Ladies, beberapa tahun yang lalu, dunia kuliner Indonesia seakan terserang wabah yang sama. Mie dengan bumbu cabe yang super pedas dan diberi nama yang hampir mirip. Mie setan, mie pocong, mie genderuwo dan nama-nama hantu-hantuan khas Indonesia lainnya. Saking bikin penasarannya, hampir tiap sudut kota punya setidaknya satu warung mie pedas dengan gaya penamaan seperti ini.
Tak hanya menyoal mie, orang-orang Indonesia bisa dibilang cukup kreatif dalam urusan memberi nama dan menyajikan kuliner biasa menjadi luar biasa. Saking 'luar biasa'nya, begitu kita mencoba makanan tersebut, terkadang rasanya biasa-biasa saja. Hihihi ...
Menggugah rasa ingin tahu memang jadi tujuan para pencipta kuliner anti-mainstream ini. Saat masyarakat penasaran dengan rasa dan wujud dari makanan bernama atau berbentuk aneh, mereka akan berbondong-bondong membelinya. Merk menjadi terkenal, keuntungan pun didapat.
Advertisement
Tetapi kreativitas bisa jadi kebablasan. Niatan awal menjadi fenomena yang meledak di pasaran dan membawa keuntungan materi, nyatanya justru menuai kecaman. Masih ingat dengan kontroversi minuman ringan yang dikemas dalam bentuk botol sabun cuci piring? Alih-alih dianggap kreatif, produk mereka malah dianggap menimbulkan bias pada anak-anak: mana minuman yang bisa dikonsumsi dan mana yang benar-benar sabun cuci piring. Saking persisnya produsen ini mengimitasi bentuk botol dan warna minuman, masyarakat khawatir anak-anak kecil akan mengira sabun cuci sama saja dengan minuman tersebut dan aman diminum.
Selain contoh di atas, kita tak bisa menutup mata bahwa untuk menarik konsumen, beberapa produsen sengaja menggunakan ketertarikan yang provokatif, misalnya menggunakan hal-hal yang berbau seksual. Sempat beredar di social media, seorang wanita berfoto selfie dengan roti panggang yang berbentuk menyerupai penis. Makanan serupa juga dijual di Taipei, berupa corn dog yang berbentuk persis seperti penis. Isiannya adalah sosis dan bagian luarnya terbuat dari adonan pancake. Jangan salah, makanan dengan bentuk tak biasa ini justru laris manis di pasaran.
Yang baru-baru ini ramai diperbincangkan adalah snack mie kremes. Snack ini cara makannya seperti mie-mie kremes pada umumnya. Yang membuat ramai dibicarakan netizen adalah namanya, yaitu Bikini. Kepanjangan "Bihun Kekinian". Kemasannya menunjukkan figur tubuh perempuan berdada montok menggunakan bikini. Taglinenya "remas aku dong" dengan sederet kalimat-kalimat menggoda yang menjurus ke arah seksual. Kabarnya, snack yang dibandrol dengan harga Rp. 15 ribu per bungkusnya ini, telah menyebar di sekolah-sekolah dasar di wilayah Bandung dan sekitarnya.
Hmm, melihat fenomena sex sellingdalam dunia kuliner seperti ini, hampir sama dengan bagaimana seks menjadi daya tarik yang luar biasa dalam dunia periklanan. Dalam studi yang dimuat dalam time.com di tahun 2015, para pengiklan berpikir memberikan bumbu keseksian dalam iklan dapat menarik perhatian orang terhadap merknya. Tetapi saat konsumen mengetahui produk yang sesungguhnya, perhatiannya akan teralihkan. Bukan mengingat fungsi dan produk, tetapi hanya tertarik pada iklannya saja. Bagi para pengiklan, hal ini tentu jadi bumerang bagi brand dan produknya.
Hmm, bagaimana pendapat kamu tentang tren kuliner berbau mesum yang marak di Indonesia akhir-akhir ini, Ladies?
(vem/wnd)