Orang tuamu sering menanyakan "Kapan kamu nikah?" dengan berbagai kode? Tenang saja, kamu tidak sendirian. Sahabat Vemale bernama Cyndia membagikan kisahnya untuk Lomba Menulis #StopTanyaKapan. Saat pertanyaan 'sakti' itu terucap, jawablah dengan bijaksana.
-oOo-
Usia saya tak lagi muda, sudah hampir memasuki kepala tiga dengan status sebagai wanita yang cukup matang. Ketika umur sudah melebihi dua lima, pertanyaan "kapan nikah?", selalu menjelma di setiap pertemuan-pertemuan keluarga. Sebenarnya bukan pertanyaan yang sulit di jawab, ketika kita juga bisa memberikan penjelasan yang bisa diterima oleh keluarga. Kata demi kata dipersiapkan saat ada moment pertemuan keluarga. Akan di jawab dengan gaya bahasa apa lagi sekarang? Tidak cukupkan pertanyaan tersebut membuat kalian puas menanyakannya kepada perempuan ini?
Advertisement
Pasti banyak dari kalian yang merasakan hal yang sama, kalian terhimpit dalam situasi seperti saya. Menikah adalah hal yang sangat sakral, sekali seumur hidup. Bukan karena terlalu memilih, namun apa salah jika kita berhati-hati dalam menentukan pasangan seumur hidup ini? Bagi saya, di umur yang cukup matang sebagai perempuan dan belum menikah itu bukan berarti hal yang sangat berat. Kita masih punya banyak hal yang bisa kita banggakan selain menikah.
Saya wanita berusia 28 tahun, anak perempuan terkecil di keluarga, dan satu-satunya anak perempuan orang tua saya. Kedua kakak saya laki-laki dan telah menikah, juga sudah memiliki anak-anak yang lucu dan mengagumkan. Beberapa bulan yang lalu, Bapak saya ulang tahun. Setiap beliau ulang tahun saya selalu berusaha memberikan apa yang Bapak inginkan saat itu. Bapak bukan orang yang mahal dalam meminta suatu hadiah. Beliau sangat menyukai hal-hal yang lucu dan unik. Namun untuk kali ini, Bapak tak satupun mengatakan apa-apa ketika hendak ulang tahunnya. Katanya, "sudah tak usah kau kirim hadiah, banyak doa saja untuk hidupmu dan keluarga".
Satu bulan setelah Bapak ulang tahun, istri dari kakak kedua saya melahirkan anak keduanya seorang anak laki-laki yang menggemaskan, berbadan gemuk dan berkulit putih, sama persis mirip ibunya. Kala itu, kami sekeluarga berkumpul untuk menengok si bayi ini. Di gendongnya cucu ganteng itu oleh Bapak, kemudian beliau mendekat ke arah saya, dia mengatakan hal yang tak terduga.
Katanya, "Daripada kamu beli yang lucu-lucu mendingan ngasih Bapak cucu, jangan kelamaan mikir ini itu, mbok ya cepet ngasih kabar ke Bapak kapan nikahnya?".
Lagi dan lagi, moment kebahagiaan seperti itu, selalu saja ada bumbu ke-nelangsa-an dengan pertanyaan, "Kamu kapan nikah?". Saya hanya tersenyum, sembari memeluk Bapak, dan berkata "Coming soon, Pak. Doain yang terbaik ya, Pak". Simpel saja, jawaban yang hangat juga akan menghangatkan hati keluarga.
Saya sangat tahu bagaimana resahnya keluarga saya, terutama Bapak dan Ibu yang menunggu kapan saya akan digandeng oleh pria pilihan saya yang akan mengantarkan saya ke gerbang kehidupan yang baru. Dalam hati kecil saya, saya juga berharap akan segera datang pria tepat itu, yang akan menjadi partner hidup saya kelak. Beberapa kali ada yang datang, lalu kemudian pergi. Kehidupan percintaan saya sangat diketahui oleh orang tua saya. Saya selalu menceritakan apapun kepada mereka.
Sampai hari ini, saya masih berusaha memperbaiki diri saya dan menunggu datangnya pria tepat tersebut. Saya yakin, Tuhan sudah mempersiapkannya hanya saja waktu yang indah itu belum Dia berikan kepada saya. Tiap kali saya berbincang dengan Bapak mengenai "kapan nikah?", saya selalu mengatakan, " Pak, Tuhan itu ngasih waktu panjang buat aku, waktu panjang menunggu, pasti nanti aku dapat yang terbaik, pasti yang aku dapat tak akan mengecewakan".
Dengan kalimat yang baik, dengan penjelasan yang indah, keluarga tak akan memprotes, justru mereka akan mendukung serta banyak mendoakan untuk kita. Jangan jadikan pertanyaan, "kapan nikah?", menjadi sebuah pertanyaan yang berat seolah tak ada jawaban. Berikanlah kalimat manismu, niscaya keluargamu juga akan memberikan pelukan hangat setelahnya.
Percayalah, Tuhan tak akan memberikan hal buruk kepada kita, jika kita percaya pada-Nya. Perbaikilah diri, jodoh telah menanti. Meski umur yang telah mengejar, meski banyak cacian yang terlontar, dan meski pertanyaan "kapan nikah?" tak kunjung henti, janganlah menjadi rendah diri. Tetaplah semangat dan indahkan harimu.
Demikian cerita singkat saya, semoga bermanfaat dan menginspirasi.
(vem/yel)