Sukses

Lifestyle

Melihat Teman Kos Salat, Gadis Ini Memutuskan Jadi Mualaf

Untuk memantapkan hati demi berpindah keyakinan tentu bukan perkara yang mudah. Ya, meskipun pada dasarnya setiap orang berhak untuk memutuskan dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Termasuk saat memutuskan untuk memilih keyakinannya sendiri. Meski begitu, tetap saja, pindah keyakinan adalah suatu perkara yang sangat tidak mudah. Hal ini harus dipikirkan secara matang-matang dan juga harus diyakini dengan baik apakah keputusan yang ada di otak sama dengan yang ada di hati.

Mengenai pindah keyakinan, jika sebelumnya ada 5 artis yang memilih pindah keyakinan dan memantapkan hati untuk masuk Islam, atau seorang gadis yang memantapkan hati menjadi mualaf setelah melihat iklan sirup di televisi, kali ini seorang wanita juga telah mengikrarkan diri memeluk Islam setelah ia tertarik dengan Islam dan melihat teman kos menunaikan ibadah Salat.

Dikutip dari laman merdeka.com, wanita yang terbilang masih sangat muda tersebut bernama Gisella Yurike (24). Ia adalah salah satu pegawai swasta di Jakarta. Ia mengatakan bahwa ia telah yakin menjadi seorang mualaf dan memeluk agama Islam. Menurut alumni salah satu Universitas di Bandung ini, pindah keyakinan sebenarnya tak pernah terlintas sama sekali di benaknya. Namun, dari hari ke hari hatinya terus bergejolak dan menuntunnya untuk menjadi seorang mualaf.

Gejolak yang ada di hati ini sendiri dikatakan semakin kuat saat ia sedang kuliah di Bandung dan tinggal satu kos dengan teman-temannya yang mayoritas beragama muslim. Ia menjadi tertarik mempelajari Islam lebih dalam setelah ia melihat teman kos menunaikan salat. Kepada wartawan wanita yang kerap disapa dengan Ikke ini mengatakan,

"Waktu itu ketika aku kuliah di Bandung, aku melihat teman satu kos sedang menunaikan salat. Saat itu memang aku sedang tidak ada pegangan sama sekali. Memang, aku adalah penganut salah satu agama tapi aku tak pernah merasa beriman. Pada saat melihat teman salat ini, aku berpikir bahwa orang muslim menarik. Mereka bersuci dulu sebelum salat atau bertemu dengan TuhanNya. Ini menarik hatiku dan aku mulai belajar lebih dalam mengenai Islam."

Setelah mempelajari berbagai buku, membaca lagi Al-Kitab, membaca terjemahan Al-Quran dan mencari referensi mengenai mualaf selama dua tahun, Ikke memantapkan hati untuk menjadi mualaf. Tepat pada tanggal 4 Desember 2014, Ikke mengucapkan dua kalimat sahadat dan resmi masuk Islam. Selepas menjadi mualaf ini, Ikke sempat mengasingkan diri selama 4 bulan. Skripsi yang ia kerjakan tak pernah ia sentuh hingga suatu ketika ia membicarakan apa yang telah dilakukannya dengan dosen pembimbing. Beruntung, dosen pembimbingnya begitu memahaminya dan Beliau juga memperkenalkan Ikke kepada orang-orang yang memutuskan menjadi mualaf juga. Dari sini, Ikke semakin yakin tentang Islam.

Namun, permasalahan tak selesai sampai di sini saja. Menjadi mualaf bukan perkara mudah bagi Ikke. Apalagi, saat itu ia masih merahasiakan hal ini kepada orang tua, kerabat juga sahabat yang sebagian besar adalah non-muslim. Namun, setelah menunaikan Salat Tahajud selama 7 malam, keajaiban itu datang. Ikke pun memberanikan diri mengatakan pada orang tua bahwa ia telah masuk Islam dan menjadi mualaf selama 10 bulan.

(vem/mim)

Selepas Salat Tahajud, Keajaiban Itu Datang

Selama 10 bulan memeluk Islam, Ikke tak pernah mengatakan hal ini kepada orang tuanya. Ikke merasa takut bahwa orang tuanya akan marah. Tapi, lagi-lagi Allah membukakan kemudahan dan jalan bagi Ikke. Allah menuntun Ikke untuk memberanikan diri untuk memberi tahu orang tua bahwa ia sudah masuk Islam. Ikke mengatakan, [startpuisi] "Selama 10 bulan aku menyembunyikan agama baruku kepada orang tuaku. Sampai suatu ketika, aku menunaikan salat tahajud dan pada malam ketujuh aku salat, aku diberikan petunjuk oleh Allah.

Usai salat subuh aku lupa merapikan mukena yang baru aku pakai untuk salat. Karena tergesa-gesa, aku pun langsung memasukkan mukena tersebut ke dalam lemari pakaianku tanpa merapikannya terlebih dulu. Sepulang kerja, aku melihat mukena di lemariku sudah rapi. Mulai saat itulah, aku yakin bahwa harus menyampaikan agama baruku ini kepada orang tuaku."[endpuisi]

Mengenai pengakuan Ikke, orang tuanya sempat marah dan tak terima dengan apa yang dilakukan oleh putrinya tersebut. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, orang tua mulai menerima dan hati keduanya pun mulai mencair.

Mengenai ibadah puasa Ramadan, puasa Ikke yang pertama adalah puasa di tahun 2015. Saat itu, Ikke lebih memilih tinggal di Bandung karena ia tak ingin orang tuanya semakin kecewa. Namun, puasa Ramadan tahun ini, Ikke telah menunaikan ibadah puasa di Jakarta. Ikke mengatakan, [startpuisi]"Puasa pertamaku setelah menjadi mualaf yaitu di Bandung pada tahun 2015 atau tahun lalu. Ini aku lakukan agar orang tua tidak curiga dan kecewa denganku. Namun kini, aku telah mengatakan bahwa aku menjadi mualaf. Hingga saat ini, orang tua masih menentang agama baruku dan keputusanku untuk menjadi mualaf. Meski begitu, puasa tahun ini aku ada di Jakarta. Hati orang tua ku pun sudah mulai mencair. Bahkan ibuku, ia mulai menghangatkan nasi dan sayur untuk aku sahur."[endpuisi]

Saat ini, Ikke berharap bahwa lebaran tahun ini ia bisa menunaikan Salat Ied di Masjid Istiqlal. Ia juga berharap bahwa ia bisa lancar membaca Al-Quran dan ia pun juga berharap bahwa ia bisa segera memakai hijab. Ikke mengatakan, [startpuisi]"Tahun ini aku ingin lebaran dan Salat Ied di Jakarta Pusat yakni di Masjid Istiqlal. Aku ingin lancar membaca Al-Quran dan aku pun ingin memakai hijab."[endpuisi]

Apapun dan bagaimanapun keputusan Ikke untuk memilih keyakinannya sendiri, semoga ini adalah pilihan terbaiknya dan ia bisa istiqomah dalam mendalami Islam serta menjadi mualaf. Semoga, kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah ini dan kita pun bisa semakin saling menghormati antar umat beragama yang ada. Bagi kamu yang saat ini sedang menjalankan ibadah puasa, tetap semangat dan selamat menjalankan ibadah puasa.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading