnya. Dengan peralatan medis dan dokter-dokter yang andal, kini kanker bukanlah momok utama untuk kematian. Semangat dari pasien menjadi salah satu kunci penyembuhan.
"No problem mbotake (botak), hehe, yang penting kita tetap semangat, ceria, dan PD (percaya diri) aja. Biar orang mau menilai apa, kita yang jalani hidup ini," kata Liliana yang entah kenapa membuat kami yang berbicara padanya merasa terenyuh dan langsung memeluknya.
Ditambahkan wanita ramah ini, bahwa lebih baik kehilangan rambut daripada kehilangan nyawa. Kalau nyawa, kita tidak bisa berkumpul lagi dengan orang-orang yang kita cintai. "Saya ingin membuktikan bahwa dengan tampil apa adanya tidak akan mengurangi kebahagiaan, teman-teman, dan rasa hormat mereka pada saya," tambah Liliana.
Liliana merupakan satu dari sekian puluh penyintas kanker yang hadir dalam acara 'Skechers Walk and Run for Pink Ribbon 2016' yang digagas Skechers bersama Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI). Nama organisasi yang terakhir disebut ini adalah wadah yang saling menguatkan bagi para penderita kanker, termasuk Liliana.
Acara ini sendiri ramai dihadiri oleh pria dan wanita yang ikut berlari dan berjalan bersama menyusuri jalanan protokol Jakarta di pagi buta. Menurut Linda Gumelar sebagai Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia, bahwa jangan sampai penyakit ini bertambah.
"Persenjatai diri dengan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Janji ya ibu-ibu dan bapak-bapak agar memeriksakan diri sendiri karena penyakit ini bisa diderita pria dan wanita," ujar Linda yang juga penyintas kanker ketika melepas kepergian peserta di garis Start.
Liliana bisa menjadi contoh bagaimana penanganan kanker payudara berdampak pada tubuh wanita. Namun hal hebat yang bisa dilihat dari Liliana adalah kekuatan mentalnya dalam menjalani semua ujian ini.
Dari kisah ini, kamu bisa mulai membangun kesadaran akan kesehatan payudara. Selalu ingat untuk melakukan deteksi payudara sendiri (SADARI). Yaitu pemeriksaan dengan cara melihat dan meraba payudara yang dilakukan secara pribadi. Dengan rutin melakukan SADARI, akan bisa dirasakan jika ada perubahan pada payudara. Sehingga, deteksi oleh tim medis bisa segera dilakukan dan ditindaklanjuti bila memang ada masalah kesehatan pada payudara. Makin cepat penanganan, harapan sembuh makin tinggi. Take care, ladies!