Dialog pagi antara dua orang terdekat memang cocoknya diawali dengan hal - hal yang sederhana terlebih dahulu. Dengan sedikit canda akan lebih baik. Karena setelah semalaman mengistirahatkan jiwa dan raga, 'mesin' manusia harus 'dipanaskan' terlebih dahulu jangan lalu langsung digunakan untuk beraktivitas yang berat - berat. Dan ngeteh atau ngopi adalah penghangat suasana pagi di antara dua orang yang sedang saling menyemangati.
"Pak, 'ari' bapak 'teh' mau ngopi apa ngeteh?" Teh U'um dengan logat Sunda Pesisir Kidul bertanya kepada suaminya, Adang Dangiovi lelaki blasteran Ujung Pandang dengan Ujung Berung."Ngopi aja, Um. Untuk menyambut Hari Kopi sedunia tanggal 1 Oktober ini, bapak pengen merasakan kafein mengaliri darah bapak agar semangat kembali bertumbuh.""Aih bapak kok tumben kitu, biasana mah minumnya teh kiriman Si Uwa dari Patuha? Lagian ngomongnya teh kaya orang nu iya iya tea?" Teh Uum bertanya sambil melirik Kang Adang."Teh itu cocok untuk bersantai berdua Uum, tapi kopi itu beda. Kopi disajikan untuk mengikat hati sepasang manusia," Kang Adang menjelaskan. "Teh itu diretas dari daun Um, rasanya melebar ke mana - mana. Kalau kopi, nikmatnya diunduh dari sari pati biji dengan kumpulan rasa yang menyatu di dalamnya.""Euleuh si bapak, ada - ada saja. Nih, kopi luwak nomor wahid, nggak pake gula. Tapi luwak na baru 'sakit perut', makanya kopinya jadi encer. Hihihi ... "Tanggal 1 Oktober telah disepakati bersama sebagai Hari Kopi Sedunia. Kopi yang telah berabad - abad menemani pagi, siang dan malam, telah menjadi bagian dari budaya maupun gaya hidup manusia di seluruh dunia. Bersama teh, kopi telah menikmati kepopuleran mereka sebagai minuman keseharian yang paling banyak dikonsumsi dan mengaliri pembuluh nadi dalam tubuh manusia. Bagi beberapa penggemar berat, tanpa teh atau kopi, rasanya tubuh belum terasa siap untukĀ beraktivitas. Kecanduan? Mungkin saja bisa dianggap demikian, jika dasar pemahaman yang digunakan adalah jika tak minum akan 'kecanduan' haus dan jika tak makan akan 'kecanduan' lapar.Kopi telah menempati fungsinya sendiri dalam pergaulan dan gaya hidup manusia terkini. Disajikan dan dinikmati bersama sebagai syarat pertemanan yang saling menghormati. Sebagai 'pengencer' suasana yang kaku dan formal dan sebagai pemantik teramunya kata - kata dan kalimat - kalimat saat pertemuan penuh negosiasi. Kopi, dalam beberapa tahun ini, telah menjadi 'bintang utama' dan primadona di kafe - kafe dan coffee shop yang tumbuh menjamur di negeri ini. Kopi bukan lagi menjadi teman saat begadang di pos keamanan sampai pagi atau saat 'ngebut' mengerjakan skripsi di malam hari. Namun kopi telah menjadi salah satu bentuk ekspresi sebuah gaya hidup bergengsi, simbol kemapanan dan kenyamanan tak berpartisi dan juga artikulasi keintiman dua pribadi yang sedang ingin saling mendekatkan diri. Dan 'Yuk, kita ngopi', kini telah menjadi satu ajakan yang berkesan lebih intim, berkelas dan menjanjikan sensasi. Mari nikmati teh atau kopi sesuai selera dan pilihan sendiri - sendiri. Tapi untuk memperingati Hari Kopi Sedunia di tanggal 1 Oktober ini, hadiahkan secangkir kopi terbaik untuk orang - orang yang anda cintai. Bisa dipesan dari cafe, coffee shop atau warung - warung kopi atau cukup dibuat sendiri. Karena kopi terbaik sejatinya adalah kopi yang disajikan dengan sepenuh hati. Seperti kopi yang disajikan oleh Teh U'um kepada Kang Adang, sang suami tercinta.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
Advertisement
- Tak Ada Buku Yang Bisa Mengajarkanku Menjadi Single Parent
- Pelajaran Berharga dari Seorang Guru Muda
- Permintaan Anak Bagai Sabda Penuh Amanah Bagi Ayah-Bundanya
- Lembutnya Tutur Kata Seorang Wanita, Awal Bahasa Ibu Tercipta
- Kala Sosok Ibu Tak Lagi Menjadi Tempat Untuk Mengadu dan Merindu
- Mengapa Harus Sapi dan Kambing Yang Dikurbankan?
(vem/wnd)