Menyoal masalah nama samaran, akhir - akhir ini ada satu nama yang menjadi viral. Mukidi, demikian nama tokoh yang menjadi bulan - bulanan rekayasa berbagai kisah konyol dan kadang bernada satir. Mukidi hadir di dunia maya seolah menjadi pelampiasan olok - olok dan cemoohan atas kenyataan dalam hidup manusia yang memang kadang - kadang konyol dan menggelikan. Dan tidak mustahil, Mukidi mungkin justru hadir mewakili segala rasa terpendam dalam diri manusia. Rasa kecewa, rasa sakit hati, rasa jengkel juga rasa - rasa lain yang tak tersampaikan dalam kondisi normal atau formal. Maka Jadilah Mukidi 'stuntman' pengganti tanpa bisa menolak dan melawan.Mukidi diakui diciptakan awalnya oleh seseorang di Banyumas. Jika dilihat dari aspek kemiripan komposisi huruf dengan nama - nama yang pernah saya temui selama ini, 99,9 % adalah nama seorang laki - laki Jawa. Setidaknya nama - nama Tukidi, Sukidi, Wakidi, yang pernah saya temui dalam kehidupan di masyarakat sekitar saya menjadi bukti pembandingnya. Lalu kenapa Mukidi dipakai menjadi nama tokoh dalam dialog - dialog singkat, bernada humor dalam cerita pendekakhir-akhir ini ramai dibicarakan media online? Konon tak ada alasan khusus yang menjadi dasar pemilihannya. Ada yang bilang, Mukidi adalah singkatan "Muka kita sendiri." Namun bisa jadi, hal ini tak terlepas dari asal usul nama Mukidi yang kemungkinan terbesar adalah nama orang Jawa. Suku Jawa yang menjadi suku paling dominan selama ini dalam pergaulan berbangsa dan bernegara. Bagaimana tidak, jumlahnya saja paling banyak dan tersebar ke mana - mana. Setidaknya, gegaranya adalah transmigrasi yang dulu pernah menjadi program besar - besaran pemerintah kita, yang sempat memunculkan anggapan menjadi 'menjawakan Indonesia'.Orang Jawa memang relatif paling lunak atau malah kadang dinilai 'lembek' dalam bersikap dibandingkan orang dari suku lainnya di Indonesia. 'Klemak - klemek' demikian istilahnya dalam bahasa Jawa. Ditambah lagi bahwa nama - nama jelata orang Jawa sangatlah simpel dan terkesan lucu jika tidak boleh dikatakan menggelikan bagi telinga orang dari suku lainnya. Lalu Mukidi lah yang mungkin secara random dipilih untuk menjadi tokoh sentral kisah lucu bahkan konyol yang diciptakan dalam berbagai versi. Ternyata pilihan ini tepat dan mengena. Bukankah Inem atau Iyem yang digunakan untuk menggantikan istilah pembantu, juga mengena dan dikenal serta masih digunakan secara luas oleh masyarakat kita hingga saat ini? Inem yang bisa jadi berasal dari kata Painem, Rukinem, Sukinem. Sedang Iyem mungkin berasal dari Pariyem, Rukiyem atau Tukiyem yang keduanya juga 99,9% adalah nama - nama orang Jawa.Satu hal yang mungkin menjadi alasan 'aman'nya penggunaan Mukidi, Inem atau Iyem adalah nama-nama tersebut melambangkan keluguan, kekonyolan bahkan kebodohan. Mungkin bagi orang Jawa menertawakan diri sendiri sudah biasa dan lebih baik daripada menertawakan orang lain. Layaknya prinsip 'ngalah dhuwur wekasane' atau 'mengalah itu lebih luhur nilainya'. Coba jika tokoh cerita menggunakan nama Siregar, Ajat, Wayan, Markonah, Daeng, Fransiskus atau Abdullah misalnya. Pasti akan jadi berasa beda dan lain kisahnya.Pun seperti dilambangkan dalam tata aturan tulisan Jawa, orang Jawa konon tak akan mudah meninggi jika dipuji, tak akan tenggelam saat direndahkan atau dibenamkan, dan tak akan terlalu peduli walau dibully. Namun justru akan mati jika 'dipangku'. Mungkin begitu. Wallahualam.Kesimpulannya, Mukidi mungkin tak berarti apa - apa dalam Bahasa Jawa. Tapi nama Mukidi sebenarnya sama nilainya dengan nama bermakna luhur lainnya dalam Bahasa Jawa, seperti Sarojo, Trisno atau Sabar. Nama-nama lain mungkin menunggu gilirannya nanti menjadi bulan - bulanan kisah rekayasa yang lucu, konyol, menggelikan atau malah satir yang getir. Who knows? Karena pada dasarnya dan umumnya manusia kan suka menertawakan orang lain. Tunggu saja gilirannya. Untuk sementara Mukidi lah yang dapat giliran jadi bahan lelucon dan ketawaan semua orang.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
- Sakit, Wujud 'Protes' Anak Atas Sibuknya Orang Tua
- Saat Single Mom Ditantang Mengasuh Remaja Laki-Laki Seorang Diri
- Menanam Pengkhianatan, Menuai Buah Pahitnya Kepercayaan
- Tuhan Membolak-balikkan Hatiku Lewat Tangan Seorang Bayi Mungil
- 71 Tahun Indonesiaku: Ada Tawa Dalam Peningnya Panjat Pinang
(vem/wnd)
Advertisement